7

10 0 0
                                    

Peloncoan di sekolah sudah mencapai level yang baru. Mereka tidak hanya bermain geretak lagi, tapi benar-benar sudah melukai. Walaupun masih dengan trik yang sama, namun lokasinya sudah naik tingkat. Kali ini di tangga, dan saat kau jatuh di tangga, kau tidak jatuh begitu saja. Aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskan ini, tapi aku berakhir dengan dislokasi siku dan pergelangan tangan retak. Walaupun itu bukan pertama kalinya, tetap saja, itu menyakitkan dan menyulitkan kehidupan, untung saja yang terluka bukan tangan dominan ku, jadi setidaknya tidak terlalu menghalangi tugas-tugas sekolah ku.

Aku tahu siapa dalang dibalik peloncoan ini, Titans. Mereka bahkan tidak menyembunyikan keterlibatan mereka, Nate mengaku itu ide dia, Cain yang menyusun rencananya, dan Ace yang membuatnya menjadi kenyataan. Nate juga mengatakan kalau ini adalah pekerjaan team dengan bangganya, yang diikuti dengan tawa dari Cain dan Nate dan seringaian sok dari Ace. Walaupun memang ketiga Titans mengambil kredit dari hal ini, tapi mereka tidak tepatnya melakukan tindakannnya sendiri. Kenapa mereka harus melakukan segalanya sendiri saat mereka memiliki pengikut loyal yang bersedia melakukan pekerjaan kotornya?

Jadi ya, itu adalah cerita bagaimana aku berakhir dengan gips di tangan ku. Hal baiknya adalah aku bisa memilih warna gips ku, sayangnya, warna kesukaan ku kebetulan merupakan nama lahir dari penyiksa ku, jadi aku memilih warna lain, untungnya rumah sakit ini seperti toko kerajinan dan memiliki banyak pilihan warna, jadi aku bisa memilih warna yang dekat namun tidak memiliki namanya. Aku memilih warna indigo.

Saat aku kembali sampai di rumah, aku membuat penyesuaian pada gips ku. Walaupun memang aku bukan seorang seniman handal, tapi aku bisa menjiplak. Selama perjalanan pulang tadi, aku sudah bisa membayangkan apa yang akan ku lakukan untuk memodifikasi gips polos ini menjadi sesuatu yang melebihi menarik, dan yang dibutuhkan hanya  sebuah spidol berwarna silver, yang sudah dokter berikan pada ku sebagai bonus dari gips ku. Tidak kah itu luar biasa?

Dibutuhkan waktu 30 menit untuk menghasilkan karya ku, dan aku harus mengatakan aku puas dengan hasilnya walaupun memang tidak sempurna, tapi ini terlihat bagus untuk seorang amatir. Dengan warna gips ku yang terlihat seperti langit malam, aku membuat sebuah gambar taman dengan siluet seorang gadis di ayunan dan bintang di langit. Di kepala ku, gadis itu sedang menatap bintang jatuh sambil membisikan sebuah permohonan. Kalau kau belum menebaknya, ya, gadis di ayunan itu adalah aku. Walaupun aku tahu membuat permohonan pada bintang jatuh hanyalah sebuah omong kosong yang tidak berguna.

««»»

Karena tangan ku, aku diijinkan untuk tidak mengikuti kelas olahraga untuk 3 minggu ke depan. Sepertinya ada juga hal positif yang datang dari bencana ini. Jadi sekarang, saat yang lain berkutat di gym, aku berjalan tanpa tujuan menyusuri lorong sekolah, mengintip sekilas ke dalam kelas-kelas yang sedang melangsungkan pembelajaran tanpa tujuan mencari siapapun untuk mengisi waktu. Di kelas ke-5 yang intip, aku menemukan Lily dan Ellie sedang bertukar pesan, aku juga menyaksikan saat seorang gadis menangkap apa yang mereka lakukan, Ellie memberikan gadis itu tatapan dan dengan cepat gadis itu membuang muka. Sepertinya Ellie memang semenyeramkan itu, dan Lily hanyalah satu-satunya mengecualian untuknya selain Olivia dan Alice tentunya.

Aku menemukan Pope di kelas ke-8, sepertinya ia sedang menjawab pertanyaan sang pengajar dan jawaban yang ia berikan adalah jawaban yang benar, karena aku melihat sang pengajar tersenyum dan mengangguk puas. Jadi Pope cukup pintar dengan inisiatif menjawab. Ku harap ia tidak melanggar Rule #2 dan #3, karena sejauh ini, aku rasa Pope tidak pantas mendapatkan perlakuan sampah dari Titans, dia baik dan tahu aturan, yang disaat seperti ini sudah jarang sekali bisa ditemukan di seorang remaja, apalagi remaja laki-laki. Dengan itu dikatakan, menurut ku Pope Michels adalah sebuah permata yang langka.

Setelah tertangkap oleh salah satu pengajar aku mengintipi kelas, aku kembali ke gym pada waktu yang bersamaan dengan menyaksikan bagaimana Cain dengan hebatnya melakukan 3-point shoot dari tengah lapangan basket di 4 detik terakhir, yang membuat teamnya otomatis menang. Sungguh, aku tidak mengerti bagaimana seseorang bisa menjadi seatletik itu. Apa saat mereka kecil mereka tidak memiliki kegiatan lain selain olahraga?

Aku tahu ini sedikit melenceng dari topik, tapi tidak seperti New Orleans, dimana football menjadi olahraga nomer 1, di Chicago, baseball adalah rajanya, membuat football menjadi urutan nomer 2, lalu diikuti oleh hockey, dan terakhir basket. Menurut rumornya, ketiga Titans memiliki kemampuan di keempat cabangnya, tapi tentu saja, di sekolah, mereka semua adalah pemain baseball. Aku tidak tahu banyak tentang baseball, jadi aku tidak akan membahas tentang posisi mereka.

Anyways, kembali ke topik, setelah Cain mencetak skor, sesi pertandingan berakhir, tapi itu tidak berarti permainannya berakhir, karena tiba-tiba, bola oranye itu melayang dan mendarat tepat di sisi wajah ku, dan momentum dari benturannya membuat ku yang tidak siap terjatuh ke samping, dan secara refleks, tangan bergips ku berusaha untuk menahan beban tubuh ku, tapi jelas tidak mampu, dan jeritan sakit yang keluar dari mulut ku lebih untuk tangan ku dibandingkan wajah ku.

Tidak seperti saat sebelumnya, kali ini tidak bisa menahan tangis ku. Rasa sakitnya benar-benar menggigit sampai titik aku tidak bisa bernafas normal. Aku tidak lagi memperdulikan apakah itu hal sengaja atau memang sepenuhnya kecelakaan, rasa sakitnya adalah satu-satunya yang bisa aku pikirkan, tapi itu tidak menutup penglihatan ku yang melihat para murid di gym mulai berkerumun mengelilingi ku, bukan untuk membantu, tapi untuk menonton. Apa yang harus ditonton dari ini?!

"Berhenti bersikap berlebihan," kerah belakang kemeja ku ditarik, memaksa ku untuk berdiri agar tidak tercekik, "itu sebuah ketidaksengajaan."

"Aku...tidak...berleb...berlebih...berlebihan!" Aku tidak bisa bernafas, aku merasa seperti dada ku terikat

Ace menyeret ku—ya, menyeret ku—keluar dari gym, seperti menyeret binatang keras kepala keluar dari kandang. Tidak ada kelembutan ataupun belas kasih, sama sekali tidak mempedulikan diri ku yang sedang kesakitan

"Kau bisa menghentikan teatriknya," ucapnya datar, "tidak ada lagi yang menyaksikan drama mu."

"Aku benar-benar kesakitan, kau bajingan!" Maki ku melayangkan kepalan tangan sehat ku ke arah asal, dan gerakan itu membuahkan hasil, "itu jauh kurang dari yang pantas kau dapatkan!" Sembur ku saat melihat darah di pojok bibirnya

Tapi seperti hukum kinetik ketiga Newton, saat ada aksi diberikan, sebuah reaksi akan terjadi. Karena tepat  setelah mulut ku tertutup, aku didorong ke loker dengan kasarnya, kepala ku yang sudah pusing akibat benturan bola basket, sekarang semakin berputar saat Ace mengadunya ke loker besi di belakang ku.

"Dengar kau, pelacur yang tidak tahu berterima kasih," desisnya begitu dekat sambil mencekik ku geram, "kau tidak memiliki hak untuk apapun," lanjutnya kembali membenturkan kepala ku ke loker, "kau ada di sini, tinggal di rumah ku, bersekolah di sekolah ku, menikmati fasilitas yang diberikan, hanya untuk membayar perbuatan mu, tidak lebih," tatapan matanya sangat mengancam rasa sakit tangan ku untuk sesaat terlupakan dan digantikan dengan rasa takut, "jadi jangan kau pikir kau bebas melakukan apapun, karena tidak ada yang akan menyelamatkan mu!" Tangannya semakin mengerat, "tidak ibu mu, tidak ayah mu, dan tidak CPS."

"Ace, please..." aku berusaha menarik tangannya lepas dari leher ku, tapi tak ada gunanya, cengkramannya sangat ketat, "tidak di sekolah!"

"Aku akan melakukan apapun pada mu..." ia kembali membenturkan kepala ku, "kapanpun," sekali lagi, "di manapun," sekali lagi, "sesuka hati ku," sekali lagi, "sampai aku merasa puas."

"Maksud mu saat aku mati?" Tanya ku tercekat, membuang nafas sisa terakhir ku untuk mengucapkan kalimat tersebut

Jawaban yang ku dapatkan terasa sedingin tatapannya, "tepat sekali."

Life As Of All The What IfsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang