13

135K 3.8K 41
                                    

Kelvin menunduk lemas saat ia mendengar semuanya, hidupnya sudah tidak berguna lagi. Dokter bahkan mengatakan bahwa mencari pendonor jantung memang tidaklah mudah. Semuanya begitu menyakitkan, begitu banyak mimpi-mimpi yang belum diraihnya. Mengapa cobaan ini datang seolah bergantian ? seperti perlahan-lahan ingin mendorongnya ke neraka, Kelvin sudah bisa merasakan hidupnya berangsur sia-sia.

Riana membelai bahunya, Josh hanya bisa menatapnya dengan hati yang begitu terluka.

Kelvin harus tahu, ia harus tahu bahwa jantungnya hanya berfungsi setengah dari seharusnya. Riana menghapus airmata Kelvin, melupakan bahwa ia sendiri tengah menangisi penderitaan pria itu "Kelvin, aku harap kau tetap kuat dan jadilah Kelvin yang dulu" bisik Riana. Lalu Riana memeluk Kelvin yang tengah duduk dikursi roda itu dari belakangnya. Kelvin merasa dirinya tak berdaya.

"Ada aku dan Josh, kami menyayangimu" lanjut Riana. Ada rasa sesak dihati Josh ketika melihat betapa rapuhnya Kelvin. Namun pria tetap saja pria, akan selalu berusaha terlihat kuat. Josh terdiam. Menyembunyikan kesedihannya yang begitu dalam, Kelvin hanya harus bahagia.

"Aku akan kembali ke kantor" ujar Josh lalu Riana mengangguk, Kelvin hanya menatap kosong kearah taman itu. ia tidak menjawab Josh, ia harap Josh mengerti bahwa Kelvin hanya butuh berdiam diri.

**

Riana berada disitu, menemani Kelvin sambil menceritakan hal-hal menyenangkan padanya. Kelvin tetap saja murung namun itu bukanlah masalah, Riana akan menghiburnya walaupun dirinya sendiri sedang dalam masa pemulihan.

"Bagaimana kalau kita menghubungi nenek ?" tiba-tiba Riana tersenyum berbinar kearah Kelvin, Kelvin menoleh kaget "Lalu kau mau menceritakan semuanya pada nenek ?"

Riana menggeleng cepat "Tentu saja tidak, kita hanya menanyakan kabar nenek. Bagaimana ?"

"nenek akan kaget jika mengetahui kita bersama"

"Aku bisa menjelaskannya, bagaimana ? kau mau ?" tanya Riana lagi. Kelvin mengangguk.

Riana menekan beberapa nomor dan menunggu sampai neneknya mengangkat telpon itu.

"Halo" sahut neneknya, dengan suara tua yang begitu renyah dan amat dirindukan. Riana berbinar, ia menoleh kearah Kelvin dan tersenyum. Sama halnya, Kelvin pun tersenyum lalu Riana menekan tombol speaker "Nenek, aku sedang bersama Kelvin" ujar Riana. Mereka sempat mendengar keadaan hening dan neneknya menjawab.

"Kelvin ? Kelvin sepupumu ? darimana kau mengenalnya ?"

"Kami ternyata satu kampus disini, aku sudah mengenalnya. Apakah nenek ingin bicara dengannya ?"

"Ya, nenek sangat merindukannya"

Riana memberikan ponselnya pada Kelvin, awalnya Kelvin menolak namun Riana membesarkan bola matanya agar Kelvin menurutinya "Ya nek..." ujar Kelvin terbata"

"Kelvin, bagaimana kabarmu ?"

"A...ku, baik-baik saja nek"

"apakah benar kalian satu kampus seperti yang Riana katakan ?"

"Ya nek, kami satu kampus dan kebetulan tempat tinggal kami pun dekat"

"Baguslah kalau kalian satu kampus, kalian bisa saling menjaga disana"

"Ya nek, aku pasti menajaga Riana"

"Ya nek, nenek harus jaga kesehatan. Kami akan baik-baik saja" ujar Riana lalu ketika mendengar neneknya memutus sambungan, Riana memasukan ponselnya kedalam saku lagi. Kelvin tertunduk, wajahnya tampak muram dan Riana tidak akan mengganggunya.

"Ehm" Josh berdehem, pria itu secara tiba-tiba berada disitu padahal Riana mengira dia benar-benar pergi ke kantor. Josh menyadarkan Riana dan gadis itu menoleh. Josh seolah memberi isyarat padanya dan untunglah Riana mengerti "Oh, aku akan kembali ke kamarku dulu Kelvin. Kuharap kau cepat lebih baik" ujar Riana sambil tersenyum. Kelvin hanya mengangguk sambil tersenyum pahit kearahnya. Tidak akan pernah lebih baik, gumam Kelvin dalam hati.

MY ADULT PARTNER 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang