6. Pesta

2.8K 211 20
                                    

Alena membuka laci di dalam lemari dan mengeluarkan sebuah boks berisi perhiasan, lalu memilih mana yang akan dia pakai.

Rasanya Alena ingin menghindar, tetapi diwajibkan datang. Pak Dirut ingin menjamu semua karyawan sekaligus meresmikan pertunangan putrinya.

Alena mengambil sebuah kalung bermata berlian lalu memakainya. Ternyata terlalu penuh dan tidak cocok dengan gaun yang akan dia pakai nanti. Jadi, wanita itu meletakannya kembali.

Kemarin sore, Alena pergi ke butik langganan di salah satu mall. Hampir satu jam melihat, pilihannya jatuh pada dress berwarna biru selutut dengan lengan panjang. Bordiran cantik di bagian leher itu yang membuatnya jatuh hati.

Alena tak mau berpenampilan seksi kali ini. Bahaya kalau sampai Adam menggodanya di depan orang banyak. Di kantor saja laki-laki itu tak tahu malu.

Temannya juga membatalkan janji karena pergi dengan yang lain. Bagi Alena itu tak mengapa. Sesampai di sana dia akan menyetor wajah, bersalaman sembari mengucapkan selamat dan kabur.

"Kayaknya yang ini cocok."

Alena mengambil anting putih dan gelang berlian dengan warna senada. Setelah itu, dia memakai gaun dan mulai berdandan.

Tidak perlu ke salon, Alena akan tampil sederhana. Hanya saja, rambut yang biasa digelung saat berangkat bekerja akan diurainya.

Setelah menyemprotkan parfum di beberapa bagian tubuh, Alena mematut diri di cermin. Sempurna, dia memang cantik.

Alena keluar kamar dengan terburu-buru karena takut terlambat. Lalu, dia kembali lagi karena lupa mengambil cluth berwarna silver. Aduh, mengapa dia jadi gugup begini?

"Mau kemana Mbak Alena?"

Yoga, penghuni sebelah apartemennya yang masih bujangan dan berwajah standar menyapa. Kebetulan sekali mereka keluar bersamaan, seperti adegan film atau sinetron.

"Kondangan. Ada teman mau tunangan," jawabnya.

"Loh, kok sama?" tanya laki-laki itu heran.

"Memangnya Mas Yoga di mana tempatnya?" tanya Alena penasaran.

Yoga mengambil sebuah undangan dari balik saku jas dan menyebutkan nama sebuah hotel. Hal itu membuat Alena menutup mulut tak percaya.

"Kenapa?"

"Sama, saya juga mau ke sana. Semua karyawan wajib datang. Pak Dirut punya gawean buat anaknya," kata Alena menunjuk nama yang tertera di undangan itu.

"Oh, Mbak Alena kerja di situ?"

"Baru satu bulan ini. Sebagai karyawan baru saya harus datang, dong," jawabnya.

"Kalau gitu bareng saya mau gak?" tawar Yoga.

Sejak awal pindah setahun yang lalu, Yoga memang sudah naksir dengan Alena. Hanya saja wanita itu sibuk sehingga susah didekati. Mungkin hari ini memang rezeki, sehingga mereka bisa bertemu dan berbincang.

Alena menimbang sebentar lalu menjawab, "Boleh, deh."

Mereka berdua berjalan bersisian menuju lift.

"Adam itu salah satu kenalan saya. Pernah kerja bareng satu proyek," jelas Yoga. Ketika lift terbuka, mereka segara masuk.

"Oh, ya?" Alena terkejut mendengarnya.

"Dengar-dengar dulu pernah nikah tapi gagal. Orangnya baik, suka bercanda. Cuma agak tertutup soal pribadi. Jadi kami gak berani tanya," lanjut Yoga.

"Oh begitu," Alena berpura-pura tidak tahu.

"Kata teman-teman sih dia patah hati berat pas dicerai istri pertama. Sayang banget kayaknya. Sampai dikenalin sama banyak cewek tapi gak mau. Nah baru setahun ini kenalan sama Cintia terus cocok dan mereka mau nikah."

Me & My Ex [Tamat/Cetak Buku]Where stories live. Discover now