TAEIL

277 37 1
                                    

15 menit yang lalu aku baru selesai dari aktivitasku mengajar di bangku sekolah dasar kelas 3. Ya, aku adalah salah satu wali kelas di antara 6 kelas yang ada. Sekolah ini termasuk sekolah internasional, jadi setiap kelas hanya di sediakan masing-masing 1 kelas.

Aku bersiap keluar dari ruang guru sambil menjinjing tas kerjaku. Ketika aku melewati koridor sekolah, ada seorang anak perempuan yang masih memakai seragam sekolahnya sedang terduduk....sepertinya sedang menunggu seseorang.

Aku menemui anak itu dan duduk di sampingnya. Aku melihat wajahnya, ternyata dia muridku. Namanya Siva. Dia anak yang cantik, cerdas dan aktif di kelasnya.

"Siva......" Panggilku dan dia menoleh.

"Bu Laura...." Anak itu memanggil namaku. Aku mengulas senyuman di bibirku.

"Siva kok belum pulang? Lagi nunggu seseorang ya?"

"Iya bu...siva lagi nunggu ayah...daritadi siva tungguin tapi ayah nggak dateng-dateng.." Ucap anak itu, aku melihat wajahnya sedikit di tekuk.

Aku mengusap pipinya.

"Anak cantik jangan di tekuk dong mukanya...ibu coba telfon ayah siva gimana?"

"Beneran boleh bu?"

"Iya..boleh...siva sebut aja ya nomernya"

Aku mengeluarkan ponsel dari dalam tasku, jemariku hendak menekan toots angka nya. Tetapi sejurus kemudian siva berteriak memanggil ayahnya.

Oh, ternyata ayahnya sudah datang.

Aku belum sempat melihat ke arah wali muridku itu. Tanganku masih sibuk menaruh ponsel, kemudian aku bangkit dan ternyata laki-laki yang siva panggil dengan sebutan ayah itu kini berada tepat di hadapanku.

Perlahan ku lihat wajah laki-laki itu.

BOOMMM!!!!!!

"Mas Taeil...." Ucapku dalam hati.

Aku kembali menundukkan kepala dan mengalihkan pandanganku.

"Bu Laura...kenalin ini ayahnya Siva..." Ucap anak itu dengan sumringah.

Tangan laki-laki itu terulur di hadapanku.

Lidahku rasanya kelu. Tanganku pun rasanya kaku. Tapi aku harus tetap terlihat baik-baik saja. Akhirnya aku membalas uluran tangan laki-laki yang tak asing bagiku.

"Saya Taeil...ayahnya Siva.."

"Em...s-saya Laura wali kelasnya Siva.." Sejurus kemudian aku langsung melepaskan jabat tanganku padanya.

"Bu Laura pulang sama Siva sama ayah ya..."

Anak itu menawarkan tumpangannya padaku.

"Ibu bawa kendaraan sayang..maaf ya, mungkin lain kali..."

"Yaudah kalo gitu... Siva pulang duluan ya bu.. Ibu hati-hati.."

"Iya... Siva sama ayahnya juga hati-hati ya..."

Setelah mengucapkan salam perpisahan. Anak itu dengan gembira berlari menuju mobil sang ayah yang terparkir tak jauh darisana. Sedangkan laki-laki itu berjalan mengikuti langkah putrinya, tetapi aku melihat langkahnya terhenti dan dia menoleh ke arahku. Ekspresinya tidak bisa ku baca.

Sebenarnya apa yang terjadi?

°°°°°

Seorang laki-laki berlari dan berteriak dari luar rumah. Kemudian ia masuk ke dalam sambil membawa sebuah tas plastik berisi beberapa buah-buahan.

"Sayang....." Panggilnya.

Aku menghampirinya dan menaruh secangkir teh hangat di meja tepat di hadapannya.

SHORT STORY NCTWhere stories live. Discover now