Preziosa 7

1.9K 354 48
                                    

Seoul diguyur hujan lebat sore ini, suasana yang dingin membuat gadis berdarah Aussie-Korea itu menggigil.

Matanya sibuk menatap tetesan air yang mengalir melalui kaca jendela kedai ditemani secangkir coklat panas.

Rose tiba di Korea 2 jam lalu setelah 4 tahun lamanya menatap di Aussie.

Bukannya langsung pulang, gadis itu malah pergi keluyuran ke kedai dekat sekolahnya dulu.

Kling!

Terlalu serius melamun sampai Rose tidak menyadari seorang pria telah duduk dihadapannya.

"Hei, menunggu lama ?"

"Ah ?"

"Kau ini tidak berubah, ya. Masih tukang melamun."

Senyum malu muncul karena ada yang menyadari kebiasaan buruknya.

"Jadi, ada apa menyuruhku kemari ?"

"Untuk bertanya kabarmu."

"Ck! Kabarku baik tentu saja, dan bagaimana denganmu ?"

"Jujur saja, aku merasa tidak baik."

"Kenapa ? Ada masalah ?"

"Kau tau dengan pasti, Rose."

"Jika ini tentang yang lalu, lupakan saja. Itu sudah lama terjadi, kau tidak perlu lagi memikirkannya, Jeon."

"Aku tetap merasa bersalah."

Jungkook meringis kecil, panggilan itu tidak sama lagi. Rose memperlakukan dirinya seperti orang asing sekarang.

Ia sengaja menghubungi Rose saat mendengar tentang kedatangan gadis itu.

"Ngomong-ngomong, tau dari mana kepulanganku ?"

"Kau tidak perlu tau."

"Aku tebak itu Jimin ?"

"Tidak ada yang bisa kusembunyikan darimu ternyata."

Rose tersenyum puas. Satu-satunya yang ia hubungi hanya Jimin, pria yang berstatus sebagai kekasih Jennie.

Ia harus tetap memastikan keadaan sahabat baiknya itu.

Rose memperingati Jimin untuk tidak mengatakan pada siapapun tentang keberadaannya, namun rupanya pria pendek itu tidak akan pernah bisa menolak sahabat baiknya itu.

"Hei, kau lihat itu ?"

"Apa ?"

"Rasanya sama seperti melihat masa lalu ya."

Rose menunjuk keluar jendela, dimana sepasang remaja tengah berlarian mencari perlindungan dari derasnya hujan.

"Kau lebih suka bermain dengan genangan air."

"Dan kau yang cerewet memarahiku sepanjang jalan."

"Itu karena kau selalu sakit keesokan harinya, Rose."

Rose tersenyum samar. Tidak ada yang salah jika mereka membahas masa lalu, bukan.

"Rose.."

"Hm ?"

"Apa semuanya baik-baik saja ?"

"Tentu saja. Aku baik-"

"Hatimu. Apa sudah benar pulih ?"

Jungkook mencampurkan pertanyaan sensitif diantara mereka, Rose tidak bisa melakukan apapun selain tersenyum.

"Boleh aku bertanya sesuatu ?"

"Silahkan."

"Apa masih ada kesempatan ? Untuk memperbaiki semuanya ?"

"Apa yang ingin kau perbaiki ?"

Preziosa ✔️Where stories live. Discover now