9

174K 5.4K 48
                                    

Kelvin membuka matanya, wajahnya masih terdapat beberapa luka dan beberapa jahitan ditangan kanannya. Josh menghampirinya, Kelvin tersenyum menatapnya "Hei, apakah kau mengkhawatirkanku ?" tanya Kelvin kemudian terkekeh sambil menahan pedihnya beberapa luka disekitar wajahnya.

Josh mendengus "Bodoh! Tentu saja, kau adikku dan kami tidak bisa menolongmu. Lalu kau pikir kami bisa tenang ?" ujar Josh mirip seperti omelan dan membuat Kelvin tertawa.

"Dimana ayah ?"

"Ayah sedang di rumah, semalaman dia menjagamu sampai dokter menemukan donor darah untukmu. Ayah baru bisa tenang saat tahu kau baik-baik saja" mendengar hal itu Kelvin tersenyum.

Selama ini, ia sangat menginginkan kasih sayang seperti ini dan kini ia mendapatkannya.

"Terima kasih, kak" ucap Kelvin sambil tersenyum. Josh mengerutkan keningnya "Untuk apa ?" tanyanya bingung. "Mengkhawatirkanku..." jawab Kelvin dengan wajah bahagianya.

Josh mengulum senyumnya. Josh masih sangat gengsi menunjukan kasih sayangnya, lagipula hal itu tidak perlu. Kelvin tahu, Josh memang menyayanginya.

**

Riana menghela nafas saat Josh memberitahunya tentang Kelvin, Kelvin sudah baik-baik saja dan ia bisa bernafas lega sekarang. Semalaman Riana sangat khawatir dengannya dan Josh akhirnya memberi kabar bahwa Kelvin baik-baik saja dan Riana lega.

Hari ini Riana akan langsung pulang ke apartemennya setelah selesai perkuliahan, ia akan beristirahat sebelum sore nanti akan kerumah sakit untuk menjenguk Kelvin lalu setelah itu menuju tempat kerjanya di bar, sudah beberapa hari ini Riana ijin dan ia harus masuk hari ini jika masih mau bekerja.

Sudah mulai musim hujan, dengan bodohnya Riana tidak membawa jas hujan ataupun sekedar mantel dan ia akan pulang dalam keadaan basah kuyup.

Klakson mobil Josh membuatnya menoleh, ia hampir saja menerobos hujan namun mobil itu berhenti tepat didepan halte bus tempatnya berteduh. Josh membuka kaca mobilnya "Naiklah" ujar Josh dan Riana mengangguk, ia menerobos gerimis kecil itu dan masuk kedalam mobil Josh dengan cepat.
Josh mendengus "Kau tidak membawa jas hujanmu padahal tahu sedang musim hujan ?" ujar Josh kesal.
Riana memamerkan sederetan gigi putihnya, Josh hanya mendengus sambil melajukan mobilnya.

Mobil Josh terparkir di basement apartemen Riana dan mereka memasuki lift menuju apartemen Riana. Riana dengan cepat menyalakan penghangat ruangan, udara diluar sangat dingin dan syukurlah Josh datang karena jika tidak ia akan pulang dalam keadaan benar-benar basah kutup.

"Aku bawa makanan untuk kita" ujar Josh lalu tersenyum. Riana baru menyadari Josh menenteng kantong kertas itu sedari tadi, ia tidak memperhatikannya. "Mengapa repot-repot ? aku bisa memasak jika kau lapar" ujar Riana.

Josh tersenyum "Kau harus istirahat, kau baru tiba dirumah hampir pagi dan hanya tidur beberapa jam, sayang" ujar Josh lalu memeluk tubuh kecilnya dari belakang. "Aku akan menyiapkannya" ujar Riana lalu berjalan kedapur setelah ia berhasil melepas lingkaran tangan Josh di pinggangnya.

Josh tersenyum lalu duduk di meja makan, sementara Riana menyiapkan makan siang mereka. "Kau tidak ke kantor ?" tanya Riana sambil mengambil sendok lalu duduk dihadapannya dan memberikan piring berisi makanan pada Josh. Josh menggeleng "Tidak, aku memiliki Andrea dikantor. Dia bisa diandalkan" ujarnya lalu mulai melahap makanannya.

Riana mendengus. Bahagia sekali pria ini, di usianya yang sudah matang ia bisa bekerja seperti ini. Sedangkan Riana harus membuka matanya ditengah malam dan bekerja di bar. Josh menoleh kearahnya "Kau ikut aku kerumah sakit bukan ?" tanya Josh kemudian. Riana mengangguk "Ya, setelah itu aku langsung ke bar" ujarnya sambil mengunyah ayam gorengnya. Josh mengerutkan dahinya "Kau masih bekerja disitu ?" tanya Josh dengan wajah tidak setujunya. Riana mengangguk "Aku harus tetap bekerja Josh, nenekku sedang sakit"

"Hei, ayolah kau bisa mengatakan padaku jika butuh biaya sayang"

"Apa seumur hidup akan seperti itu ?"

"Tentu saja, kau akan menjadi istriku dan tanggung jawabku sejak aku mengenalmu" ujar Josh. Riana menggeleng sambil tersenyum "Tapi aku harus tetap bekerja saat ini, Josh" ujarnya lagi. Josh menghentikan makannya "kau bisa bekerja dikantorku, bukan di bar seperti itu. Sayang, akan ada banyak laki-laki hidung belang disana dan aku tidak bisa mengawasimu" ujar Josh membuat Riana mengerucuti bibirnya.

"Aku akan membawamu ke kantorku, kau bisa bekerja disana setelah pulang kuliah" ujar Josh lagi. Riana terbelalak "Lalu seisi kantor membicarakanku bahwa aku anak ingusan kekasih bos mereka ?" Riana memasukan makanan kemulutnya lagi. "apapun kata mereka, kau tetap tidak boleh ke bar itu lagi" ujar Josh bersikeras. Riana mengangguk pasrah.

"Tidak dikantormu, Josh. Aku bisa mencari pekerjaan lain" jawab Riana pelan. Josh hanya menghela nafas, ya Riana kekasihnya baru berusia delapan belas tahun dan tingkat egoisnya masih tinggi. Josh tidak akan memaksanya.

**

Mereka duduk didepan televisi setelah selesai makan. Josh hanya diam sejak tadi, Riana tahu Josh sedikit marah dengan sikap kekanakannya dan Riana menghampirinya "Maafkan aku..." ujarnya pelan dengan suara manja. Josh menoleh kearahnya lalu tersenyum "Kemarilah, aku ingin memelukmu" ujar Josh dan Riana memeluknya. Riana menghirup aroma aftershave yang disukainya itu dan Josh tersenyum "Malam ini kau harus dirumah, mengerti ?" ujar Josh seperti peringatan. Riana mengangguk pelan.

Riana bisa mendengar detak jantung Josh dengan jelas, pria itu begitu erat memeluknya seolah Josh tidak akan pernah bisa melepaskannya lagi. Dan memang benar, Josh tidak pernah mau melepaskan gadis ini sampai kapanpun dan disaat apapun. Lalu nafas Josh memburu, diciuminya leher Riana dengan lembut dan gadis itu tersenyum menahan geli. "Josh..." ucapnya lembut. Josh menatap matanya, dan Riana menatap mata Josh yang redup "Aku menginginkannya, sayang" bisik Josh lembut.

Jantung Riana berdegup kencang dan Josh menciumnya. Dan terjadilah...

Riana menahan tawa ketika pria itu mengangkat wajahnya "Jangan menatapku seperti itu" ujar Josh dengan wajah merah "Lalu aku wanita pertama yang melihatmu orgasme sampai kau harus merasa malu padaku ?" Josh mengulum senyumnya. "Aku tampak bodoh saat orgasme" ujar Josh lalu bangun dari tubuh Riana. "Bodoh ? bagiku seksi" goda Riana. Josh menarik tubuh Riana menuju kamar mandi "Jangan lihat wajahku saat orgasme, aku malu menunjukannya padamu" ujar Josh seperti bergumam dan Riana menahan tawanya.

**

Ayahnya beberapa kali menghubungi ponsel Josh namun Josh tidak sempat mengangkatnya, kini kakinya sudah melangkah di rumah sakit itu. Josh menatap ayahnya dengan cemas, ia sungguh tidak ingin mendengar kabar buruk tentang Kelvin. "ayah mau bicara" ujar ayahnya pelan lalu Josh mengikutinya, Riana tampak mengerti dan ia masuk kedalam kamar Kelvin. Ia sangat ingin menjenguknya.

Kelvin tersenyum saat melihat Riana muncul dari balik pintu sambil memeluk kantong plastik berisi jeruk segar "Bagaimana keadaanmu, Kelvin ?" Kelvin tersenyum mendengar sapaan itu. "Aku baik-baik saja, Riana terima kasih telah menjengukku" ujar Kelvin lembut. Riana mengibas tangannya "Tentu saja aku harus menjengukmu" ujarnya.

**

Josh menatap wajah ayahnya. Mereka duduk disebuah kafetaria rumah sakit dan ayahnya terlihat murung didepannya. Josh sungguh tidak mengerti, ada apa dengan ayahnya ini ? ayahnya mengangkat wajah "Ini tentang Kelvin" ujar ayahnya. Josh tidak sabar menunggu ucapan ayahnya selanjutnya. "Ya, kenapa Kelvin ? bisakah ayah mengatakannya lebih cepat padaku ?" ujar Josh menahan kekesalannya.

"Kelvin bukan adikmu..."

**

MY ADULT PARTNER 1Where stories live. Discover now