4

56 10 3
                                    

"Nduk ...." Lirih  Ibok memanggil Nyala.

Nyala meninggalkan buku PR-nya untuk menghampiri kamar Ibok.
"Ada apa Bok?" tanya Nyala setelah ia duduk di samping kasur lantai tempat sang Ibu istirahat.

Sudah hampir dua tahun Ibu Yuli menderita setruk dan sudah satu bulan ini kondisi Ibok memburuk ia hanya bisa tiduran tak jarang pula Nyala membantu Sang Ibok untuk duduk di kursi roda.

Beruntung Alharhum Ayah meninggalkan uang pensiunan dari pemerintah sehingga mampu menutupi kebutuhan mereka sehari-hari.

"Bantu Ibok duduk." pinta Ibok dengan cara bicaranya yang sulit. Mungkin berbaring seharian membuat tubuh Ibok lelah.

"Terima kasih." sambung Ibok setelahnya, Nyala cukup faham dengan ucapan lirih itu.
Nyala mengangguk dan tersenyum simpul.

"Mau Nyala ambilin minum Bok?"

Ibok menggeleng.
"Tidur," ucapnya yang meminta Nyala untuk tidur karena saat ini waktu sudah cukup malam.

"Nyala lagi kerjain PR Bok, kalo Ibok butuh sesuatu panggil aja ya Nyala ada di ruang tamu."

Ibok mengangguk pelan sebelum akhirnya Nyala pergi meninggalkannya.

Tidak mudah menjadi anak tunggal seperti Nyala terlebih setelah ibok mengalami struk dan lumpuh tidak bisa berjalan bahkan untuk bicarapun sulit.
Nyala dipaksa untuk hidup mandiri dan mengurus ibok, setidaknya ia sudah merasa bodoh dalam hal pelajaran sekolah dan tidak ingin bodoh dalam merawat ibok.

Nyala baru selesai merapihkan buku-bukunya saat terdengar suara ketukan pintu.
Jarum jam menunjukan pukul sepuluh lebih tiga puluh menit.
Sudah cukup larut bagi seseorang untuk  datang bertamu sehingga Nyala memilih mengabaikan ketukan itu.

Untuk kesekian kalinya suara ketukan kembali terdengar kali ini ada seseorang yang memanggil namanya. Nyala ingat siapa pemilik suara itu, seorang Nenek yang tinggal persis di sebrang jalan rumahnya.

"Assalamualaikum, Nak," ucap Nenek itu setelah pintu terbuka.

"Waalaikumsalam. Nenek Nori, ada apa Nek?"

"Maaf nganggu kamu malam-malam. Nenek dengar kamu satu sekolah sama Rima apa itu benar Nduk?"

"Iya Nek, kami satu sekolah dan Rima adik kelas Nyala. Ayo Nek masuk dulu bicara di dalam."

"Enggak Nduk, nenek cuma mau tanya apa kamu kenal teman dekat Rima? Soalnya sudah 3 hari ini Rima sering pulang tengah malam, nenek khawatir Nduk."

"Astaqfirulloh .... Sekarang Rima belum pulang juga Nek?"

"Belum, Nenek bingung harus mencari di mana, apa Kamu bisa bantu Nduk?"

"Iya Nek, bentar ya Rima ambil ponsel dulu, Nenek masuk yok di luar dingin."

"Terima kasih Nduk." ucap Nenek seraya mengikuti langkah Nyala yang menuntunnya masuk dan duduk di kursi kayu dengan ukiran model lama.

Sedangkan Nyala mulai terlihat sibuk dengan ponselnya ia menghubungi nomer teman sekolah yang ia tahu saja sedangkan yang lain ia pasrahkan pada Abizar.

Nyala meminta bantuan Abizar untuk mencari keberadaan Rima belum genap lima menit Nyala meninggalkan chatroom-nya dengan Abizar nama pria itu sudah kembali muncul dilayar ponsel.

"Hallo Bi, gimana?" tanya Nyala begitu sambungan telpon terhubung.

"Dia itu cewek gak bener, ngapain sibuk cari dia?" ucap Abizar dari sebrang telpon. Nyala berjalan menjauh dari Nek Nori agar Nenek itu tidak mendengar ucapan kasar tentang cucunya.

"Bi tolong jangan gitu, kasian Nek Nori cuma Rima keluarganya, tolong Bi bantu Nek Nori, cari Rima."

"Dia ada di club, menurut info yang gue terima dia sering ke sana sama Om-om dan kata anak-anak tiap malam beda orang."

Salam TerindahWhere stories live. Discover now