15 | Tiba?

63 16 15
                                    

Terhitung sudah 1 pekan semenjak kepergian Renjun yang sampai saat ini belum diketahui kapan ia akan kembali. Kepergiannya yang mendadak dan tidak terlalu jelas terkadang membuatku memikirkan keadaannya disana meskipun aku tak tahu dengan jelas tujuannya melakukan hal ini.

Namun hidup terus berlanjut, bukan? Aku tidak bisa selalu memikirkan Renjun, aku pun memiliki kehidupan pribadi. Contohnya saja saat ini aku dan kedua sahabatku tengah menikmati bekal dari rumah dan memakannya di dalam kelas lantaran sebentar lagi kami akan melakukan presentasi, oleh karenanya daripada waktu terbuang habis karena bulak-balik antara kelas dan kantin, lebih baik kami gunakan untuk bercengkrama di kelas sembari mengulas kembali materi yang akan kami presentasikan.

"Guys, jangan lupa besok ada acara festival lampion." ujar April sembari membuka bekal makanan yang ia bawa dari rumah.

Aku yang sedang memakan bekal pun membuka ponsel—mengecek kepastian dari ucapan April. "Oh iya, baru inget gue."

Milly yang semula sedang memainkan ponsel, kini mendongak—menatapku dan April secara bergantian. "Festival lampion?"

"Ya ampun gue lupa belum ngasih tau," April menepuk jidatnya.

Aku pun membelalakan mata lantaran baru ingat bahwa kami berdua belum memberi tahu Milly mengenai hal ini. Karena pada saat kami membicarakan untuk pergi ke festival lampion, Milly masih berlibur dengan keluarganya.

April menyenggol lenganku. "Mau gue atau lo nih yang ngasih tau?"

"Gue aja," April mengangguk, lalu melanjutkan kegiatan makannya. Sedangkan aku menatap manik Milly dengan lekat. "First of all, kita mau minta maaf karena lupa ngasih tau lo hal ini. Jadi besok itu bakalan ada acara festival lampion, Mil. Dan yang pertama kali ngajak itu Haechan, jadi kemungkinan besar besok Haechan juga bakalan ikut. Nah lo mau ikut nggak?"

Milly bergeming, seperti sedang berpikir. "M-Mau sih ... tapi gue takut nggak diizinin karena pasti acara nya selesai malem, 'kan?"

April yang sebelumnya sedang memakan lahap bekal, kini menghentikan kegiatannya setelah mendengar percakapanku dengan Milly. "Guys,"

Aku dan Milly menatap kearah April yang sedang tersenyum girang. "Karena seperti yang kita tahu acaranya bakalan selesai malem, gimana kalau nanti sehabis acara pulangnya nginep di antara rumah kita bertiga?"

Kedua mata Milly berbinar mendengar usulan dari April. "Boleh juga tuh, sekalian malem mingguan. Iya, nggak?"

April menyenggol sebelah lengannya pada lenganku—mengode agar nanti malam minggu mereka akan menginap di rumahku. "Boleh, ya?"

Aku tertawa pelan, sudah kuduga bahwa mereka akan mengambil kesempatan untuk tidur di rumahku lantaran rasanya rumahku sudah menjadi rumah kedua bagi mereka. "Ya ayo aja sih, asalkan kalian bawa makanan yang banyak, ya."

"Siap deh! Nanti gue bawa!" ujar Milly antusias dengan kedua tangan yang mengacungkan jempol. "Kalau lo bawa apa, Ril?"

"Gue?" Jari telunjuk April menunjuk dirinya sendiri. "Bawa diri aja gue mah."

"Sialan!" Aku dan Milly kompak memukul lengan April secara bersamaan, sedangkan sang empu malah tertawa lantaran berhasil membuatku dan Milly naik darah alias emosi mendengar perkataannya.

Dan dengan begitu pula, bel masuk pun yang berbunyi—yang artinya adalah sekarang saatnya jam untuk melakukan presentasi.

💫 𝑡 ℎ 𝑎 𝑛 𝑡 𝑜 𝑝 ℎ 𝑜 𝑏 𝑖 𝑎 💫

"Ra, jangan dulu pulang ya." Aku tersentak ketika Haechan tiba-tiba saja menujukkan dirinya di hadapanku, ia datang saat aku sedang fokus merapihkan buku-buku untuk dimasukkan ke dalam tas.

𝑇ℎ𝑎𝑛𝑡𝑜𝑝ℎ𝑜𝑏𝑖𝑎Where stories live. Discover now