11 | Jalan Malam.

177 67 67
                                    

don't forget to vomment! 🙆‍♀️❤️

💫 𝑡 ℎ 𝑎 𝑛 𝑡 𝑜 𝑝 ℎ 𝑜 𝑏 𝑖 𝑎 💫

"Kaka engga ada niatan putus dari Kak Renjun?"

Mendengar hal itu, aku membelakkan mata tak percaya, deru napasku pun tiba-tiba tidak beraturan. Ini adalah pertanyaan yang selalu aku hindari dan hal ini berhasil membuatku terkejut selama beberapa detik.

"Kamal!" Tanpa aku sadari, aku meninggikan nada bicara membuat Kamal yang sedaritadi menatapku tersentak mendengar nada bicaraku yang meninggi.

Kami berdua sempat diam selama beberapa saat, dan suasana pun kian canggung. Tangan kanan kugunakan untuk memegang dadaku yang kian berdetak dengan cepat. Aku masih terlalu terkejut untuk menerima pertanyaan semacam ini.

Kamal, aku tahu niatmu baik tetapi kamu membicarakannya di waktu yang kurang tepat.

"Aku ke kamar dulu." Ujarku lalu meninggalkan Kamal sendirian di ruang tamu.

Aku menaiki tangga sembari sesekali mencuri-curi arah pandang ke arah Kamal melalui ekor mataku. Sejak tadi lelaki itu masih sama dengan posisinya, ia masih terdiam. Aku tidak tahu apa yang sedang dipirkan oleh Kamal, tetapi yang jelas, aku cukup kecewa padanya hari ini.

Sesampainya di kamar, aku mengunci pintu lalu menjatuhkan diriku diatas sofa yang berada di dekat meja belajar. Aku menutup mataku selama beberapa saat dengan tangan yang memijat pelipis pelan.

Tak lama aku mendengar gemercik air yang berasal dari atap rumah, semakin lama suara gemercik itu pun semakin keras yang artinya kini hujan sedang turun dengan deras.

Bersamaan dengan gemercik air yang terus terdengar, air mata yang sedaritadi coba kutahan ternyata tidak dapat aku bendung. Aku menumpahkan segala kesedihanku disaat itu juga, hatiku terasa sangat sesak karena aku terlalu lama menahan segala emosi yang selama ini kupendam.

Mengapa orang-orang yang berada di dekatku menginginkan agar aku berpisah dari Renjun?

Apa yang akan mereka dapatkan jika hubunganku dan Renjun karena mereka?

Aku tidak tahu apakah itu hanya sebuah candaan atau tidak, yang jelas aku sungguh tidak menyukai hal itu. Sama sekali tidak.

Saat ini aku hanya butuh Renjun.

Karena semua jawaban dari banyaknya pertanyaan ada padanya. Aku butuh penjelasan darinya secara langsung. Aku tidak ingin terlalu banyak mendengarkan perkataan orang lain karena belum tentu apa yang orang katakan itu benar adanya.

Hingga pada akhirnya aku tertidur diatas sofa disaat keadaan tubuhku tidak memadai untuk sekedar berdiri lantaran segala energiku terkuras karena menangis.

💫 𝑡 ℎ 𝑎 𝑛 𝑡 𝑜 𝑝 ℎ 𝑜 𝑏 𝑖 𝑎 💫

Aku terbangun dari tidur kala seseorang mengetuk pintu kamar yang diselingi memanggil namaku. Aku meregangkan tubuhku yang terasa kaku dan pegal lantaran memang posisi badanku saat tidur tidak benar.

"Eungh ..." Aku mengerang sembari mengucak mata yang dirasa sembab sehabis menangis. Aku kembali mengikat rambut yang semula tidak rapi, kemudian mencoba berdiri untuk menghampiri orang yang mengetuk pintu kamar.

𝑇ℎ𝑎𝑛𝑡𝑜𝑝ℎ𝑜𝑏𝑖𝑎Where stories live. Discover now