19

2 0 0
                                    

Aku memiliki mimpi yang aneh. Okay, "aneh" bukan kata yang tepat, biar ku ulang... Aku memiliki mimpi erotis, dan sebelum kau menduga-duga, aku akan mengatakannya, ya, itu adalah mimpi dengan Ace. We fucked, hard, walaupun pada kenyataannya kita tidak pernah melakukannya, belum. Aku orgasme beberapa kali, dalam mimpi tersebut dan beberapa saat setelah aku terbangun dan menstimulasi diri ku sendiri untuk pelepasan. Sungguh ini semakin parah.

Awalnya aku bermimpi aku hanya sekedar menciumnya, tapi mimpi itu sudah cukup mengganggu ku saat aku terbangun. Lalu 2 hari setelah itu, aku bermimpi Ace mencium ku kembali dan kita berada di sebuah kamar yang tak ku kenal, itu menggangu ku lebih berat. Lalu kemarin, 3 hari setelah mimpi ke-2, aku bermimpi Ace menyentuh tubuh ku dan aku menikmatinya, dan saat aku bertemu Pope di pagi hari itu aku merasa sungguh bersalah. Lalu malam ini, kita akhirnya melakukannya, efek yang diberikan terasa sampai setelah aku terbangun.

Kalau aku tidak melakukan apapun hari ini, aku tidak masalah, tapi aku memiliki kencan dengan Pope hari ini! Kita akan menghabiskan waktu seharian bersama. Bagaimana aku bisa menikmati hari ku dengan pacar ku saat aku terbayang bayangan berhubungan seks dengan yang lain? Dengan bocah yang seharusnya tidak memiliki hak apapun untuk membintangi mimpi-mimpi ku, apalagi mimpi erotis ku! Ugh, melihat Ace di mana pun akan sungguh terasa sangat aneh untuk ku sekarang. Bagaimana aku bisa menghapus ingatan itu dari memori?

"Kau terlihat cantik, Miss Jaz," ucap Mrs. Zore saat melihat ku berjalan dari kamar ku

"Awh, terima kasih, Mrs. Zore!" Balas ku tersenyum, "aku memiliki kencan hari ini."

"Oh?" Wanita ku tersenyum, "siapa bocahnya?"

"Nama dia Pope," balas ku ceria, "dia akan sampai di sini 5 menit lagi kalau kau ingin bertemu dengannya?"

"Apa kau akan pergi seharian?" Tanyanya

"Rencananya begitu," aku mengangguk, "kenapa?"

"Rumah terasa sepi saat aku adalah satu-satunya wanita," Mrs. Zore mengangkat bahunya, "aku berharap kita bisa menjadi wanita bersama? Memasak makanan mungkin?"

"Oh, maafkan aku, Mrs. Zore," balas ku menyesal, "mungkin besok?"

"Itu akan luar biasa," wanita itu mengangguk, "tuan muda menyinggung tentang chicken parmigiana sebelumnya, mengatakan kau belum pernah merasakan itu sebelumnya? Mungkin kita bisa mencoba memasak itu?"

"Tunggu, Ace menceritakan tentang selera murahan ku pada mu?" Balas ku tertawa

"Dia lebih mengumpat dibandingkan bercerita sebenarnya," balas wanita itu ringan

Lalu bel depan berbunyi, mengingatkan ku kalau Pope sudah datang, "ya untuk memasak itu besok," aku mengangguk, "aku harus pergi, Pope sudah datang."

"Jaz, seseorang ada di pintu untuk mu!"

Aku secara refleks menangkap tangan Mrs. Zore, "Simon di rumah?"

"Dia pulang larut malam semalam," balas Mrs. Zore, menyentuh lengan ku lembut, "jangan khawatir, aku akan mengalihkan perhatiannya."

"Terima kasih," aku meremas tangannya pelan sebelum membiarkannya pergi

Memantau dari pintu luar, aku melihat Mrs. Zore menggiring Simon menuju dapur, berbicara dengannya mengenai sesuatu. Setelah aku melihat mereka bergerak jauh dari jangkauan pendengaran, aku bergerak cepat, hampir berlari, menuju pintu depan, di mana aku menemukan Pope sudah menanti ku dengan sebuah karangan bunga. Menyedihkannya, aku tidak tega untuk memberitahunya kalau aku tidak menyukainya karangan bunga, karena aku berpikir itu hanya pembuangan uang. Kau membayar sejumlah uang hanya untuk dibuang nantinya.

"Untuk mu," Pope mengangkat karangan ditangannya

"Sangat indah!" Ucap ku tersenyum, "aku sebaiknya taruh ini di dalam dulu, tunggu di sini."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Life As Of All The What IfsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang