8 | Sementara Waktu.

378 125 151
                                    

disini aku mau memberi sedikit info kalau part ini ada sangkut pautnya sama part 4 ; Trauma. Jadi buat yang belum baca part 4 lebih baik jangan baca part ini, karena nanti kalian engga akan ngerti sama alurnya dan malah ngambil kesimpulan sendiri wkwk.

btw happy reading yaa 🥳🥳

💫 𝑡 𝑎 𝑛 𝑡 𝑜 𝑝 𝑜 𝑏 𝑖 𝑎 💫

Kacau.

Itulah yang dapat aku katakan ketika aku dan Renjun memulai vidcall pada malam hari ini. Aku tidak habis pikir dengan Renjun yang bisa-bisanya menolak berbagai cara untuk pergi ke Beijing.

Sungguh gila.

Alasan aku mengatakan kacau adalah karena hal yang pertama kali aku lihat ketika video Renjun terbuka memperlihatkan keadaan kamarnya yang tidak rapi, belum lagi rambut Renjun yang berantakan memberiku alasan yang cukup kuat bahwa saat ini lelaki itu sedang tidak baik-baik saja.

"Kiera ..."

Aku menoleh ke arah layar laptop kala Renjun memanggil namaku. "Iya, kenapa Kak?"

"Kangen."

Lagi-lagi, aku harus menghembuskan napasku dalam-dalam. Sikap Renjun yang seperti inilah yang selalu berhasil membuatku senyum-senyum sendiri kala sedang merindukannya.

"Engga usah senyum-senyum kayak gitu, aku engga mau nanti jadi diabetes, ya." Mendengar hal itu, Renjun tertawa di seberang sana membuatku menutup wajah menggunakan kedua tangan lantaran malu.

Renjun menyibakkan surainya ke belakang sembari membasahi bibirnya menggunakan lidah membuatku harus kembali menghela napas dalam-dalam karena dari posisi ini, Renjun terlihat sangat tampan.

Sungguh, jika terus seperti ini apa aku bisa untuk tidak bertemu dengannya selama beberapa hari kedepan?

"Kak, aku juga kangen." Aku tersenyum sembari memperhatikan raut wajah Renjun yang berubah semenjak aku mengungkapkan bahwa aku juga merindukannya.

"Oh iya, tadi kenapa kamu matiin sambungan telepon saat Kak Liora masuk ke kamar kamu?"

Renjun menghela napasnya, "Aku yakin kalau tadi kamu sempet dengar apa yang Kak Liora katakan. Besok lusa, Alvaretta akan datang menjenguk aku."

"Alvaretta itu ... siapa?" Aku sama sekali tidak mengenal siapa orang yang bernama Alvaretta.

Renjun menghembuskan napasnya seperti ragu untuk memulai percakapan ini. "Dia orang yang sebelumnya pernah ada di kehidupan aku sebelum kamu dan Alluna datang. Alvaretta adalah salah satu orang yang membuat aku merasakan takut berlebihan ketika orang yang aku sayangi itu ... meninggalkan aku, entah itu sementara ataupun selamanya." 

Aku menutup mulutku tak percaya mendengar pernyataan dari Renjun. Pantas saja tadi Renjun mematikan ponselnya lantaran lelaki itu pasti akan berdebat dengan sang Kaka perihal Alvaretta yang akan menjenguknya beberapa hari ke depan.

Dapat aku simpulkan, bahwa Alvaretta adalah alasan mengapa Renjun dapat menderita thantophobia. Selain karena saat itu Kakek Renjun memang meninggal dunia, Alvaretta juga justru terbang ke negara lain untuk melanjutkan pendidikannya disana selama beberapa tahun.

Sebenarnya ini bukan murni salah dari Alvaretta. Seperti yang tadi dikatakan Milly, Alvaretta memang memiliki kecerdasan yang berada diatas teman-teman sebaya nya. Hanya saja, kejadian buruk yang menimpa Renjun kala itu harus berpapasan dengan kepergian Alvaretta ke luar negeri yang membuat Renjun merasa jauh terpuruk lantaran dua orang yang lelaki itu sayangi harus meninggalkannya secara bersamaan.

𝑇ℎ𝑎𝑛𝑡𝑜𝑝ℎ𝑜𝑏𝑖𝑎Kde žijí příběhy. Začni objevovat