16. Memilih

3K 176 9
                                    

Adam mengusap wajah berulang kali sebelum akhirnya memutuskan untuk mengetuk pintu rumah itu.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Loh, Pak Adam?" tanya si bibik saat membukakan pintu.

"Alena ada, Bik?" tanya Adam canggung. Tangannya berkeringat sejak tadi karena gugup.

"Non Alen gak ada di sini, Pak. Dia cuma sesekali datang," jawab si Bibik.

"Oh, saya kira dia tinggal sini."

"Ya gak, Pak. Masih di apartemen yang lama. Tempat dulu Bapak tinggal."

Adam tersenyum pahit mendengar itu. Segala sesuatu yang mengingatkannya akan kebersamaan dengan Alena dulu, memang tidak bisa hilang begitu saja.

"Oke kalau gitu saya per--" Adam hendak berpamitan saat tiba-tiba saja mamanya Alena muncul dari dalam.

"Siapa, Bik?" tanya wanita paruh baya yang masih cantik itu.

"Itu, Bu," tunjuk bibik.

Mamanya Alena membuka pintu lebih lebar dan mendapatkan mantan menantunya sedang berdiri sambil tersenyum. Dia menutup mulut karena tak percaya dengan apa yang barusan dilihat.

"Halo, Ma. Apa kabar?" sapa Adam sopan.

"Alhamdulillah baik. Masuk dulu. Nanti dibuatkan minum," ajaknya.

Akhirnya, dengan terpaksa Adam masuk ke dalam karena merasa tak enak hati. Rumah ini dulu begitu nyaman tapi sekarang terasa asing. Setelah perpisahan mereka, dia tak pernah mengunjunginya lagi. Ada banyak yang berubah selain warna cat, yaitu susunan perabotan ruangan. Sepertinya, keluarga mantan istrinya itu merenovasi semua.

"Kamu cari Alena?"

"Iya, Ma," jawab Adam tenang sembari berusaha menormalkan detak jantung.

"Dia ada di apartemen. Biasanya weekend baru pulang ke sini," jelasnya.

"Tadi Bibik juga sudah bilang begitu."

"Putri mama masih sama kayak dulu, Dam. Sibuk bekerja sampai lupa waktu," jelas mamanya Alena lagi.

Adam terkejut mendengar itu, lalu berkata, "Tapi Alen udah gak kerja lagi, Ma. Dia resign dari kantor. Makanya saya datang ke sini mau minta supaya dia bersedia terima kontrak yang baru."

Kali ini mamanya Alena yang tersentak. Rasanya, sang putri belum menceritakan apa pun kepada mereka. "Maksudnya apa, ya? Mama gak ngerti."

Adam menarik napas panjang, dan akhirnya berkata, "Alen gak cerita? Dia kan kerja di kantor Adam, Ma. Tiga bulan ini udah selesai masa percobaan terus dia malah pilih resign."

"Kok bisa?"

Adam menarik napas panjang. Ternyata selama ini Alena menyembunyikan tempatnya bekerja. Pantas saja mamanya terlihat kebingungan saat dia berkata tadi.

"Ini saya ceritakan pelan-pelan ya, Ma. Tolong disimak."

Adam memulai semuanya dari awal saat mereka bertemu hingga kini, tanpa menyebutkan hubungannya dengan Cintia. Lagipula maksud dari kedatangannya hanya ingin Alena kembali bekerja.

"Jadi selama ini kalian satu kantor?"

"Iya, Ma."

"Kalau memang perusahaan menginginkan Alena tetap bertahan, kenapa gak menghubungi lewat kantor? Kenapa harus kamu yang datang ke sini?" tanya wanita itu lagi. Rasanya memang janggal jika Adam datang langsung untuk membujuk putrinya.

"Itu, Ma. Saya ...."

"Kamu masih ada perasaan sama anak mama?" Dia bertanya to the point. Kasihan Alena jika keadaannya seperti ini.

Me & My Ex [Tamat/Cetak Buku]Where stories live. Discover now