1

14 1 0
                                    

Liburan musim panas baru saja berakhir, dan hampir seluruh musim panas ku didedikasikan untuk membuat para bajiangan terkena getah dari kelakuan mereka sendiri. Jujur, aku tidak tepatnya menganggap diri ku sebagai homewrecker untuk pasangan yang sungguh berakhir bercerai, karena itu bukan tepatnya salah ku, aku hanya penyedia sarana yang membuktikan ketidaksetiaan pria mereka. Kalau memang ada yang harus disalahkan, jelas sekali itu suami mereka, bukan aku, aku tidak bersalah. Tapi lagi, mungkin mungkin hanya mencari pembelaan saja, tidak penting, aku percaya apa yang aku lakukan adalah hal baik karena niat ku baik, setidaknya dari sisi pandangan si istri.

Okay, aku terlalu banyak berceloteh, aku seharusnya bercerita tentang kehidupan ku sekarang, di momen ini, bukan mencari pembelaan. Bodoh.

Seperti yang aku katakan, musim panas baru saja berakhir, sayangnya, tidak hanya tahun pelajaran saja yang berganti, tapi juga sekolah ku. Ya, aku pindah sekolah, hell, aku bahkan pindah negara bagian. Karena akhirnya, akhirnya, setelah hampir 3 tahun disia-siakan seperti anak tiri oleh ibu kandung ku sendiri, negara menaruh perhatiannya kembali pada ku, mereka akhirnya melihat apa yang selama ini aku adukan dan ibu ku terlalu licik untuk biarkan mereka melihat.

Hari ini, adalah hari pertama ku di rumah baru ku. Negara menempatkan ku di sebuah keluarga kecil dengan rumah minimalis namun sangat mewah, dan dingin. Walaupun memang tidak sedingin situasi di rumah ibu ku, tapi hampir mendekati.

Saat aku baru saja sampai di rumah ini, orang yang pertama kali ku temui adalah pegawai di rumah tersebut. Dia mengenalkan dirinya sebagai Mrs. Zore, dia ramah, tapi menolak untuk memberitahukan ku nama depannya. Lalu dari pintu depan, ia mengarahkan ku langsung ke lantai atas, dan ia mengatakan sesuatu seperti, "ini akan menjadi kamar sementara mu," tapi sebelum aku bisa bertanya maksud kalimatnya, wanita itu sudah menutup pintu kamar ku dan menghilang.

Mrs. Zore tidak mengatakan apapun tentang tidak boleh keluar kamar. Lagipula, ini seharusnya menjadi rumah baru ku, jadi mengapa tidak aku melihat seluk-beluknya? Juga, di mana penghuni lain rumah ini tepatnya? Ini sangat aneh. Apa aku keluar dari satu permasalahan untuk kembali dicelupkan ke dalam permasalahan yang sama? Bukankah keluarga angkat seharusnya bersikap hangat dan menerima? Di mana mereka? Mereka bahkan tidak menemui ku sebelumnya. Bagaimana mereka lolos menjadi kandidat keluarga angkat kalau ini adalah situasi dalam rumahnya?

"Jangan merasa terlalu nyaman." Suaranya terdengar sangat jelas, tapi aku tidak bisa menemukan siapapun di sekitar ku, "di atas mu."

Aku tahu ini akan terdengar klise, karena ini memang klise, tapi sepertinya aku baru saja menemukan dewa dalam kehidupan nyata. Ada seorang pria? Remaja? Aku tidak yakin, tapi dia jelas bukan sang kepala keluarga, dia terlalu muda. Dia berdiri di balkon lantai atas, mencondongkan diri dengan wajah datar sambil menatap ku. Aku sungguh tidak yakin kenapa yang pendiam dan misterius sungguh membuat seseorang tertarik apalagi ditambah dengan perawakan yang memang menarik. Sungguh, siapa dia? Aku tidak diberitahu kalau aku akan ditempatkan dengan remaja lainnya. Mungkin dia bukan remaja? Aku tahu kalau penampilan tidak selalu merefleksikan usia, percayalah, aku berbicara dari pengalaman, dan kau tahu itu.

"Apa kau hanya akan berdiri disana atau kau akan memperkenalkan diri?" Balas ku sarkastik. Mungkin bukan pilihan yang tepat untuk dilakukan, tapi itu datang secara natural

"Nikmati momen tenang ini selama kau bisa," lalu, ia menegakan tubuh, menarik dirinya dari pandangan ku, "karena ini tidak akan bertahan lama."

Apakah itu sebuah ancaman? Sungguh, bisakah situasinya menjadi lebih klise dari ini? Aku sudah bisa menebak teror apa yang akan menanti ku di sekolah baru ku nanti, karena aku yakin, remaja itu, akan menjadi tormenter ku. Dia memiliki vibe-nya. Populer, diidolakan, dan dingin, dia jelas adalah penguasa sekolah. Aku sudah mengetahuinya. Sekarang, yang harus aku antisipasikan adalah seberapa jauh ia akan membawa tingkahnya ini, dan apakah ia jenis yang menyerang fisik atau hanya mental. Sepertinya permulaan baru ku hanyalah sebuah lanjutan dari situasi dulu, bedanya, kali ini aku akan menadpatkannya dari rumah dan sekolah. Luar biasa! Apakah sudah terlalu terlambat untuk meminta ke lagi direlokasikan ke keluarga angkat lainnya?

««»»

Sampai di hari pertama tahun ajaran, apa kau percaya aku masih belum bertemu dengan orang tua angkat ku? Memang aku melihat potret keluarga di ruang tengah, mereka terlihat hangat dan sangat manis, tapi kadang, foto bisa menipu. Remaja di balkon jelas bagian dari keluarga baru ku, walaupun memang ia terlihat jauh lebih muda dalam foto, tapi mereka adalah orang yang sama, yang berbeda hanyalah sorot mata mereka, bocah dalam foto terlihat...kau tahu, klasik bocah jahil yang ceria, tapi remaja di balkon? Dia adalah kebalikan dari foto itu.

Okay, aku rasa sebaiknya aku berhenti memanggilnya remaja di balkon, dia memiliki nama, Blue Abbott Bricklin, dan asumsi ku tentang dirinya sebagai penguasa sekolah sepenuhnya benar, begitu juga dengan diidolakan, tapi tentu saja, ia juga ditakuti. Juga di hari pertama, aku menemukan kalau ia memiliki nama panggilan yang sama sekali tidak mendekati namanya, semua orang memanggilnya Ace. Tidak akan berbohong, awalnya ku kira mereka memanggilnya Ice, karena dia dingin, tapi ternyata itu tidak benar. Tidak penting, ini kisah ku, bukan Ace. Mari kembali fokus pada ku.

Sebelum aku datang kemari, aku sudah diinfokan oleh pekerja sosial ku tentang kehidupan baru ku. Di mana aku akan tinggal, di mana aku akan bersekolah, apa saja yang sebaiknya tidak dilakukan, segala macam detail seperti itu. Jadi bukan sebuah keterkejutan bagi ku saat melihat gedung sekolahnya, maksud ku, aku didaftarkan pada private school, seragam yang muncul secara dalam lemari di kamar baru ku sudah menjadi indikasi jenis private school apa yang akan ku datangi.

Jelas, aku tidak pernah menjadi murid di sekolah mahal, ibu ku terlalu tidak perduli untuk repot-repot mendaftarkan ku di sekolah yang harus membayar penuh saat ada sekolah gratis yang disubstitusi oleh pemerintah. Aku tidak begitu perduli sekolah macam apa yang aku datangi sesungguhnya, pendidikan adalah pendidikan. Jadi itu tidak pernah menggangu ku.

"Pagi, saya diberitahu untuk mengambil jadwal kelas di sini?" Ucap ku ringan pada wanita di balik meja ruang administrasi

Wanita itu mengadah pada ku, "kau seharusnya mendapatkan e-mail," balasnya datar, "sekarang sudah jamannya paperless."

"Oh, itu bukan yang diberitahukan pada ku," balas ku bingung

"Siapa nama mu?" Tanya wanita itu menghela nafas

"Jazmyn Greyrose."

"Bagaimana ejaannya?"

"J-A-Z-M-Y—"

"Aku sudah menemukannya," potongnya, "sesaat, aku akan mencetak jadwal mu."

5 menit kemudian, aku meninggalkan ruang administrasi dengan jadwal kelas ku dan arahan menuju loker dan kelas pertama ku. Untungnya tidak loker ataupun kelas sulit untuk ku temukan, wanita di ruang admin menjelaskan arahnya dengan baik pada ku, jadi setidaknya, ia tidak memakan gaji buta seperti administrasi di sekolah lama ku dulu.

Life As Of All The What IfsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang