7. Luka

2.9K 169 2
                                    

Cintia memasuki kantor dengan gelisah dan terburu-buru. Setelah malam pertunangannya yang berakhir dengan ketidak jelasan. Juga aksi tutup mulut Adam dan calon mertua, dia memutuskan untuk datang pagi ini menemui papa dan meminta bantuan.

Selama acara berlangsung, Adam menghindar dengan alasan tak ingin merusak suasana dan akan menjelaskannya nanti. Bahkan setelahnya, mereka sekeluarga langsung pulang padahal dia masih ingin bertanya mengenai Alena.

"Papa."

Cintia membuka pintu ruangan setelah memastikan kepada sekretaris bahwa papanya sedang tidak sibuk dan bisa menerima tamu.

"Ada apa, Nak. Kok datang ke sini? Butik kamu tinggal?" tanya Papanya Cintia saat menatap sang putri dengan heran.

"Ada yang jagain, Pa," jawab Cintia sambil duduk di sofa.

"Ada apa?" tanya papanya dengan tenang. Melihat gelagat putrinya yang berbeda, lelaki paruh baya itu menghentikan pekerjaan.

"Aku mau tanya soal karyawan baru itu," ucap Cintia sembari mengambil sebotol air mineral. Tegukan demi tegukan sedikit menenangkan hatinya.

"Alena?"

Cintia mengangguk tanpa menjawab. Namun, pandangan matanya begitu tajam saat menatap sang papa.

"Papa gak terlibat langsung saat rekrutmen karyawan baru. Semua sudah diserahkan ke divisinya masing-masing," jawab laki-laki paruh baya itu dengan santai.

"Aku mau Alena itu dikeluarkan, Pa!" desak Cintia tiba-tiba. Dia tak rela jika mantan istri Adam masih berada di kantor ini.

"Atas dasar apa? Kalau HRD menerima, itu berarti dia kompeten."

Jawaban itu sukses membuat bibir Cintia menekuk.

"Tapi Alena itu mantan istrinya Mas Adam. Bisa aja dia sengaja masuk ke perusahaan ini terus mau balikan lagi," kata Cintia dengan kesal.

"Jangan berpikiran buruk. Bisa jadi malah dia gak tau kalau Adam kerja disini juga," jawab papa.

"Papa kok belain dia? Mama Adam aja gak suka sama Alena itu!"

Cintia meremas botol kosong dengan keras, sehingga kuku cantiknya yang sudah dipoles kuteks mahal itu sedikit tergores.

"Itukan masa lalu. Sekarang Adam sudah serius sama kamu."

"Kalau gitu aku mau pernikahan kami dipercepat. Jadi dia gak bisa gangguin Mas Adam lagi," pintanya setengah memaksa.

Papa menatap putrinya sambil menggelengkan kepala. Cintia masih muda, baru lulus sekolah dan menekuni dunia modeling karena fisiknya memang mendukung. Namun, secara kedewasaan memang masih kurang.

Ketika Adam, salah satu karyawan terbaiknya mengatakan suka dan meminta putrinya sebagai pendamping hidup, dia langsung setuju. Rekam jejaknya bagus di kantor ini. Usia yang matang juga menjadi pertimbangan. Mereka berharap laki-laki itu bisa membimbing putrinya menjadi lebih baik.

"Nanti kita bicarakan. Baiknya kamu pulang. Papa ada kerjaan penting. Soal ini bisa kita bicarakan di rumah."

"Papa sibuk makanya aku datang ke sini."

"Kamu bicara sama mama. Kalau memang mau dipercepat, biar mama yang atur. Papa tinggal transfer," katanya tenang. Menghadapi sikap Cintia yang labil, kepala harus tetap dingin.

Wanita itu segera berdiri dan meninggalkan ruangan itu dengan kesal. Papa sepertinya kurang mendukung keinginannya untuk mempercepat pernikahan.

"Pak Adam ada?"

"Ada, Bu. Tapi lagi sibuk sama laporan kayaknya," jawab si sekretaris.

"Bilang saya mau ketemu," titahnya.

Me & My Ex [Tamat/Cetak Buku]Where stories live. Discover now