Chapter 50

1.9K 329 66
                                    


Waktu begitu cepat berlalu. Tanpa terasa hubunganku dengan Mas Hatta sudah berjalan dua bulan. Sejauh ini sih tak ada kendala berarti. Masalah yang lalu-lalu sudah aku lupakan. Toh, Mbak Keysa juga lama tak terlihat mengunjungi Mas Hatta. Gak tahu juga sih diluaran sana. Aku juga tak mau tahu dan berusaha untuk tak mencari tahu. ngapain coba? nyari tahu yang begituan bikin hati nyesek sendiri, makanya gak usah cari tahu. biar hati aman dan tentram.

Oh ya, soal Hanun juga aku tak terlalu memikirkannya. Selama banyak orang yang mendukungku, aku sih asyik-asyik aja.

Seminggu lalu, ibunya Mas Hatta juga datang berkunjung. Mas Hatta memperkenalkan aku pada ibunya dan sambutan ibunya di luar dugaanku. Ibunya yang memang aku tahu sangat baik padaku, malah bertambah menjadi sangat-sangat baik begitu tahu kalau antara aku dan Mas Hatta sedang menjalin sebuah hubungan. Katanya, beliau sudah tidak akan ikut campur dengan urusan hati Mas Hatta. Setelah Mas Hatta dan Mbak Keysa bercerai, ibu memilih untuk menyerahkan jodoh pada Mas Hatta sendiri. Toh, Mas Hatta yang akan menjalaninya. Ibu memberikan kebebasan pada Mas Hatta.

Sore ini aku sedang me time ala-ala bersama Kareen. Dua sahabat perempuanku yang lain sedang ada kegiatan lain, jadi aku hanya berdua bersama Kareen. Biasa ke salon. Aku melakukan perawatan wajah seperti facial. Selain itu aku juga ingin merapihkan sedikit rambutku yang sudah panjang sekaligus ingin mengganti warna rambut. Awalnya sih ijin Mas Hatta ganti warna cokelat, tapi waktu sampai salon aku malah tertarik dengan warna burgundy. Dan waktu aku lihat hasil akhirnya ternyata warnanya agak merah. Mas Hatta pasti kaget liatnya. Tapi bodo amat ah.

"Ya ampun!" seru Mas Hatta kaget saat sesi video call sore ini. "Warnanya terang banget. Katanya mau diwarnain cokelat," keluhnya saat melihat rambutku kini sudah berubah menjadi warna burgundy.

"Ih, terang dari mana? Ini itu burgundy, mirip cokelat kok!" kataku sambil mengibas-ngibaskan rambutku yang baru saja selesai diganti warna. Sekarang aku sedang duduk sambil menunggu Kareen yang sedang di blow.

"Ya tetep aja. mau apapun itu warnanya itu mencolok banget, Eijaz," keluhnya. "Ganti cokelat aja!" suruhnya sementara aku malah tergelak lalu menggeleng cepat.

"Enak aja nyuruh diganti lagi. dikira warnain rambut itu sebentar. Hey, Mas durenku yang gantengnya udah ngalahin pangeran Arab, warnain rambut itu paling sebentar tiga jam lo, masa iya harus duduk tiga jam lagi untuk warnain rambut. Eijaz pulang malem dong," kataku mengelak membuat si duren terlihat berdecak.

"Udah ah, paling juga nih rambut bertahan sebulan. Bulan depan pasti aku ganti lagi," kataku. lagi si duren mendesah.

"Padahal ga usah diwarna-warnain gitu kamu juga udah cantik banget lo," katanya lemas. Udah keliatan putus asa banget tuh si duren. Frustasi kali ya punya pacar macam Eijaz Kamila. Tapi bodo amat ah! Mumpung belum jadi istri si duren. Nanti kalau udah jadi istrinya kan apa-apa harus nurut sama dia. sekarang mah puas-puasin dulu aja.

"Terus kalau diwarnain kenapa? tambah cantik ya?" tanyaku sambil menaik turunkan kedua alisku. Mas Hatta terlihat mendengus lalu mengangguk pelan membuat aku tergelak dengan kencang dan jelas itu membuat dia terlihat kesal.

"Saingan banyak banget! Tiap minggu ada aja yang ngajak kenalan sama kamu," aku tergelak mendengar keluhan si duren soal para pria yang mengajakku kenalan setiap kali selesai performance. Belum lagi dia sangat kesal ketika mingu lalu dia yang kebetulan menemaniku menyanyi di sebuah hotel di Jakarta tiba-tiba di datangi seorang pria dengan dandanan necis meminta ijin untuk berkenalan denganku. Kekesalannya bukan hanya karena pria tersebut mengajakku kenalan tapi pria tersebut menyebut dia 'Om'. Dikira Mas Hatta adalah Omku bukan kekasihku. Ya ampun. Sumpah ngakak banget.

Stuck WIth You! (Tamat)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora