14

4 0 0
                                    

Minggu lain berlalu, serial peloncoan lainnya dan pesta rumahan lainnya terus terjadi. Minggu ini adalah giliran Nate menjadi tuan rumahnya, dan percayalah saat aku mengatakan rumah Nate jauh lebih besar dari miliki Cain dan Ace. Rumahnya sangat megah, aku sungguh tidak tahu bagaimana mereka bisa saling bertemu dan berpapasan. Jelas sebuah keluarga tidak seharusnya saling terasing dengan satu sama lain seperti itu, bukan? Atau mungkin itu semacam standar dari keluarga beruang? Entahlah, aku tidak pernah menjadi orang kaya sebelum ini. Mungkin di kehidupan ku sebelumnya.

"Jaz," panggil Pope di sisi ku saat kita sedang mengantri giliran masuk

"Hmm?" Gumam ku menoleh padanya

"Apa kau ingin pergi ke tempat lain saja?" Tanyanya ragu

"Kenapa?" Balas ku bertanya, menatapnya bingung

Untuk sesaat, Pope terdiam, tapi sejak aku terus menanti, ia akhirnya menghela nafas dan menjawab, "ada hal yang berbeda dengan pesta di rumah Nate," aku memiringkan kepala ku, menujukan ke tertarikan dan rasa penasaran, "mereka memiliki ring, untuk pertarungan."

"Okay..." balas ku tak mengerti, "apa hubungan itu dengan aku mau pergi ketempat lain?"

"Pertarungannya tidak ada menyerah, antara kau menang atau kau kehilangan kesadaran," Pope meremas tangan ku, "dan Titans menyiratkan malam ini adalah giliran ku."

Itu jelas menarik seluruh perhatian ku, "kenapa?"

"Aku kemungkinan menantang mereka," ucap Pope pelan, dan aku sudah akan mengatakan sesuatu kalau saja ia tidak kembali bicara, "kalau aku menang, mereka akan mengabulkan permintaan ku," lanjut Pope menatap langit, "selain itu, ini adalah satu-satunya saat siapapun bisa meninju salah seorang Titans."

"Well, yang kedua adalah alasan yang bagus..." balas ku mengagguk, "apa ada konsekuensi saat kau kalah?"

"Tergantung siapa yang kau lawan." Balas Pope lalu giliran kita untuk masuk

"$5," Ucap si security

Tunggu, kita harus membayar untuk masuk? Sejak kapan kita dipungut uang? Mereka kaya! Untuk apa pesta yang mereka adakan dipungut biaya masuk?!

"Sejak kapan kita harus membayar?" Tanya ku menahan tangan Pope yang sudah akan mengeluarkan $10 dari dompetnya

"Dia membayar," ucap security menujuk Pope, "kau tidak," lanjutnya menujuk ku, "Itu peraturannya."

"Jangan katakan ini diskriminasi seks!" Ucap ku bersedekap, "gadis masuk gratis dan bocah harus membayar?"

"Tidak," security menjawab datar, "kau," ia menujuk ku, "ada dalam list, sementara dia," menujuk Pope, "tidak, karena itu, kalau ia ingin masuk, $5."

"Tak apa, Jaz." Balas Pope, menepuk tangan ku lalu menyerahkan pecahan $5 pada security

"Have fun." Ucap security mengangguk pada seseorang yang memberikan kita gelas merah dengan nama. Well, setidaknya gelas ku memiliki nama, sementara Pope hanya tertulis, "Jaz+1"

"Apa kau merasa itu aneh?" Tanya Pope saat kita mengisi gelas kita di keg terdekat

"Apa aneh?"

"Mereka membully mu di sekolah, tapi memasukan mu dalam daftar ekslusif mereka."

"Oh," balas ku yang sebenarnya juga bingung, "mungkin mereka memiliki rencana buruk untuk ku?" Lanjut ku, karena itu satu-satunya alasan jauh dari mustahil, "itu tidak penting, Pope, kau sudah membayar, jadi mari kita nikmati pestanya!"

Life As Of All The What IfsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang