6

6 0 0
                                    

Bahkan dengan rasa khawatir akan nasib ku, aku berhasil tertidur setelah mencapai 2 kali orgasme mandiri setelah kembali sampai di kamar ku. Saat aku terbangun keesokan harinya, aku menemukan sebuah foto di meja sisi kasur ku. Tidak hanya sebuah foto sembarangan, tapi foto ku dengan bajingan paling pertama yang pernah aku jatuhkan, dan foto itu sangat mengkhatirkan, tidak hanya karena saat itu aku masih berusia 13 tahun, tapi juga karena bajingan yang ada di foto itu. Dia adalah suami baru ibu ku, karena dunia memang sejahat itu.

Kalau Ace memiliki foto ku sampai sejauh itu, apa yang menutup kemungkinan ia tidak memiliki foto yang lainnya? Resmi sudah, masa depan ku berakhir. Aku meninggalkan New Orleans untuk kehidupan baru yang bebas, alih-alih, aku menemukan diri ku di dalam penjara. Apa yang aku lakukan di kehidupan ku sebelumnya sampai aku pantas menjalani semua ini di kehidupan ku sekarang?

Ace percaya aku telah menghancurkan keluarganya, dan lebih buruknya lagi, membunuh ibunya, tapi dia salah. Simon tidak pernah menjadi bajingan yang ku jatuhkan, aku tidak pernah bertemu dengannya, karena aku mengingat semua nama mereka, dan Simon Bricklin bukan salah satu dari mereka. Aku tidak bersalah, tapi bagaimana aku bisa membuktikannya saat aku tidak memiliki bukti apapun untuk pembelaan ku? Apa aku sungguh harus menjalani sebuah konsekuensi akan sesuatu yang bukan menjadi salah ku? Aku sebaiknya membakar foto ini.

"Jaz?"

Sialan. Aku tahu ini rumahnya, tapi apa yang ia lakukan di pintu ku?! Ini akan memberikan Ace amunisi untuk asumsinya yang salah!

"Aku tahu kau ada di dalam," panggilnya lagi, "apa kau baik-baik saja di dalam sana? Ace memberitahu ku kau tidak merasa sehat," lanjutnya diikuti dengan gagang pintu yang bergerak, untungnya aku masih cukup waras untuk mengunci pintu ku semalam, tidak seperti itu berguna banyak melihat kemunculan foto sialan itu di meja sisi kasur ku saat bangun tadi

"Hanya hungover!" Balas ku menyahut

"Anak dibawah umur tidak seharunya minum minuman beralkohol," ucapnya jahil

Ini tidak baik, aku harus segera menyingkirkannya dari pintu ku sebelum Ace menyaksikan ini! "Apa kau juga mengatakan itu pada Ace, Simon?" Tanya ku setelah membuka pintu pool house

"Apa ia terlihat seperti seseorang yang akan mendengarkan ku?" Balas Simon terseyum miring

"Jelas tidak," balas ku memaksakan senyum, "tidak ingin menjadi tidak sopan, tapi aku ingin melanjutkan tidur, jadi kalau kau tidak keberatan?"

"Apa kau membutuhkan sesuatu?" Tanyanya mengulurkan tangannya dan secara refleks aku bergerak menjauh

Menutupi respon ku, aku berkata, "aku akan memanggil Mrs. Zore kalau ada yang ku butuhkan, Simon."

Seperti baru menyadari sesuatu, Simon bergerak mundur, "tentu saja!"

"Okay, terima kasih sudah mengkhawatirkan ku," ucap ku meraih pintu, "bye."

Tentu saja, aku seharusnya tahu kalau tidak ada kemenangan untuk situasi ku, karena tepat sebelum aku menutup pintu ku rapat, aku menangkap Ace yang berdiri di balkonnya, menyaksikan interaksi ku dengan Simon. Bunuh saja aku sekarang juga!

««»»

Lily mengajak ku keluar hari itu. Ia datang ke rumah, dan kurang lebih menyeret ku pergi berbelanja dengannya. Ia membeli beberapa pakaian, memberitahu ku kalau Ellie dan dirinya menyukai jenis pakaian yang sama jadi lemari pakaian mereka kurang lebih menjadi lemari bersama, karena itu sekarang mereka membutuhkan stok pakaian yang baru.

Setelah belanja, kita menuju ke foodcourt dan aku menemukan kalau ternyata Pope telah menanti ku di sana, yang membuat Lily menyeringai dan memberi tahu ku kalau semua ini bagian dari rencana, lalu ia pergi meninggalkan kami untuk melakukan kencan dadakan yang diisikan dengan makan siang yang dilanjutkan dengan menonton bioskop sebelum ia mengantar ku kembali pulang. Akhirnya.

Aku tahu apa yang kau pikirkan, tapi jangan salah, kencannya berlangsung mulus dan aku menyukainya sepenuhnya, hanya saja aku lelah. Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku mendapatkan perhatian lebih yang tidak karena bayaran ataupun motif tersembunyi, dan ternyata aku merindukannya, tapi sayangnya aku tidak bisa sepenuhnya menikmati perhatian itu karena beban pikiran yang terus mengganggu ku, alhasil, membuat ku merasa lelah. Aku tidak sabar untuk mandi dan beristirahat

"Merindukan perhatian lelaki?"

"Sialan kau, Ace!" Keterkejutan ku membuat ku menjatuhkan barang-barang di tangan ku, termasuk cup soda yang masih ada setengah penuh, "apa yang kau lakukan di kamar ku dalam kegelapan?!"

"Ini rumah ku, aku bisa berada di manapun aku mau dan kapanpun aku mau," balasnya dingin

"Kalau kau lupa, ini rumah ku juga, dan tempat ini sudah diberikan pada ku!" Balas ku sambil mengambil lap dari dapur untuk soda ku yang tumpah

"Kata siapa?" Cemoohnya, "apa nama mu tertulis di surat kepemilikan?" Lanjutnya sarkastik, "tidak!"

"Dan nama mu tertulis?"

"Ya." Ucapnya singkat

"Omong kosong," kali ini aku yang tertawa, "kau bocah 16 tahun, yang masih memiliki ayah hidup—"

"Oh, itu situasi yang kau pikir terjadi saat ini?" Potongnya lalu tertawa

Sungguh, ia harus berhenti tertawa! Tidak karena suaranya menyakitkan telinga seperti tawa hyena, tidak sama sekali, tapi karena tawanya membuat ku merinding, kedua jenisnya.

"Apakah ada yang lainnya?" Balas ku menyembunyikan rasa yang tidak jelas ini dengan sarkasme

"Rumah dan segala hal di dalamnya adalah milik ku," balasnya melangkah mendekati ku, "saat mom meninggal, ia meninggalkan semuanya untuk ku," Ace menarik ku berdiri dengan mencengkram leher ku, "si bajingan tua itu hanya tamu, seseorang yang datang dari nol, tidak memiliki apapun, dan ia akan pergi dengan kondisi yang sama."

"Kau akan membunuh ku!" Ucap ku tercekat

"Mungkin itu memang tujuan ku," bisiknya dingin, "kau membunuh ibu ku, akan adil kalau bayaran untuk sebuah nyawa adalah nyawa."

Bagaimana kau akan mengubah pikiran seseorang yang telah berubah menjadi batu? Itu adalah pertanyaan kehidupan yang selalu ditanyakan, tapi sayangnya tidak ada seorang pun yang bisa memberikan jawaban pasti.

««»»

Aku menemukan diri ku terbangun di lantai sambil menarik nafas panjang seperti seseorang yang sebelumnya tenggelam. Oh tuhan, Ace mencekik ku sampai aku kehilangan kesadaran! Aku harus melaporkan ini, bukan? Bahkan pria bangsat itu tidak pernah membuat ku sampai hilang kesadaran, menangis sampai tertidur sering, tapi tidak pernah sampai pingsan saat itu juga. Jelas ada yang salah dengan bocah itu.

Aku mencoba menghubungi nomer yang petugas sosial berikan pada ku di hari pertama ku kemarin, tapi entah kenapa, nomer yang aku hubungi langsung mengirim ku ke pesan suara sebelum akhirnya di percobaan ke-4, pesan suara berubah menjadi tidak terdaftar. Apa-apaan ini? Bukankah nomer petugas sosial seharusnya selalu aktif? Ini sangat aneh. Tapi tentu saja, aku tidak kehabisan akal, CPS memiliki hotline, dan aku akan langung menghubungi ke sana, ini bukan rodeo pertama ku. Aku pernah melakukannya di New Orleans, aku yakin aku bisa melakukannya sekali lagi di Chicago, karena pada dasarnya semua sama.

Life As Of All The What IfsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang