Part 37

18.7K 1.8K 153
                                    

Happy reading!

Votement Juseyoo

>>~~¤¤~~<<


Seperti hari-hari yang berlalu, rutinitas kegiatan Jeno masihlah sama. Namun kini ada sesuatu yang layaknya harus ia jadikan prioritas dalam segala urusannya. Yakni keselamatan Jaemin. Jeno tahu jika Guanlin tidak akan tinggal diam dengannya. Kesalahan masa lalu tidak akan meloloskannya dari sang sahabat yang nyatanya telah mendendam dalam kurun waktu yang tidak bisa dibilang singkat. Namun jika menilik apa yang dilakukannya dulu, Jeno tak akan menyesal. Meski waktu dapat diulang, ia tetap akan melakukan hal tersebut meski persahabatan mereka yang menjadi taruhannya.

"Boss, ada kabar buruk."

Jeno yang sedang membaca beberapa laporan langsung mengalihkan atensinya begitu Hendery masuk ke ruangannya dan lantas berbicara tanpa menunggunya untuk menyadari kehadiran pria itu.

"Kabar apa?"

"Mereka menyewa jasa mafia Redzone untuk melawan kita. Dan ia juga meminta bantuan dari beberapa preman jalanan. Dan sepertinya Tuan Guanlin tak main-main untuk menangkap istri Anda, Boss."

Jeno seketika menggebrak meja hingga mengejutkan Hendery. Tangannya mengepal erat pertanda jika emosi mulai melanda. Bahkan tatapannya mulai berubah lebih tajam dengan sorot yang mematikan.

"Hendery, pastikan keamanan Nana terjaga. Tambahkan beberapa pengawal untuk menjaga area rumah. Pastikan juga CCTV tetap menyala." Perintah Jeno dengan suara dalam yang mengisyaratkan keseriusan.

"Dan kerahkan pula para elite untuk mulai membantu dan mengawasi pergerakan lawan." Lanjut pria itu masih dengan nada perintahnya yang terdengar mutlak.

"Baik, Boss." Hendery mengangguk dan akan meninggalkan ruangan manakala suara Jeno kembali terdengar.

"Ingat Hendery, aku paling tidak suka adanya kesalahan."

Glek

Hendery meneguk ludahnya kasar dan memilih untuk cepat-cepat meninggalkan ruangan setelah sebelumnya mengiyakan peringatan yang dikeluarkan oleh sang atasan. Pria yang telah bekerja selama enam tahun dibawah pimpinan Jeno itu sangat tahu jika si Boss telah dikuasai oleh amarah, maka ia akan benar-benar berbahaya. Dan kini, Hendery tak siap untuk menghadapi si Boss yang sedang dalam mode 'sangar'nya itu.

Sepeninggalan Hendery dari ruangannya, Jeno lantas menggeram dan menggertakkan giginya kuat.

"Sialan." umpatnya entah pada siapa. Kini rasa khawatir mulai melanda dirinya. Keselamatan istrinya benar-benar terancam. Ia menyesal telah menyepelekan Guanlin yang beberapa hari ini tak memiliki pergerakan apapun. Ia menyangka jika Guanlin akan menyerah begitu tahu jika tak ada peluang baginya untuk bisa menyentuh istrinya.

Namun semua itu terpatahkan begitu ia mendengar Guanlin telah menyewa mafia Redzone. Redzone adalah organisasi mafia yang selama beberapa dekade ini telah menjadi musuh bebuyutan dari organisasi mafia yang ia pimpin. Jeno pun mengakui kemampuan dari para anggota mafia disana. Sebab, beberapa kali terjadi peperangan antara organisasi mafia mereka dan Jeno tak bisa mengelak jika kemampuan mereka seimbang.

"Arghhh..."

Jeno mengusak kasar rambutnya dan memukul kencang meja kerjanya untuk melampiaskan kemarahan. Sekarang ia tidak bisa bermain-main dan bertindak gegabah. Ia harus memulai langkah dengan memikirkan matang-matang kemungkinan yang akan terjadi nantinya.

Kini di kepala Jeno hanya dipenuhi oleh bayang-bayang Jaemin dan jalan keluar yang harus ia ambil untuk menyelamatkan istrinya. Segalanya ia pikirkan sampai ia tidak bisa fokus dengan materi yang sedang dibicarakan oleh manajer personalia tentang tema baru yang ingin diluncurkan oleh perusahaan mereka. Bahkan Jeno yang biasanya selalu terlihat berkonsentrasi dan teliti dalam setiap rapat pun kali ini hanya diam dan tampak seperti sedang melamun.

Young Marriage [NOMIN]Where stories live. Discover now