12

32 5 4
                                    

Waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam saat Nyala bersama Abizar mengisi troli belanjaannya dengan berbagai snack, mie instan, roti dan susu.

Niat awal mereka akan nonton tapi ternyata tiket yang Abizar dapat dari salah satu teman sekolahnya itu sudah kadarluasa seharusnya ia gunakan tiga hari yang lalu.

Bodohnya Abizar mau saja ditipu temannya,
tentu saja Nyala menertawakan kebodohan sahabatnya itu sedangkan Abizar sedari tadi hanya memasang wajah badmood.

"Udah banyak, yok pulang." ajak Nyala dengan membantu Abizar mendorong troli.

"Eh bentar." ucap Nyala ketika mengingat sesuatu yang belum ia beli.
"Softeknya ketinggalan." sambungnya.

"Udah biar gue ambil, lu ngantri aja." Abizar benci mengantri itulah mengapa ia pasrahkan pada Nyala.

"Yang biasa ya Bi," pesan Nyala sebelum cowok itu menjauh darinya.

Tanpa mereka sadari dari sudut lain Barra diam memperhatikan bahkan Barra tersenyum miris saat mengetahui bahwa Abizar bahkan tahu pembalut wanita jenis apa yang biasa Nyala pakai.

"Abizar!" seru seorang wanita yang Abizar ketahui bernama Gladis.

Gladis berjalan mendekatinya bersama dengan Barra yang mengekor dengan menggendong seorang anak perempuan yang wajahnya memiliki paras perpaduan antara Gladis juga Barra.

Abizar tercekat seketika teringat Nyala bagaimana jika Nyala tahu bahwa pria yang selalu ia rindukan justru sedang bersama wanita lain.

Seketika Abizar merasakan dadanya berdenyut nyeri saat membayangkan kekecewaan yang akan Nyala rasakan.

"Kamu beli softek?"

Tidak ada respon dari Abizar hingga akhirnya Gladis menyentuh lengan Abizar.

"Hoe!" ucapnya dengan menggoyangkan lengan Abizar membuat cowok  yang ia kenal sejak SD itu kembali fokus pada lawan bicaranya.

"Apa kabar kak?"

Gladis tersenyum.
"Baik. Aku sempat pangleng dan ragu kalo ini kamu. Aku kira siapa kok milih-milih pembalut cewek, buat siapa? Pacar ya? Kamu sweet banget sih."

"E iya, kak." jawab Abizar singkat ia hanya ingin segera pergi dari sini agar Nyala tidak bertemu dengan Barra juga Gladis.
"Gue tinggal dulu ya kak." Abizar menatap Barra singkat. Namun penuh kebencian.

Setelah mendapat anggukan dari wanita itu Abizar segera menghampiri Nyala yang berada di kasir.

"Udah semua?" tanya Abizar saat petugas kasir memasukan belanjaan Nyala pada plastik putih.



Abizar  menyerahkan kartu debitnya pada kasir tentu saja hal itu membuat Barra tertegun memperhatikan dari sudut lain yang mereka tidak ketahui.


"Makasi," ucap Nyala dengan tersenyum semeringah pada Abizar.


"Yok." Abizar menggandeng telapak tangan Nyala membawa Nyala keluar dari tempat belanja itu.

Dalam persembunyiannya Barra terlihat menahan emosi terbukti saat ini cowok yang lebih sering diam itu nampak mengepalkan kedua telapak tangan dengan rahang yang mengeras.

"Sanjung ikut Mama dulu ya,"

"Iya." gadis kecil dengan rambut panjang sebahu itu berlari mendekati Gladis yang sibuk memilih sabun dengan berbagai aroma segar.

Barra melangkah mengikuti kedua sahabatnya yang kini sudah berada di luar toserba. Namun langkahnya terhenti di ambang pintu.

Barra ragu, meskipun ia lebih berhak atas Nyala. Namun, keadaan memaksanya untuk tetap diam dalam persembunyian.

Salam TerindahWhere stories live. Discover now