Bab 7: Percakapan Manis Berbuah Tragis

975 162 18
                                    

“Selamat datang, Tuan.” Seorang pria setengah baya membungkuk pada Taehyun kemudian Beomgyu. “Saya baru saja selesai menyiapkan tempat untuk beristirahat. Anda memberitahu saya secara mendadak jadi saya tidak memiliki persiapan.”

“Tidak apa-apa.” Taehyun tersenyum. “Apa makan malam sudah disiapkan?”

“Sudah, Tuan. Anda ingin berkeliling atau langsung beristirahat?”

Taehyun menoleh pada Beomgyu. Beomgyu pun hanya menatapnya bingung sambil mengangkat alisnya tidak tahu apa-apa.

“Kau ingin jalan-jalan menyusuri pantai?”

“Um ... iya.” Beomgyu mengangguk.

“Kami akan berada di luar untuk sementara. Tolong tutup pintu vilanya.” Taehyun melempar senyum pada pekerjanya.

“Baik, Tuan. Saya permisi.”

“Ya.”

Taehyun berjalan bersisian bersama Beomgyu yang berada di sisi kirinya. Mereka menyusuri garis pantai di hari yang sudah mulai gelap.

“Itu tadi pekerjamu?” Beomgyu menoleh menatap sisi wajah Taehyun.

“Iya.”

“Aku tidak tahu kalau keluargamu orang kaya raya.”

Taehyun tertawa kecil. “Apa maksudmu?” dia memerhatikan Beomgyu yang membuang muka memandang air pantai di sisi kirinya.

“Kita sudah kenal lama, kupikir aku tahu segalanya. Tapi ternyata aku salah.”

Taehyun tersenyum kecil. Mendengus pelan. Lelaki itu memandang ke depan sambil berkata, “Sedekat apapun seseorang, pasti masih ada hal yang disembunyikan. Tidak semua orang percaya begitu saja meski pun mereka adalah saudara kembar. Aku mengatakan ini bukan berarti aku tidak memercayaimu.”

Beomgyu mendengarkan.

“Jika aku mengatakan semuanya padamu, kita mungkin tidak akan sejauh ini.”

“Kenapa? Bukankah tidak ada yang tidak mungkin?”

“Kau adalah seseorang yang selalu tidak percaya diri jika berada di samping orang yang lebih tinggi darimu. Kau merasa, ‘ah ... ini bukan tempatku’, dan kau memutuskan untuk mencari sesuatu di mana kau bisa berada pada posisi paling atas. Tidak memiliki saingan berat. Kau mengerti maksudku?”

“Iya. Kau memahamiku dengan sangat baik.”

“Tentu saja. Aku hanya melakukannya padamu dan keluargaku.”

“Bagaimana dengan temanmu?”

“Mereka juga. Sahabat jauhku.”

Beomgyu mengangguk-angguk. Dia membungkuk lalu melepas sepatunya. “Masih belum terlalu gelap untuk bermain. Bagaimana jika kita berjalan tanpa alas kaki? Kurasa pasir di sini lebih lembut daripada di Busan. Pasti menyenangkan!”

My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang