Preziosa 4

1.9K 362 63
                                    

"ROSEANNEEEE!!!"

"Stop screaming. Aku tidak tuli."

Nancy cemberut, namun tetap berlari memeluk temannya dari samping.

"Kali ini ada apa ?"

"Jackson menjahiliku."

"Dia kan menyukaimu."

"Ck! Kau ini selalu begitu."

Rose menatap dengan mata jahilnya saat orang yang sedang mereka bicarakan sudah ada dihadapannya.

Sedangkan Nancy masih menatapnya sinis.

"Apa lihat-lihat ?!"

"Jangan galak begitu, tidak akan ada yang suka padamu nanti."

"Biar saja! Rose sudah cukup menjadi temanku."

"Rose tidak mau berteman dengan orang galak sepertimu."

"Jackson!!"

"Please- Guys, stop it."

Jackson memeletkan lidahnya dan berlari berlindung dibelakang Rose.

Nancy terlanjur sebal, dia berbalik dan meninggalkan keduanya dengan hentakkan kaki yang kuat.

"Bagaimana bisa kau bersikap menyebalkan dihadapan gadis yang kau suka ?"

"Siapa bilang aku menyukainya ? Aku menyukaimu kok."

"Bohong sekali, Jack. Kau jelas-jelas menyukai Nancy."

"Memangnya kau tidak mau punya kekasih sepertiku ? Kau juga seksi, tipeku sekali."

"Terima kasih. Pria mesum tidak masuk list-ku."

"Hei, mesum itu diperlukan. Kau tau, dalam sebuah hubungan kita juga butuh rangsang- hmmpph!"

Rose kepalang sebal, mencubit ujung bibir itu dengan gemas. Sekarang dia tau kenapa Nancy selalu kesal jika berada didekat Jackson.

Rose melepaskan cubitannya saat pria itu menepuk tangannya.

"Aduh, bibir seksiku huhuhu.."

"Kau ini! Berhenti berbicara vulgar seperti itu."

"Kalau begitu berhenti juga memakai pakaian mini seperti Nancy."

"Nancy sendiri yang memilihkan style seperti ini."

"Anak itu hanya ingin meracunimu."

"Tapi aku seksi, bukan ?"

"Yeah..."

"HEI, DUA ORANG DISANA! KEMARI ATAU KUTARIK DALAMAN KALIAN! AKU SUDAH LAPAR!"

Pekikan Nancy membuat seisi kantin terkejut, tapi kembali melanjutkan acara makan mereka setelahnya.

Sudah tidak heran baik itu Nancy, Jackson ataupun Rose. Mereka memang biangnya keributan, tidak lengkap jika salah satu dari mereka belum memicu keributan.

..

Malam ini bintang terlihat lebih banyak dari biasanya, Rose bahkan tidak bisa menghitung berapa banyak jumlah cahaya kecil itu. Menghela nafas, dia sudah bosan bahkan jam masih menunjukkan pukul 8.

Tidak ada kegiatan selain menikmati dinginnya malam ditemani secangkir coklat panas dibalkon.

Berangan-angan tentang kerinduan yang telah ia tahan sebaik mungkin ditengah kesepiannya. Ia tersentak saat ponselnya bergetar disaku piyama tidurnya.

"Halo, bu ?"

"Halo, nak. Bagaimana kabarmu ?"

"Sangat baik, lalu kabar ibu dan ayah ?"

Preziosa ✔️Where stories live. Discover now