Part 36

21.9K 1.9K 181
                                    

Happy reading!

Votement Juseyoo

>>~~¤¤~~<<


Sudah beberapa hari berlalu sejak kejadian di kantor Jeno. Dan hal itu masih membayangi Jaemin sampai detik ini. Siapakah gerangan yang dimaksudkan oleh Jisung? Kenapa pula Jisung yang Jaemin kenal tidak pernah serius berubah menjadi seserius waktu itu.

Jaemin memang tipe orang yang selalu ingin tahu. Tapi meski begitu, ia tidak ingin ikut campur urusan sang suami dengan sepupunya jika Jeno memang tidak mengizinkannya. Terlebih lagi saat Jaemin bertanya pada hari itu, Jeno tak menjawabnya dan malah mencari topik lain untuk dibahas.

Jaemin tahu jika sang suami tengah menyembunyikan sesuatu. Jaemin hanya takut jika dia yang dimaksudkan oleh Jisung adalah orang yang akan membahayakan suaminya. Karena Jaemin bisa langsung mengerti dari tingkah dua pria itu jika keberadaan si 'dia' ini begitu mengancam. Dan Jaemin sebagai seorang istri, hanya bisa mendoakan keselamatan sang suami saja.

"Sayang, apa yang kamu pikirkan?" Jaemin tersentak dari lamunannya saat mendengar suara sang suami dari balik punggungnya.

Jaemin menoleh, kemudian menggeleng pelan. "Tidak, Kak. Nana tidak memikirkan apa-apa." Jaemin berusaha tersenyum santai meski dalam hati masih saja mencemaskan Jeno.

Jeno melangkah mendekati sang istri. Lantas duduk di samping Jaemin yang kini bangkit dan meraih handuk yang digunakannya untuk mengeringkan rambut basah suaminya.

"Dari posisi ini, kamu terlihat begitu cantik." Celetuk Jeno seraya melingkarkan lengan berototnya pada pinggang Jaemin.

"Ish.. Apaan sih, Kak. Cantik darimana coba." Elak Jaemin dengan tangan yang masih sibuk mengeringkan rambut Jeno. Sebenarnya bisa saja Jaemin menggunakan hairdryer, tetapi Jeno selalu menolaknya dan lebih memilih jika istrinya itu menggunakan handuk untuk mengeringkan rambutnya.

"Mama memang cantik kan, Nak? Sampai-sampai para karyawan Papa tidak bisa berhenti untuk memandangi Mamamu." Ucap Jeno pada perut buncit Jaemin yang berada tepat dihadapannya.

"Tidak, Nak. Papa kamu saja yang berlebihan." balas Jaemin seraya menghentikan kegiatannya dalam mengeringkan rambut sang suami.

"Sudah selesai, Kak." Jaemin berucap dengan harapan jika Jeno melepaskan lilitan lengannya dari pinggang Jaemin. Namun apa dikata jika Jeno malah menarik tubuh Jaemin pelan hingga membuatnya jatuh terduduk di atas pangkuan Jeno. Refleks Jaemin mengalungkan tangannya di leher suaminya agar tak terjatuh.

"Kak Jeno.." Rengek Jaemin saat tahu posisi mereka begitu dekat. Saling menempel satu sama lain.

"Kakak cinta kamu, Na." Jeno menghujani seluruh wajah Jaemin dengan kecupan-kecupan singkat sampai remaja laki-laki itu risih dibuatnya.

"Kakak, stop." Jaemin menangkup wajah Jeno dengan harapan jika tangannya dapat menahan pergerakan Jeno.

"Kakak gemas sama kamu. Kalau bisa mau Kakak kurung kamu di kamar biar tidak ada orang lain yang bisa memandangimu."

"Ish.. Mana boleh begitu, Kak. Nanti yang ada Nana jadi tawanan Kakak." Balas Jaemin sembari mengalungkan lengannya di sekeliling leher Jeno.

"Bukannya kamu sudah jadi tawanan Kakak? Kamu sudah jadi istri Kakak. Itu berarti kamu sudah menjadi milik Kakak. Hanya milik Kakak." Jeno berkata dengan senyum miring yang terkesan seksi hingga membuat bulu kuduk disekitar leher jenjang Jaemin meremang.

"No.. Nana bukan milik Kakak. Nana milik dedek yang ada di dalam sini." Ucap Jaemin sembari mengusap lembut perut buncitnya.

"Tidak, sayang. Kamu tetap milik Kakak. Hak atas kepemilikan masih sepenuhnya ada pada Kakak. Dan selalu untuk Kakak." Ujar Jeno

Young Marriage [NOMIN]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon