Part 38

19.8K 1.9K 287
                                    

Happy reading!

Votement Juseyoo

>>~~¤¤~~<<


Kembali ke beberapa jam sebelum kejadian.

Jaemin nampak asyik bergelung malas di atas ranjang kamarnya. Saat ini ia tengah sendirian di rumah. Suaminya serta kedua mertuanya sama-sama pergi bekerja. Rumah sepi dan Jaemin akhirnya memutuskan untuk menghabiskan harinya dengan bermalas-malasan di dalam kamar. Kebetulan pula guru yang menjadi tutornya belajar tidak bisa datang karena ada kesibukan lainnya. Akhirnya dengan ditemani sebuah sinetron dari salah satu saluran tv nasional, Jaemin terhanyut dan menikmati waktu santainya dalam diam.

Tak terasa waktu telah beranjak siang. Jaemin memutuskan untuk turun dan menuju dapur yang terletak di balik tangga dimana kamarnya terletak di lantai dua. Jaemin turun seraya menyenandungkan salah satu lagu terkenal dengan tangan yang mengusap pelan perut buncitnya.

Kehamilannya akan memasuki trimester kedua. Segala macam bentuk kemalasan perlahan mulai muncul dan mempengaruhi aktivitas Jaemin. Semakin hari, ia semakin senang untuk menghabiskan harinya di kamar hanya untuk tidur. Mandi pun ia malas. Jangankan mandi, bergerak untuk makan saja ia malas. Tetapi toh, suaminya tak pernah mempermasalahkannya.

"Tidak mandi pun kakak masih tetep cinta sama kamu."

Jaemin terkekeh geli mengingat ucapan Jeno dua hari yang lalu manakala ia merengek pada sang suami akibat malas bergerak dari atas kasur dan tak berniat untuk mandi meski langit telah berubah warna menjadi gelap. Bukannya memaksa sang istri untuk bangun dan mandi, Jeno malah ikut berbaring dan memeluk Jaemin.

"Tak apa. Mandinya besok saja." Ucap Jeno yang seketika Jaemin hadiahi sebuah kecupan kilat di pipi sang suami.

Jaemin menggeleng pelan dengan senyum yang tersungging manis di bibir merah mudanya. Mengingat sang suami, Jaemin jadi merindukan pria tampan itu.

Jaemin masih melangkahkan kakinya menuruni tangga. Tangga di rumah sang mertua memang sedikit tinggi hingga menghasilkan undakan-undakan yang bisa terbilang banyak. Begitu kakinya menginjak undakan terakhir, samar-samar ia mendengar suara-suara teriakan orang dari depan rumahnya.

Mengikuti rasa penasaran dalam dirinya, Jaemin melangkah menuju pintu utama yang berjarak sedikit jauh dari tempatnya berpijak. Semakin ia mendekat, semakin ia bisa mendengar suara teriakan dan beberapa suara tembakan.

Tunggu..

Tembakan? Jaemin langsung membulatkan matanya. Tidak mungkin sedang terjadi perang di depan rumah mertuanya kan? Baru saja tangannya hendak menyibak gorden putih yang menutupi kaca jendela untuk mencuri pandang dengan keadaan di luar rumah, Jaemin telah dikagetkan dengan tangan lain yang menahan tangannya.

Jaemin menoleh dan menemukan Hendery yang menatapnya dengan disertai gelengan kepala. Seketika Jaemin meneguk ludahnya kasar. Entah bagaimana, perasaan takut langsung menyerang dirinya.

"Di luar kenapa, Kak?" Jaemin memilih untuk bertanya meski untuk alasan yang tak diketahuinya, ia jelas-jelas ketakutan.

"Tidak apa-apa. Sekarang Anda ikut saya, nyonya boss. Kita harus segera pergi dari sini." Hendery menarik pelan lengan Jaemin dan membawanya menuju pintu belakang rumah yang terhubung oleh sebuah bangunan bercat putih yang isinya ternyata beberapa mobil dan motor-motor mewah yang berjajar rapi disana.

Jaemin belum pernah ke tempat ini sebelumnya. Ia hanya mengira jika ruangan besar yang panjangnya hampir menyaingi panjang bangunan rumah ini bukanlah garasi. Melainkan gudang yang berisi barang-barang tak terpakai. Tetapi ternyata ia salah. Ia cukup takjub dengan koleksi yang dimiliki oleh ayah mertuanya.

Young Marriage [NOMIN]Where stories live. Discover now