1.7 Pelaksanaan Penelitian

473 323 230
                                    

Untuk pembaca yang terhormat,

Author tidak bosan2 untk mengingatkan. Tinggalkan jejak kalian berupa voment di sini.

Mengertikah, wahai makhluk Tuhan? :'))

Baiklah, kutunggu voment dari kalian. Nggak masalah nunggu kalian voment dari pada nunggu kepastian dari dia yang tidak bisa kumiliki selamnya :')))))

Salam, Rose Maiden (Kang Bucin)

.

.

.

Sila berspekulasi

Setiap manusia pasti memiliki karakter yang berbeda 'kan? Tergantung bagaimana cara kita menyikapinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setiap manusia pasti memiliki karakter yang berbeda 'kan? Tergantung bagaimana cara kita menyikapinya.
~Zeline Zenita

"Rin, lo yakin?" tanya Zeline memastikan.

"Bismillah! Ok! Go! Go! Go! Seperti biasa. Ingat formasi sebelumnya 'kan? Gue sama Gusti bagian ngerampok. Zeline, Brian kalian pengalih perhatian. Jamal dan Giselle cari jalan keluar."

"Yoi!" tukas Brian, Dora, Gusti, Zeline, dan Jamal bersamaan.

Dengan cekatan semuanya berpencar membawa tugas yang diperintahkan. Seperti kata Rinjani, tidak ada yang mustahil selama saling memegang kepercayaan.

Malam ini, tepat pada hari ulang tahun Brian tanggal 22 November aksi pembobolan museum Paleantropologi segera dimulai.
Rinjani dan Gusti menyelinap pintu gerbang diikuti Brian.

Sedangkan Zeline mengawasi pintu gerbang. Jika ada sesuatu yang mencurigakan, dia akan memberi isyarat.

Persis apa yang diperkirakan Jamal, saat bulan November tiba langit berawan. Rintik hujan mulai membasahi ibu pertiwi. Memang kemampuan Jamal dalam menganalisa keadaan maupun cuaca tidak diragukan lagi. Sungguh hebat anak Geografi yang satu ini.

Ketika bulan purnama pun tak terlalu terang. Alhasil Rinjani dan Gusti dengan mudah memasuki pintu rahasia museum.

"Awas kepergok!" pesan Brian sebelum keduanya menghilang. Meski di luarnya begitu keras, tak dapat ditekuk.

Sesungguhnya Brian adalah orang yang paling peduli diantaranya dan sangat takut kehilangan. Ini semua berkat guru filsafatnya, Patrick Star.

"Siap!" seru Rinjani memberi hormat.

Mahasiswa Anjay [✔️SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang