8. Perjodohan

2.8K 175 9
                                    

"Weekend ini pulang ke rumah ya."

Begitulah pesan yang Alena terima dari mamanya. Sejak penghasilannya menurun karena papa memangkas subsidi, mau tak mau dia harus sering pulang untuk mengambil hati mereka.

Sekalipun papanya sering menyindir, Alena harus menebalkan telinga. Sepertinya dia memang harus mencari tambang emas baru. Yoga adalah pilihan yang tepat.

"Iya Maaa."

Hanya itu yang Alena ketikkan sebagai balasan. Lalu dia kembali fokus menghadap layar PC dan mengerjakan laporan.

Setelah acara pertunangan malam itu, Adam sudah tak mengganggunya lagi. Mungkin lelaki itu mendapat hidayah supaya tidak gombal dengan wanita lain. Lagi pula  selama di kantor, divisi mereka tidak berhubungan langsung.

"Len, kamu udah dengar kabar belum?" kata temannya saat wanita itu asyik memasukkan data.

Alena menggeleng karena kapok ketahuan bergosip di jam kerja. Wanita itu sudah pasrah seandainya tidak lulus masa percobaan. Namun, setidaknya selama dua bulan ke depan dia masih memiliki pekerjaan sambil mencari yang baru.

"Awal bulan depan kantor mau gathering."

"Wow asyik, dong," jawabnya.

"Kita bakalan libur satu minggu loh," jelas temannya lagi.

"Aku masih probation. Mungkin gak ikut kali ya," kata Alena.

"Kita semua wajib ikut. Tinggal tunggu surat edaran. HRD udah approve."

Mereka asyik berbincang membahas gathering hingga lupa waktu. Lalu Alena tersadar dan kembali fokus dengan laporan. Hingga waktunya pulang, dia mengambil tas dan meluncur ke rumah orang tuanya.

Satu jam perjalanan Alena tempuh dengan santai. Wanita itu bahakn melambaikan tangan kepada security kompek yang sedang berjaga.

Tiba di depan, Alena memarkir mobil dengan cantik saat pagar dibuka. Dia bahkan menyelipkan selembar uang biru kepada penjaga rumah sebagai tanda terima kasih.

"Assalamualaikum."

Alena mengetuk pintu berulang kali karena tak ada yang menyahut.

"Waalaikumsalam, Non."

Si bibik tampak terburu-buru membukakan pintu karena senang menyambut kedatangan nonanya.

"Mama mana, Bik? Katanya aku disuruh pulang," tanya Alena saat melihat suasana yang sepi.

Kalau papanya jangan ditanya. Setiap hari beliau akan pergi kerja pagi-pagi dan pulang larut malam. Papanya bahkan tak pulang berhari-hari jika sedang tugas keluar kota.

"Di kamar, Non. Bentar bibik panggilkan."

Alena berjalan menuju ruang makan karena perutnya lapar. Bibik pasti masak yang enak. Harusnya dia pulang ke rumah orang tua. Namun, rasanya lebih nyaman tinggal sendiri karena bebas.

"Anak mama yang cantik," ucap mamanya Alena saar memeluk erat sang putri.

"Mama kenapa, kok melow gini?"

"Mama kangen sama kamu. Coba tiap libur kamu pulang ke rumah."

"Lihat nantilah, Ma," elak Alena.

"Kamu ini sekarang begitu. Apa udah gak sayang sama mama lagi?"

"Sayang. Tapi Alen kan kerja. Kalau berangkat dari sini nanti kejauhan, Ma. Lebih dekat dari sana," jawabnya.

"Kalau gitu kamu makan dulu. Bibik masak seafood enak banget."

Mama membuka tutup sajian dan mengambilkan piring untuk putrinya.

Alena merasa heran dengan suasana ini. Tumben mamanya sangat perhatian. Dia beberapa kali pulang ke rumah, tetapi belum pernah diperlakukan seperti ini.

Me & My Ex [Tamat/Cetak Buku]Where stories live. Discover now