21

108K 3.3K 53
                                    

Josh melangkah, ia merasa yakin memasuki toko itu. ia tersenyum ketika seorang pelayan menghampirinya. Ia gila, ya Josh sadar ia baru saja memulai kegilaannya kali ini. Kegilaan yang sempat membuatnya terjatuh begitu dalam itu kini sudah terlanjur ia mulai.

"Ada yang bisa kami bantu ?"

"Saya mencari cincin tunangan, apakah ada yang bisa saya lihat ?"

"Tentu saja, silahkah masuk" ujar pelayan sambil membuka lemari kaca itu, memperlihatkan beberapa cincin indah berbahan emas putih. Josh tahu, Riana pasti akan menyukainya, Riana akan memakai cincin itu di jari manisnya untuk Josh.

Josh menatap beberapa cincin itu, tidak akan ada salahnya memberikan cincin pada calon istri orang lain. Josh tidak peduli dengan keadaannya, walaupun keujung dunia ia akan tetap menunggu Riana sampai jadi miliknya.

"Tuan Josh..." Josh menoleh ketika suara itu memecah pikirannya, Ferdinand tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya, membuat Josh terpaku kaget "Sedang memilih cincin untuk kekasihmu ?" tanya Ferdinand ketika ia melihat beberapa cincin yang dikeluarkan pelayan itu dihadapan Josh.

Josh tersenyum gugup "Tidak, hanya melihat-lihat hadiah untuk adikku"

"Adikmu, laki-laki atau perempuan ?"

"Laki-laki..." jawab Josh sekenanya. Ia sempat ingin tertawa membayangkan wajah Kelvin yang masih polos disebrang sana itu menjadi korban akan kebohongannya.

"Kau sedang apa disini ? tanya Josh kemudian. Ferdinand tersenyum "Hanya akan bertemu klien didekat sini dan melihatmu jadi aku mampir" jawabnya. Josh mengangguk-angguk "Kalau begitu lanjutkan saja, aku pergi dulu" lanjut Ferdinand kemudian. Josh mengangguk sekali sambil tersenyum. Ia bernafas lega, entah mengapa ia merasa seperti seorang pemuja rahasia yang mencintai milik seseorang.

**

"Maafkan aku Riana, aku tidak tega melihat Josh seperti itu" ujar Kelvin saat Riana menelponnya untuk memastikan tentang bagaimana Josh bisa ada di Birmingham.

"Ya, aku paham. Tapi Kelvin, aku tidak tega melihat Josh seperti ini"

"Ini yang diinginkannya Riana, ia hanya ingin melihatmu" ucap Kelvin terbata. Riana memejamkan matanya. "Riana, apakah kau masih mencintainya ?" tanya Kelvin pelan. Riana menarik nafasnya dengan berat "Ya, aku masih sangat mencintainya Kelvin. Semuanya belum sama sekali berubah" akhirnya airmata Riana menetes.

Ia menutup pembicaraan, Riana tidak kuasa menahan isak tangisnya. Airmatanya terus mengalir seolah tak mau berhenti. Apakah salah menjadi dirinya saat ini ? mengapa cinta datang pada orang yang salah ?

Tanpa Riana sadari, nenek menghela nafas dari balik pintu kamarnya. Memejamkan mata begitu pedih. Kenyataan yang begitu pahit itu harus ditelannya, nenek merasa bersalah namun apa yang bisa dilakukannya untuk kebahagiaan Riana ?

**

Ferdinand menatap layar ponsel itu berkali-kali, ia sudah menghubungi Andrea sejak gadis itu kembali ke London dan belum juga berhasil berbicara dengannya. Entahlah, Ferdinand merindukan gadis itu. sangat merindukannya, ditengah rasa bersalahnya terhadap Riana yang begitu menyiksa. Apakah rasa cinta ini sudah mulai terbagi ?

Riana menatap Ferdinand yang masih fokus pada ponselnya, mereka sedang dalam acara keluarga Ferdinand namun sejak tadi Ferdinand terlihat acuh padanya. Padahal Ferdinand sungguh tahu bahwa Riana tidak pernah merasa nyaman berada ditengah keluarganya, keluarga Ferdinand yang notabene adalah konglomerat selalu memiliki dunia mereka masing-masing. Apalah artinya kehadiran Riana dimata mereka saat ini.

Acara makan malam sudah selesai, dan kini semua anggota keluarga terlihat berbincang dengan para tamu yang ada. Riana memilih tempat di pojok bersama Ferdinand. Awalnya niat mereka adalah agar bisa saling mengobrol namun kenyataannya Riana tidak dipedulikan sama sekali karena Ferdinand memandang ponselnya terus-menerus.

MY ADULT PARTNER 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang