10

5 0 0
                                    

Memutuskan kalau rokoknya terlalu berbahaya untuk ku, aku sekali lagi mengambil alih, tapi tidak seperti sebelumnya, aku melemparnya keluar pintu belakang ku, yang ku ingat sudah ku kunci sebelumnya, tapi sekarang terbuka lebar.

"Aku masih menikmati itu," ucapnya datar

"Rokok itu bisa melukai ku." Balas ku tak mau kalah

Ace mungkin tidak mengatakan apapun, tapi dari gerakannya, aku ada perasaan kalau memang itu terbersit dalam pikirannya. Bocah ini sungguh harus mengunjungi psikiater, karena dia gila dan membutuhkan obat. Tidak ada seorang yang normal memiliki pikiran dan keinginan jahat seperti itu.

Aku tahu sejauh ini aku belum melakukan apapun yang cukup menggoda, karena sejauh ini aku baru berhasil melucuti pakaiannya. Dia bahkan belum terasa keras, tidak sepeti saat terakhir kali kemarin. Bagaimana para gadis itu melakukannya? Apa aku harus kembali menyentuh diri ku sendiri untuk merangsangnya? Mungkin aku bisa mengambil jalan pintas

"Kalau ini yang kau sebut sebagai menggoda, kau jelas tidak mengerti konsepnya."

Aku tidak tahu bagaimana kalimat sesimpel itu dapat membuat emosi ku terpancing, "apa gunanya aku memberikan sepenuhnya kalau aku tidak diuntungkan?" Balas ku, "aku butuh janji mu untuk tidak mengatakan apapun."

"Kalau aku puas, kau tidak perlu khawatir tentang ku membuka rahasia mu," ucapnya santai, "untuk beberapa jangka waktu."

"Itu sangat licik." Decih ku membuang muka

Dalam sepersekian detik, wajah ku telah ditarik kembali untuk menatapnya, "dan apa yang kau lakukan dengan pria-pria beristri itu tidak?"

"Mereka pantas mendapatkannya," sembur ku tajam

"Lanjutkan," ucapnya bersandar di sofa ku, merentangkan tangannya di tangan sofa, "buat aku terangsang, bahkan lebih baik lagi jika kau berhasil membuat ku ejakulasi."

"What's on the table?" Balas ku tiba-tiba merasakan betapa ringannya kepala ku

"Aku akan membiarkan mu memilih," balasnya santai, "selama penis ku tidak menyentuh vagina penuh STD mu."

"Tidak ingin memberimu lebih banyak amunisi untuk membunuh ku." Balas ku sarkastik yang aku cukup yakin mendengarnya memberikan ku dengusan sebagai respon

"Tidakkah kau seharusnya menjilat ku?" Tanya Ace dengan mudahnya mengangkat ku dan memindahkan ku dari pangkuannya, "kau tahu, aku akan memberi mu titik mulai," ucapnya sambil menatap ku miring, "pelacur tahu bagaimana cara menggunakan tubuhnya, jadi mengapa tidak kau menari? Dan buatlah terlihat seksi."

Untuk sesaat, aku tercengang dengan kalimatnya. Kenapa ia begitu yakin aku ingin seorang pelacur? Tidak kah kecanggungan ku saat berada dipangkuannya sebelumnya menujukan sesuatu? Aku tidak sungguh-sungguh tahu bagaimana cara menggoda seseorang secara seksual. Maksud ku, aku memang tahu bagaimana cara merangsang perhatian seseorang, tapi tidak membuat mereka menjadi ingin mencumbu ku saat itu juga!

"Apa yang kau tunggu?" Hardiknya mengejutkan ku, "kau bilang kau ingin menggoda ku, jadi jangan kau diam mematung saja!"

"Tidak ada lagu," ucap ku ragu

"Kalau begitu kau pasti tuli," sindirnya tajam

Bagaimana tepatnya seseorang menari dengan seksi? Apa dia menginginkan pertunjukan stiptease? Aku menonton film, mungkin aku bisa mereka ulang adegannya? Kelihatannya memang tidak begitu sulit, yang aktrisnya lakukan hanya menutup matanya dan mulai menggerakkan tubuhnya. Dalam adegannya, ia terlihat tenggelam dalam musik imajinasi di dalam kepalanya, dan ia akan menggerakkan pinggulnya, mengerayangi tubuhnya.

Life As Of All The What IfsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang