22

104K 3.5K 236
                                    

Riana bangkit dari tidurnya, Josh terlihat bingung ketika Riana menempelkan jari telunjuk dibibirnya sendiri. Wajahnya tampak panik dan Josh tahu sekarang siapa si penelpon itu. Josh bangun dari tidurnya dan duduk di tepi tempat tidur dengan tubuh telanjangnya. Ia tidak peduli, bahkan bagian yang mengeras itu tidak dipikirkannya lagi. Ia melihat Riana berbicara menjauh dan menutup pembicaraan itu begitu saja.

Riana memunguti pakaiannya dan Josh hanya diam. Riana tersenyum kearahnya "Untungnya Ferdinand percaya bahwa suaramu tadi adalah suara televisi"

"Lalu ?" tanya Josh sambil mengernyitkan dahinya. "Dia ada urusan di London, sepertinya soal pekerjaan dan akan berangkat pagi ini"

"Jadi kau bisa disini denganku ?"

"Nenek sendiri dirumah, namun aku akan sering datang untuk membereskan hotel yang seperti habis diserang badai ini" jawab Riana lalu tersenyum. Josh menghampirinya dan memeluk Riana ketika gadis itu berhasil mengenakan dressnya kembali. "Tidakkah kau berpikir aku begitu cemburu melihatmu menjaga perasaan Mr.Clark ?" Riana menelan ludah.

"Maafkan aku Josh, aku sempat melupakan perasaanmu"

"Mandilah, aku akan memberikan kemejaku setelah kau selesai mandi. Sementara pakaianmu akan dicuci oleh petugas laundry hotel" Riana mengangguk mendengar perintah yang diberikan pria tampan itu.

Riana melepas pelukannya dan berjalan ke kamar mandi, ia menghidupkan air hangat, dan melepas pakaiannya. Dileher, dada dan bahunya ada tanda merah. Riana tersenyum, ini pasti perbuatan Josh saat dirinya tidur. Untunglah Ferdinand ada urusan keluar kota dan ia mempunyai waktu untuk menunggu tanda merah itu hilang.

**

Riana keluar dengan kemeja yang panjangnya hampir selutut dan membuatnya tidak memerlukan celana. Kemeja itu tampak kebesaran karena postur tubuh Josh dan dirinya memang jauh berbeda. Riana memasang cengir kuda, sedangkan Josh mengenakan handuk dan bersiap untuk mandi. Josh mengecup bibirnya sebelum masuk ke kamar mandi.

Riana akan membereskan kamar ini, dan akan memesan sarapan untuk mereka berdua. Josh selalu berantakan jika tidak ada pelayan yang membersihkan kamarnya, pria itu sudah dewasa namun bersikap seperti anak laki-laki yang manja.

Tiba-tiba Riana mengingat wajah Ferdinand, apakah ia akan bahagia jika suatu saat Ferdinand menjadi suaminya ? bagaimana dengan Josh ? apakah Josh bisa menerima pernikahannya ? jauh didalam hati Riana, ia sangat memikirkan Josh dan sangat mencintai Josh. Bagaimana bisa ia menikah tanpa mencintai Ferdinand sama sekali ?

Pintu kamar mandi itu terbuka, Josh berdiri disana dengan handuk yang menutupi setengah tubuhnya. Ia berjalan sambil tersenyum "Dalam sekejap kamarku sudah rapi, kau memang pantas dijadikan istri secepatnya" ujar Josh lalu menghampiri lemarinya. Dengan santai ia membuka handuk dan mempertontonkan tubuh telanjangnya tanpa malu, ia mengambil kaos putih dan celana pendek santai dan mengenakan celana dalamnya.

Riana mengalihkan pandangannya dari pertunjukan vulgar itu. Apakah benar pria tampan ini adalah kakaknya ? mengapa Riana tidak pernah bisa menerimanya ? apakah Josh menganggapnya sebagai adik ?

"Kau sudah memesan sarapan ?" Josh menoleh kearahnya dan Riana mengangguk pelan sambil masih tersenyum. Josh menghampirinya dan memeluk tubuh kecil gadis itu. "Kau sedikit gemuk sejak terakhir kali aku melihatmu enam tahun lalu" Riana tertawa kecil. "Aku sudah menyadarinya, aku tampak gemuk berlebihan"

Josh mengecup bahu Riana dengan lembut "Aku tidak mengatakan berlebihan, kau tetap cantik dan tetap Rianaku".

Bersyukurlah bahwa cinta itu buta terhadap berat badan.

Riana menelan ludahnya dengan perasaan sedih, ia menghela nafas merasakan setiap sentuhan bibir Josh pada bahunya "Josh, bagaimana jika suatu saat aku menikah dengan Ferdinand ?"

MY ADULT PARTNER 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang