Barra." "Hm." "Tolong sabar sedikit lagi ya." "Buat?" "Aku tahu kamu nggak nyaman denganku, aku tahu aku cuma pengganggu buat kamu, aku tahu kamu risih, kamu malu dan benci sama cewek yang pecicilan kaya aku," "Terus?" "Aku-" Nyala terdiam ia ragu untuk mengatakan isi pikirannya itu. "Aku akan berusaha buat ngilangin rasa suka aku ke kamu." sambung Nyala dengan memejamkan mata. Sementara Barra nampak mengerutkan kedua alisnya. "Kenapa?" tanyanya kemudian. "Apa?" Nyala terkejut dengan jawaban Barra "Apa, Kamu tidak ingin aku berhenti mencintaimu?" Senyuman Nyala mengembang begitu lebar disertai mata berbinar senang. "Kenapa nggak berhenti dari dulu." sambung Barra tentu saja ucapan Barra itu membuat semburat kecewa di wajah Nyala.