Bab 12: Sesuatu yang Manis itu Gula, Apalagi?

915 141 12
                                    

Hyunjin menendang kayu-kayu yang berserakan di sekitar kakinya berjalan. Jeongin dengan malas-malasan pun ikut melakukan hal yang sama.

“Hyunjin hyung? Hyunjin hyung apa yang kau lakukan padaku?!”

Beomgyu dengan kedua tangan terikat ke belakang kursi yang ia duduki berteriak protes. Terdengar menyebalkan di dalam telinga Hyunjin.

“Jeongin, jelaskan padanya.” Kemudian Hyunjin berjalan pergi entah kemana.

“Jeongin?” bingung Beomgyu. Dia mengernyitkan dahinya. “Jeongin, apa kau Jeongin yang kukenal?” Beomgyu mencoba untuk tidak panik dan membuang semua pikiran negatifnya. Padahal, jika dia mengatakan apa yang dia rasakan saat ini, kakinya sudah gemetar tak berdaya.

Jeongin berjalan mendekat, perlahan berjongkok di depan Beomgyu. “Hai, teman lama.”

“Jeongin?!”

“Iya, ini aku.”

“Jeongin bisa kau lepaskan ikatanku?”

Jeongin menyeringai. “Maaf, aku tidak bisa.”

“Kenapa?”

“Ayolah, Beomgyu.” Jeongin berdiri, mendengus kesal. “Jangan sok polos dan pura-pura tidak tahu kenapa aku tidak bisa melepaskan ikatanmu. Aku sudah susah melakukan semua ini mana mungkin aku akan melepaskannya, hah.”

Beomgyu berpikir, jadi semua kebaikan Jeongin saat berada di pesta pernikahannya hanya sandiwara? Seperti yang Jeongin katakan dia tidak polos dan bodoh untuk tahu alur seperti apa yang Hyunjin dan Jeongin lakukan hingga dia bisa berada di sini dalam keadaan tubuh terikat.

“Apa kau menungguku?” Hyunjin mendekat dengan figora di tangan kanannya.

“Hyunjin hyung?”

“Apa kau sudah tahu kenapa aku membawamu ke sini?”

Beomgyu menggeleng pelan.

“Kalau begitu biar kuberitahu. Kau ingat wajah orang yang dulu mengambil hak asuhmu?” Hyunjin mendekat. Berjongkok di depan Beomgyu. Menatap dengan wajah datar yang dipenuhi dendam.

“Aku—“

“Kau ingat Hwang Seokhoon? Orang yang kau bunuh.”

“Hyung...”

“Apa kau takut aku menyebut namanya? Aku bisa menyebutnya ratusan kali di depan wajahmu.”

Beomgyu menggeleng.

“Aku melihat sendiri saat kau menusuk perutnya setelah dia pulang dari kantor. Saat itu aku juga masih kecil kupikir dia hanya pingsan. Tapi ternyata dia mati karena kau membunuhnya.”

My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang