16 | Sisi Renjun [1]

104 12 1
                                    

RENJUN'S POINT OF VIEW.

Cklek

Pintu kamar milik Renjun terbuka, namun sang pemilik memilih untuk menghiraukannya—barangkali itu hanyalah pelayan yang akan mengambil piring bekas dessert yang Renjun makan tadi sore. Maklum, keadaannya yang sedang diinfus membuat tubuhnya tidak dapat bergerak lebih.

"Renjun, besok lusa Alvaretta ingin bertemu dengan kamu."

Renjun membalikan badan, kedua bola matanya membelalak kala mengetahui bahwa yang datang ke kamarnya adalah Liora. Bahkan suara kekasihnya yang berada di seberang sana pun sudah tak mampu membuat Renjun tenang, dan pada akhirnya ia memilih untuk mematikannya secara sepihak.

"Aku udah nolak, Kak. Masa iya Retta masih tetep mau kesini?" Renjun yang sedang berdiri di hadapan jendela dengan sebelah tangan yang memegang tiang infus itu berjalan perlahan menuju pinggir ranjang—menghampiri sang Kakak yang duduk disana.

"Kamu lupa atau gimana sih? Kamu dan Retta itu sama-sama memiliki sifat keras kepala yang tidak bisa dibantah, Renjun. Aku juga sudah mengatakan pada Retta agar tidak datang kemari, tapi tadi pagi aku mendengar kabar dari Mama bahwa Retta sudah memesan tiket pesawat kesini." Liora menghembuskan napasnya lelah. Nyatanya permasalahan Alvaretta dan Renjun masih belum juga berakhir, dan hal ini pun mempengaruhi pikirannya—mengingat Renjun memiliki trauma dengan gadis itu.

"Apa aku harus perketat keamanan rumah ini?" Usulan Liora dibalas gelengan kepala oleh sang adik. "Jangan, Kak. Itu bakal jadi masalah besar, karena sejauh ini keluarga kita masih punya hubungan yang baik sama keluarga Retta."

"Lalu apa yang bakalan kamu lakukan?" tanya Liora lantaran usulannya tadi ditolak oleh Renjun.

"Tunggu besok pagi, dan aku akan memberi tahu apa yang akan kulakukan agar tidak bertemu dengan Retta." ujar Renjun final. Ia menatap lekat kedua manik mata sang Kakak.

Liora pun mengangguk setuju, ada rasa bangga yang menyelimutinya kala melihat sang adik yang terlihat semakin dewasa. Renjun sudah bisa mencari jalan keluar permasalahannya sendiri. "Baiklah, aku tunggu jawabannya besok."

Liora bangkit dari ranjang Renjun, tangannya mengusap pelan surai rambut hitam Renjun. "Jangan tidur terlalu malam, ya? Keadaanmu masih belum begitu baik. Selamat malam, Renjun."

Renjun menganggukan kepalanya. "Iya. Selamat malam juga, Kak."

Selang 15 menit setelah Liora keluar dari kamar, Renjun masih duduk di pinggir ranjang setelah memikirkan rencana yang ia susun dengan baik. Renjun mengambil ponsel, memberi pesan pada beberapa temannya yang tak lain adalah Hendery, Mark, Jaemin dan Haechan. Rencananya mereka akan mengadakan sebuah diskusi di aplikasi zoom meeting pukul 9.30 malam.

Ya, meskipun Haechan dan Jaemin adalah adik kelas Renjun, namun hubungan mereka sudah bukan kakak-adik kelas lagi, melainkan sudah menjadi sahabat. Pertengkaran ringan diantara mereka hanyalah sebagai pelengkap diantara hubungan persahabatan mereka, hal itu tidak akan merubah persahabatan mereka menjadi renggang.

Asal mula mengapa Haechan dan Jaemin bisa menjadi sahabat seperti sekarang berawal dari Haechan yang menunggu Jaemin ekskul basket, lantaran rencananya seusai Jaemin ekskul, mereka akan mengunjungi rumah Jaemin untuk bermain play station 5.

Seraya menunggu Jaemin yang sedang ekskul basket, Haechan menginjakkan kaki nya di kantin yang kebetulan belum tutup. Haechan pun memesan mie yang berbentuk cup untuk mengganjal perutnya yang terasa lapar. Di saat sedang memakan pop mie sembari bermain game, Haechan menatap pandangan sebal kearah seorang lelaki yang berada di hadapannya, yang tak lain adalah Renjun.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 25, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

𝑇ℎ𝑎𝑛𝑡𝑜𝑝ℎ𝑜𝑏𝑖𝑎Where stories live. Discover now