9. Bertemu

2.5K 189 20
                                    

Adam memencet bel pintu rumah mewah itu dan langsung disambut Cintia dengan malas.

"Tuan puteri udah siap?" bujuknya.

"Pergi sekarang?" tanya Cintia dengan bibir ditekuk.

"Iyalah. Masa' besok."

Adam tergelak melihat wajah tunangannya yang cemberut. Setelah hari itu, dia bahkan menolak bertemu dengan Cintia sama sekali. Bukan menghindar, tetapi karena kesibukan di kantor yang cukup padat.

Perusahaan akan mengadakan gathering tahunan karyawan dan divisinya yang akan menyusun anggaran juga pelaksanaannya.

"Aku ganti baju dulu. Kamu tunggu bentar." Cintia masuk ke dan bersiap-siap.

Adam berusaha menepati janji untuk mengajak wanita itu jalan-jalan, sekalipun masih ada beberapa laporan yang belum selesai. Sepertinya dia akan lembur di hari senin nanti.

"Loh, ada kamu?"

Papa Cintia keluar dan menemui calon menantunya. Laki-laki paruh baya itu dengan santainya duduk di sebelah Adam.

"Mau ajak Cintia jalan, Pa," jawab Adam.

"Ya refreshing. Jangan kerja terus. Sekali-sekali senangkan diri."

"Iya, Pa. Ini saya juga udah lama gak ngapelin Cintia. Makanya dia ngambek," jelas Adam.

Tiba-tiba papa Cintia teringat akan sesuatu hal dan menatap calon menantunya dengan tajam.

"Eh, iya. Papa mau tanya soal Alena."

Jantung Adam yang tadinya berdetak normal kini menjadi tak karuan.

"Ya gimana, Pa?" Adam berusaha untuk tetap tenang.

"Alena itu mantan istri kamu?"

Adam menelan ludah berkali-kali. Setelah itu dia berkata, "Benar, Pa."

"Sejak kapan dia gabung di kantor kita?"

"Baru satu bulan," jawab Adam jujur.

"Kamu yang terima?"

"Iya, Pa. Adam yang interview."

"Murni?"

Pertanyaan calon mertuanya yang ini agak sulit dijawab. Adam ingin berkata jujur, tetapi nanti disalahkan. Namun, kalau dia berbohong bisa menimbulkan masalah yang lebih besar.

"Murni, Pa."

Papa Cintia menatapnya curiga. Itu membuat Adam menjadi serba salah.

"Senin besok Papa minta review hasil kinerja Alena, boleh?"

"Boleh, Pa. Nanti Adam minta tolong sama sekretaris buat bikin."

"Kalau kinerja Alena bagus ya gak masalah dipertahankan. Tapi, jangan ada pertimbangan selain itu, apalagi perasaan."

Kalimat terakhir itu membuat Adam tersentak. Lelaki itu tak tahu apa masih memiliki rasa kepada Alena. Dia hanya merasa senang saat bertemu lagi dengan wanita itu.

Setelah sekian lama tak berjumpa, hati Adam sedikit berbunga ketika takdir mempertemukannya kembali dengan sang mantan istri. 

"Dam. Kalau kita punya masa lalu yang buruk, bukan berarti harus dilupakan begitu saja. Diambil hikmahnya dan jangan diulangi kesalahan yang sama."

"Siap, Pa."

"Tapi, sebaiknya jangan larut dan terbawa suasana lagi. Apalagi sekarang sudah ada masa depan baru yang lebih baik."

Adam mengangguk saat mendengarkan nasihat itu. Dia tahu apa maksud dari ucapan papa Cintia. Tentu saja lelaki patuh baya itu tak mau jika putrinya dipermainkan.

Me & My Ex [Tamat/Cetak Buku]Where stories live. Discover now