14 | Kekhawatiran Kamal.

66 21 20
                                    

Sesampainya masuk ke dalam rumah, aku melangkahkan kaki menuju kamar yang berada di lantai dua, lalu membersihkan diriku dengan cara mandi serta melakukan serangkaian perawatan wajah dan tubuh lainnya.

Setelah selesai, aku memilih untuk merebahkan diri di ranjang. Pada awalnya aku berniat untuk menonton film di salah satu platform video, namun hal itu tidak terjadi lantaran tubuhku yang terlalu lelah ini membawaku ke alam mimpi yang indah.

Aktivitas tidurku terganggu ketika aku mendengar suara gerbang rumah yang dibuka oleh seseorang. Keningku berkerut, memikirkan siapa orang yang membuka gerbang rumah di jam—

—Oh iya, sekarang pukul berapa?

Aku mengambil ponsel di nakas, kemudian melihat jam yang menunjukkan pukul 7 malam, itu artinya aku sudah tertidur selama 2 jam.

Karena penasaran, akhirnya aku berjalan kearah gorden untuk melihat siapa orang yang tengah membuka gerbang rumah.

"Ayo masuk, Gyu." Aku dapat melihat Kamal yang mempersilakan Beomgyu masuk ke dalam teras rumah. Sedangkan Kamal kembali mengendarai motornya untuk disimpan di dalam garasi.

"Kak Kei?" Suara lantang Kamal dari lantai bawah dapat kudengar. Suaranya yang lantang mampu menembus lantai 2, dan sepertinya ia mencari keberadaanku.

Aku memutuskan untuk pergi ke lantai bawah dengan piyama berwarna hitam putih. Aku yakin Beomgyu pun tahu alasan mengapa aku memakai piyama ini. Tentu, karena ini sudah malam dan waktunya untuk beristirahat.

"Ayo Kak, kita makan dulu." ujar Kamal yang melihatku keberadaanku di anak tangga terakhir. Saat ini dirinya tengah menyiapkan makan malam.

Beomgyu yang semula sedang memainkan ponsel kini arah pandangnya melihat kearahku dengan tatapan yang terkejut. "E-Eh, hai Kak!"

"Hai juga, Gyu. Ayo makan bareng aku sama Kamal." Aku mengajaknya makan lalu pergi menemui Kamal yang sedang mempersiapkan makanan di meja makan.

"Tumben banget kamu rajin kayak gini, biasanya minta tolong aku." Aku mengambil segelas air yang sudah dipersiapkan di atas meja makan oleh Kamal, lalu meminumnya dan duduk di kursi yang berada di hadapan Kamal.

"Aku kira Kak Kei tidur, makanya aku siapin ini." Kamal menoleh kearah Beomgyu yang jalan dengan ragu kearah kami.

"Ayo sini, anggap kayak rumah lo aja." Kamal mencoba untuk mencairkan suasana yang memang dirasa cukup canggung.

"Beomgyu mau nginep disini?" Aku bertanya demikian karena terkadang Beomgyu dan beberapa teman Kamal lainnya seringkali menginap dan bermain playstation hingga larut malam di rumahku.

"Engga, Kak. Beomgyu nungguin Bang Haje dateng." Beomgyu duduk di kursi sebelah Kamal dengan pandangan yang sesekali melihat kearahku.

Ah, rasanya aku sudah lama tidak mendengar Haje. Haje adalah kakak sepupu Beomgyu sekaligus orang yang pernah mengantar Kamal pulang di malam hari saat mereka selesai menonton sepak bola yang diselenggarakan di kafe milik keluarga Beomgyu.

Saat itu, Kamal memang tidak mengendarai kendaraan karena ia berangkat dengan Beomgyu sepulang sekolah. Awalnya semua baik-baik saja, tapi ketika mereka akan pulang, ternyata motor Beomgyu mogok yang berakhir Kamal diantar pulang oleh Haje, sedangkan Beomgyu pulang diantar oleh salah satu karyawan kafe disana.

"Tadi mobilnya Gyu mogok, Kak. Awalnya aku mau nganterin dia sampai rumahnya, tapi Gyu nolak. Katanya dia takut Kak Kei marah sama aku, soalnya kan dia tau kalau aku cuma janji pergi sampai jam lima sore aja." Kamal memberiku penjelasan.

𝑇ℎ𝑎𝑛𝑡𝑜𝑝ℎ𝑜𝑏𝑖𝑎Where stories live. Discover now