1. Interview

7.9K 306 4
                                    

"Kamu?"

Alena terbelalak saat melihat siapa laki-laki yang duduk di kursi manager yang akan dia temui hari ini. Matanya belum rabun. Sekalipun sudah lama tak bertemu, dia yakin itu Adam, mantan suaminya.

"Hai Alena. Apa kabar?"

Adam tersenyum saat melihat wajah cantik itu terlihat kaget. Alena membuang pandangan ke samping dan menarik napas dalam kemudian mengukir senyum ... terpaksa.

"Selamat pagi, Pak."

"Jangan terlalu formal. Apalagi sama orang yang pernah tidur bareng."

Alena mengumpat dalam hati. Ingin rasanya dia meremas mulut seksi dihadapannya karena mengucapkan kata-kata itu. Seksi? Ah, sia ... lagi-lagi dia mengumpat.

"Oke. Pagi Adam."

"Duduk, Len. Santai. Ini cuma interview biasa. Aku akan mengajukan beberapa pertanyaan umum." Adam menunjuk kursi di depannya.

Alena menarik kursi itu dan duduk dengan pelan, berusaha untuk tetap tenang padahal dalam hati berdebar kencang. Bagaimana jika Adam masih dendam dan tak meloloskannya sebagai karyawan di perusahaan ini?

Seperti dulu, saat tiba-tiba saja dia mengajukan surat perceraian di pengadilan agama, yang putusannya difinalkan tanpa kehadiran laki-laki itu.

Adam mengamuk dan sempat mencekik lehernya saat datang ke apartemen. Untunglah dia selamat. Jika tidak, bagaimana mereka bisa bertemu hari ini?

"Tarik napas. Kamu tegang banget." Adam mengulum senyum karena merasa di atas angin.

"Aku siap dengan semua pertanyaan kamu," kata Alena dengan serius.

"Oke. Kita mulai saja." Adam membuka CV yang terletak di meja dengan nama Alena Maharani.

'Saya terima nikahnya Alena Maharani binti Pandu Wibowo dengan mas kawin ....'

Adam menggeleng saat teringat akan hal itu. Delapan tahun silam, dia begitu percaya diri meminang gadis yang menjadi pujaan hati. Gadis manja dan lucu, tetapi berubah menjadi pembangkang setelah menjadi istri.

"Ada yang salah dengan CV-ku?" tanya Alena was-was. Dia harus lolos. Harus, sekalipun setiap hari akan bertemu dengan laki-laki itu.

Sejak terkena pemutusan hubungan kerja tiga bulan lalu karena efisiensi perusahaan, Alena menjadi pengangguran yang setiap harinya hanya menghabiskan sisa tabungan.

Malangnya lagi, papanya menghentikan tunjangan kartu kredit karena dia terlalu boros, padahal tagihan terus berjalan setiap bulan.

"Gak ada."

"So?"

"Yang salah ada di bagian lain," pancing Adam.

"Apa?" tanya Alena penasaran.

"Bibir seksi kamu."

Wajah Alena merona. Jika memang bibir mereka sama-sama seksi, kenapa tidak saling ....

Entah berapa banyak dia mengumpat dalam satu jam ini, sejak berhadapan dengan Adam. Semoga saja dosa-dosanya diampunkan.

"Kalau kamu cuma mau gombal, aku keluar sekarang!" ancam Alena.

"Yakin?" kata Adam menggoda.

"Yap."

"Silakan." Adam mengucapkan itu sembari menunjuk pintu.

Alena menarik napas lagi. Kali ini lebih dalam dan mengembuskannya pelan. Melihat itu Adam menahan tawa. Sejak dulu, mantan istrinya ini memang suka bertingkah aneh. Namun, itulah alasannya mengapa dia sayang. Ralat, pernah sayang.

Me & My Ex [Tamat/Cetak Buku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang