4.1 Kesimpulan

118 29 1
                                    

Apa yang Tuhan lakukan sebelum Dia menciptakan dunia? Filsuf dan penulis Agustine mengajukan pertanyaan ini dalam Confessions-nya di abad keempat, dan kemudian memajukan sebuah jawaban yang, secara mengejutkan, modern: sebelum Tuhan menciptakan dunia tidak ada masa/waktu dan karenanya tidak ada 'sebelum'. Menurut ungkapan Gertrude Stein saat itu tidak ada 'saat itu'.
-Dennis Overbye

.

.

.

Sila berspekulasi ….


"Assalamualaikum Master Poker tumben pulang jam satu malam? Enggak mabok dulu nih?" goda Atlanta saudara kembar Atlantis.

"Suka-suka gue kek mo pulang jam berapa!" ketus Rinjani.

"Galak amat, Master. Udah gitu salamnya enggak dijawab lagi. Barang kali mampir ke meja billiar sebelum pulang, Master?"

Rinjani melirik tajam Atlanta. "Gak! Please deh stop ganggu gue!"

"Oke, oke Master." Akhirnya Atlanta menyerah. Keputusan yang bijak untuk Atlanta ambil. Jika tidak kemungkinan besar nyawanya akan jadi taruhan. Dan dia sangat menyayangi nyawanya. Memang begitu harusnya. Lebih baik mengalah daripada memancing masalah.

Rinjani memutar mata malas. Pandangannya berubah arah pada Atlantis yang sibuk mengelap beberapa gelas di barnya. "Tis, Shipwrecked Heidsieck 1907 satu!" teriak Rinjani yang suaranya berusaha menembus alunan musik remix.

Tunggu--apa?! Tumben dia minta anggur itu? Batin Atlantis yang mendengar pesanannya. Shipwrecked Heidsieck 1907 adalah wine termahal di Eropa. Konon anggur ini bernilai puluhan ribu dolar Amerika. Selain itu Shipwrecked Heidsieck 1907 tidak membuat konsumennya cepat mabuk. Biasalah bir mahal. Yang membuat Atlantis terheran, Rinjani hampir tidak pernah memesan anggur tersebut. Dan yang terpenting gratis ... tis ... tis ... tis.

"Yoi, Master!" Atlantis mengiyakan saja tanpa berkomentar. Cowok itu sudah memperkirakan, seandainya dia banyak cakap pasti Rinjani sudah menghajarnya habis-habisan di meja biliar. Kemudian ia melemparkan botol Shipwrecked Heidsieck 1907 ke arah Rinjani.

Sebotol wine mahal ala Eropa mendarat dengan mulus di tangan Rinjani. "Thanks, Tis."

Bosan dengan suasana kelab yang itu-itu saja, Rinjani berjalan menuju pintu keluar dengan menanting wine mahal itu di tangannya. Apalagi jam sekarang banyak gadis baru yang sok polos datang ke kelab dan berakhir tak sadarkan diri di kamar mandi. Inilah sebabnya kalian tidak boleh datang ke kelab lebih lagi sama orang yang baru saja dikenal. Kecuali kalau orang itu benar-benar baik dari lubuk hatinya. Seperti Rinjani. Hanya saja, untuk saat ini dia malas mengurusi mereka.

Langkah Rinjani tiba-tiba terhenti ketika sepasang matanya menangkap bayangan seorang wanita tengah di gang bang oleh beberapa pria di depannya. Dia terpojok, ketakutan, cemas, dipaksa bertelanjang, dan sesekali digoda. Merasa kasihan dengan sosok tersebut, Rinjani meregangkan otot sebentar lalu menarik pakaian salah satunya.

"Lepasin dia," pinta Rinjani baik-baik.

Kelima preman itu mengelilingi Rinjani dengan tatapan mesum dan menggoda. Rinjani berusaha tetap tenang walau sebenarnya dia sedikit ketakutan. Rinjani menghela napas panjang, menggulung lengan ke atas, dan bersiap untuk bertarung.

Baginya, korban yang terlecehkan lah pantas mendapat perlindungan dari kekuatannya. Selain itu Rinjani memilih pilihan yang tepat. Dia menggunakan kekerasannya guna melindungi siapa yang berhak ia lindungi. Karena petarung sejati tidak akan membiarkan orang lain terluka.

Mahasiswa Anjay [✔️SELESAI]Where stories live. Discover now