21. Penolakan

2.7K 165 3
                                    

"Maaa ...." Adam menggenggam erat jemari sang mama saat kelopak mata wanita itu mulai terbuka pelan.

"Dam," lirihnya saat melihat wajah sang putra. Tubuhnya lemas dan nyeti di beberapa tempat. Kepala juga terasa sakit dan berputar.

"Apa yang sakit, Ma?" tanya Adam sembari mengusap lembut pelipis mamanya. Bagaimanapun kerasnya sikap wanita itu kepada Alena, dia tetap sayang dan berusaha taat.

"Kaki Mama," Tunjuk sang mama ke arah kaki sebelah kanan yang berbalut perban dan tidak bisa digerakkan sama sekali.

Adam membuang pandangan, bingung bagaimana hendak menjelaskan apa yang sudah terjadi. Ini mungkin akan sulit diterima, tapi dokter mengatakan mamanya bisa berjalan seperti normal asal rajin melakukan terapi.

"Kaki mama kenapa, Dam?" tanya wanita paruh baya itu dengan mata berkaca-kaca. Setiap kali dia hendak mmeggerakkannya, rasa nyeri tiba-tiba saja menghantam bertubi-tubi.

"Pa-tah, Ma," jawab Adam terbata.

"Astagfirullah." Mamanya Adam menangis sesegukan dengan bahu yang terguncang. Wanita itu menutup wajah dengan kedua telapak tangan karena tak kuasa menahan kesedihan.

"Ma, yang sabar, ya," bisik Adam sembari merengkuhnya erat. Sebagai seorang anak, dialah yang akan menjaga dan merawat sang mama meskipun pernah diusir dari rumah.

"Kenapa bisa begini?" tanya sang mama di antara isak tangis.

"Mama osteoporosis, jadi tulangnya gampang patah waktu jatuh di kamar mandi," jelasnya pelan. Dokter sudah menjelaskan hasil diagnosisnya setelah operasi selesai. Mereka bahkan diperlihatkan hasil rontgen bagian mana saja yang retak dan cidera.

"Mama mau pulang, Dam," pinta sang mama dengan tatapan penuh harap.

"Nanti kalau udah baikan, Mama boleh pulang. Sekarang jangan pikirkan apa-apa dulu. Mama tenangkan diri. Insyaallah semua akan pulih seperti sedia kala," ucapnya dengan sabar.

"Papa ke mana?" tanya wanita itu saat tak mendapati sang suami berada di kamar bersama mereka.

"Ke luar kota dan gak bisa ditunda. Jadi aku yang bakal ngejagain sampai Mama diperbolehkan pulang," ucapnya dengan sungguh-sungguh.

Siapa lagi kalau bukan dia yang akan merawat sang mama dalam kondisi begini. Mungkin, dia juga akan menyewa seorang perawat khusus yang akan tinggal bersama mereka untuk sementara waktu, sampai mamanya pulih kembali.

"Nak."

"Apa, Ma?"

"Maafkan mama udah ngusir kamu."

Adam semakin mengeratkan genggaman jemarinya untuk menguatkan.

"Aku ngerti perasaan Mama, makanya mengalah untuk sementara waktu. Mama pasti kecewa karena keputusan yang aku ambil," katanya dengan bijak.

"Cintia sangat baik dengan keluarga kita, Nak. Kenapa malah kamu sia-siakan?"

Adam menelan ludah dan membuang pandangan sekilas. Dia bisa saja melanjutkan hubungan dengan Cintia sekalipun karena terpaksa demi menjaga nama baik kedua keluarga. Namun, hati tak bisa dibohongi. Hanya bersama Alena dia merasa nyaman dan tenang.

"Aku udah minta maaf dengan keluarga mereka dan mengakui semua kesalahan. Orang tua Cintia mengerti sekalipun mereka sangat kecewa," jelasnya singkat.

"Tapi mama malu," ucap wanita itu sembari menggelengkan kepala.

"Ma. Jangan dengarkan kata orang lain. Biarkan aja mereka di luar sana membicarakan kita," lanjutnya dengan lembut. Mengambil hati sang mama memang tidak gampang, bahkan setelah kejadian seperti itu berulang kali terjadi.

Me & My Ex [Tamat/Cetak Buku]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora