2.5 Pengertian Anotasi

353 123 112
                                    

Teruntuk pembaca terhormat,

Ceritanya gimana sejauh ini? Jelek ya? Belibet ya? Gak jelas ya?

Author pikir juga gitu. But makasih yang sudah stay dari awal sampai akhir.

Satu lagi, jangan lupa tekan ikon vote ketika mampir yaw!!! Author tunggu vote dari kalian!!!

Salam, Rose Maiden (Kang Bucin)

.

.

.

Rinjani POV

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Rinjani POV

"Sebenarnya apa yang terjadi, Rinjani?"

Aku mengajak Seme berkeliling di sekitar rumah. Mulai dari ruang tamu, bilik, sampai ruang keluarga. Tak ada yang berubah, hanya saja sebagian ada yang rusak tidak terawat.

"Dulu ada sebuah keluarga yang harmonis, hingga sebuah insiden yang tidak terduga menghantui keluarga ini."

"Yang kau maksud adalah …."

"Yap, keluargaku."

"Bagaimana bisa?!"

"Aku tidak begitu paham. Kala itu usiaku masih sepuluh tahun. Dan insiden yang paling membekas saat aku menghadiahkan juara satu olimpiade sains Nasional."

"Jadi selama ini kau … makanya otakmu cerdas sekali."

"Maaf, Semeru."

"Seharusnya aku yang minta maaf."

"Tak apa, aku mengerti."

"Setelah itu apa yang terjadi?"

Aku menduduki sebuah tilam yang berseprei putih, penuh debu dengan jendela yang pecah, dan ruangan terbuka. Ini adalah kamarku. Tidak terlalu mewah, persis di depanku terdapat sebuah meja belajar yang membantuku dalam memahami persoalan anak SD.

Aku tersenyum getir. "Setelah itu ibuku terbunuh oleh ayahku sendiri."

Semeru duduk di sebelahku. Dia mengusap lembut ujung rambutku lalu berjongkok. "Kau wanita yang luar biasa, Rinjani. Aku beruntung bisa mengenalmu."

"Terima kasih."

"Omong-omong kenapa kau tidak cerita ke teman atau orang terdekatmu?"

"Mereka belum tentu mengerti apa yang kurasakan."

"Rinjani, percayalah padaku suatu saat nanti ceritamu ini akan sampai ke mereka. Percayalah, suatu saat nanti."

"Baiklah! Ada yang ingin aku tunjukkan padamu." Aku memaksakan diri untuk beranjak kala kepalaku dipenuhi ingatan tentang rumah ini.

Kepalaku terasa berat sebelah. Sampai-sampai tubuhku tak kuat menyangga. Aku terhuyung, tak sengaja jemariku menyentuh dada Semeru.

"Jangan dipaksa."

Mahasiswa Anjay [✔️SELESAI]Onde histórias criam vida. Descubra agora