2. Hari Pertama Bekerja

4.1K 256 7
                                    

Alena menepuk-nepuk spons supaya bedaknya merata. Dia membalurkan blush on juga lipstik merah menyala. Jangan lupakan semprotan parfum yang akan membuat wanita itu wangi sepanjang hari.

Sebelum benar-benar berangkat, Alena mematut diri di depan cermin. Tangan halusnya mengambil tas di nakas dan segera keluar dari kamar.

Jarum jam di tangan menunjukkan angka tujuh kurang lima belas menit. Ini hari pertama Alena bekerja dan dia tak ingin terlambat.

Sepatu dengan hak 7 sentimeter terpasang dengan pas pada kakinya. Alena menyalakan mobil dan membawanya dengan kecepatan sedang. Sepanjang jalan dia bersenandung untuk menutupi rasa gugup.

Harusnya Alena lebih tenang karena dia sudah mengikuti training selama satu minggu. Namun, perasaan itu tetap muncul. Setiap kali bekerja di perusahaan baru, dia memang agak tegang seperti ini.

"Hai, kamu karyawan baru?" tanya seorang karyawati saat dia ikut mengantre di depan finger print.

"Iya, benar," jawab Alena dengan senyum ramah.

"Bagian?"

"Administrasi," jawab Alena sambil menunjukkan name tag.

"Semoga kamu betah."

Alena menyambut uluran tangan sebagai tanda perkenalan. Setelah selesai menyetorkan sidik jari, dia kembali mengantre di depan lift. Begitu dentingnya berbunyi dan pintu terbuka, wanita itu melangkah dengan pelan.

Tiba di lantai tiga di mana ruangannya berada, Alena menarik napas sebelum membuka pintu.

"Pagi."

Begitulah sapaan dari beberapa karyawan yang lain.

Alena membalasnya dengan senyum, lalu duduk di tempatnya. Sebuah kubikel kecil tetapi cukup nyaman. Dia menyalakan PC dan melihat email masuk.

Perlahan tapi pasti Alena mulai mengerjakan laporan. Teliti, itulah kelebihannya dalam bekerja. Hanya sayang, di perusahaan yang lama wanita itu harus mengalah kepada yang lebih senior.

"Pagi Alena. Ini laporan kamu."

Seorang staf menyerahkan setumpuk kertas yang harus dia rekap hingga sore nanti.

"Makasih, Mbak."

"Selamat bekerja, ya. Sudah tau semua aturan, kan?"

"Sudah."

"Nanti jam satu siang tinggalin aja semua kerjaan. Kamu bisa ke lantai empat. Ada cafetaria kalau gak mau makan siangnya keluar dari kantor."

Alena mengangguk dan kembali fokus dengan pekerjaan. Laporan semacam ini sudah biasa dia kerjakan, sehingga bisa cepat diselesaikan.

Hanya saja tunjangan dan bonus di perusahaan ini memang lebih rendah dari kantor yang dulu. Bagi Alena itu tak mengapa, asalkan ada pemasukan setiap bulan.

Alena akan bicara dengan mamanya agar membujuk papa untuk memberikan subsidi kartu kredit. Sungguh, dia galau kalau tidak bisa shopping.

"Duh bikin pusing aja," lirih Alena.

Saat asyik mengerjakan laporan, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Sebuah nomor tak dikenal tertera di layar. Alena menoleh ke kiri dan kanan, memastikan bahwa karyawan lain tidak menguping pembicaraan nanti, lalu menjawabnya.

"Halo," bisiknya sambil menutup mulut agar samar-samar terdengar.

"Selamat pagi dengan Ibu Alena Maharani?"

"Ya benar."

"Kami dari bank ...."

"Kartu kredit, ya?" tebak wanita itu cepat.

Me & My Ex [Tamat/Cetak Buku]Where stories live. Discover now