20. Pengorbanan

2.4K 159 3
                                    

Sudah satu minggu mamanya Adam dirawat di rumah sakit dan kondisinya mulai membaik, hanya saja masih lemas dan perlu perawatan lebih lanjut dikarenakan faktor usia.

Selama itu juga, Alena bolak-balik ke rumah sakit untuk merawat sang calon mertua demi mengambil hati. Saat mereka berpacaran dulu, ibunya Adam memang sayang kepadanya. Mereka kerap kali jalan bersama dan berdiskusi mengenai banyak hal. Sayang, semua rusak ketika perceraian dan itu ... salahnya.

"Kamu ... datang lagi?" tanya mamanya Adam dengan tatapan sayu. Sekalipun mendapatkan asupan dari cairan infus, wanita paruh baya itu tetap merasakan lemas karena tak berselera makan.

"Iya, Ma. Mas Adam sibuk kerja. Papa juga, jadi Alen aja yang ke sini. Mumpung lagi free, belum ada yang terima kerja," jawab Alena sembari meletakkan rantang di bedsite cabinet.

"Untuk apa?"

"Untuk merawat mama biar cepat pulih," jawab Alena tenang. Tangannya kini membuka isi rantang yang tadi mamanya bawakan dari rumah. Seketika menguarlah aroma soto yang menggugah selera di ruangan itu.

Sebenarnya, pelayanan di rumah sakit itu cukup bagus, termasuk juga kateringnya. Akan tetapi, mamanya Adam menolak dan meminta anaknya membawakan makanan dari luar. Sehingga laki-laki itu meminta Alena untuk menyediakannya.

"Lebih baik kamu pulang," ucap wanita paruh baya itu sembari membuang pandangan karena merasa tak sudi dengan perlakuan baik Alena.

Alena menarik napas panjang dan mencoba menenangkan hati. Kata-kata usiran semacam itu sudah sering didengar, jadi dia berusaha berbesar hati dan bersabar.

Dulu, Adam berusaha keras untuk menaklukan papanya. Sekarang, dialah yang akan berusaha meraih kembali kepercayaan ibu mertuanya. Alena memang salah dan dia menyadari hal itu.

"Tadi di rumah si Bibik masak soto padang. Cuma karena Mama lagi sakit, jadi Alena bawain bubur. Nanti makannya pakai kuah soto. Enak banget. Mama cobain dulu, deh." Wanita itu menyendok bubur ke dalam mangkuk dan menuang kuah juga isiannya.

"Adam mana?"

"Kerja, Ma. Dia sibuk. Jadi Alen yang ke sini. Tapi kalau nanti mama udah pulang, kayaknya Alen gak bisa jenguk," jawabnya sembari menatap wajah tua itu dengan lekat.

Mamanya Adam menelan ludah, tapi kembali membuang wajah karena gengsi. Padahal sejak tadi dia lapar dan menunggu entah siapa yang akan datang membawakan makanan.

"Cobain dulu, Ma. Ini enak beneran," ucap Alena tulus.

Lalu, tak berapa lama mamanya Adam menyerah dan mulai mencoba. Benar enak, bubur yang lembut dipadu dengan kuah soto yang berbumbu membuat selera makannya meningkat. Dalam sekejap, isi satu mangkuk itu tandas tak bersisa.

"Itu ... makanan rumah sakit, kasihkan aja sama perawat jaga atau kamu kembalikan. Mama gak selera lihatnya."

"Iya, nanti Alena kembalikan kalau petugas kateringnya datang," katanya sembari mengambil sebotol air mineral dan sedotan.

"Mama mau nonton," pinta wanita paruh baya itu.

"Boleh, tapi cari yang drama, mau? Jangan nonton infotaiment. Gak baik kita menyaksikan aib orang diumbar," kata Alena bijak. Dia takut kalau berita tentang Cintia kembali muncul.

Sejak resign dari kantor Adam, Alena menghabiskan banyak waktu di apartemen sembari menonton televisi. Dia juga menyaksikan pemberitaan mengenai kandasnya hubungan sang mantan suami dengan Cintia, dan itu karena ulahnya.

Satu hal yang patut disyukuri bahwa berita itu tak lama beredar. Sepertinya keluarga Cintia membayar mahal agar putri mereka tak terlalu di ekspose demi karirnya.

Me & My Ex [Tamat/Cetak Buku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang