Chapter 57

1.8K 346 57
                                    


Satu bulan berlalu sejak Mas Hatta meninggalkan rumahku, aku jarang sekali melihatnya di rumahnya. Pagi-pagi sekali aku hanya akan mendengar suara mobil yang dipanaskan lalu pergi meninggalkan rumah begitu pula saat malam hari. Tak pernah ada lagi pesan atau telepon dari Mas Hatta karena itu aku menyimpulkan hubunganku dengan Mas Hatta memang sudah benar-benar berakhir.

Kalau ditanya sedih? Jelaslah. Untuk beberapa hari aku menutup diri. Mengurung diri di kamar. Sampai-sampai ibu curiga dan mengajakku bicara. Untunglah ibuku seorang Betari Cantika, kalau semacam Mbak Keysa pasti aku akan lebih sedih karena tertekan.

Ibu bilang, aku masih muda, masih memiliki kesempatan yang banyak untuk meilih laki-laki sesuai dengan apa yang aku mau. Tak perlu seperti ibu yang memutuskan menikah sebelum lulus kuliah. Aku bisa mencatat sejarah perjalanan kehidupanku sendiri tanpa harus mengekori kisah ibu.

Semua omongan ibu ada benarnya. Aku berhak bahagia, meskipun tidak dengan Mas Hatta. Aku pernah gagal, malah lebih sakit dari ini jadi aku yakin aku bisa menjalani hidupku seperti biasanya meski tanpa Mas Hatta.

Aku juga sudah tidak mau mengingat lagi apalagi mencampuri urusan mereka, aku dan Mas Hatta punya dunia yang berbeda, jadi kami juga akan bahagia di jalan yang berbeda. Meskipun perpisahan akan selalu meninggalkan sesak di dada dan juga tangis yang mendera tapi ini semua harus di hadapi. Awalnya akan sulit tapi aku akan terbiasa. Lebih baik sekarang daripada nanti setelah hubungan kami jauh lebih serius.

Satu bulan ini aku juga disibukan dengan ujian dan job menyanyi. Meskipun mengambil job saat ujian adalah hal yang jarang Eijaz lakukan sejak dulu tapi sejak putus dengan Mas Hatta ini jadi hal yang paling menghibur. Selain dapat uang aku juga bisa melupakan masalahku dengan Mas Hatta sejenak.

"Ah, akhirnya!" teriak Liana saat kami keluar dari kelas setelah menyelesaikan ujian di hari terakhir. "Liburan, kuy!" ajaknya.

"Ayok deh, biar gak mumet!" kata Zian menyetujui ajakan Liana.

"Gue udah ada acara sama Gewa," kata Rey.

"Gue juga doooong," kini Beno yang menimpali.

"Gue diajak ke Bali dong sama nyokap bokap. Mumpung mereka lagi free juga jadi gue udah setuju ikut mereka," Cantika kini yang menjawab.

"Gue mau ke Bandung ketemuan sama keluarga Mas Krisna ah. Belum tahu sih waktunya kapan tapi kan mesti free dong, biar kapanpun dia ngajak gue bisa pergi," aku tersenyum melirik Kareen. Aku bahagia melihat Kareen bahagia. Di saat hubunganku dan Mas Hatta berakhir justru dia sedang bahagia karena hubungannya dengan Mas Krisna naik satu level.

"Terus Eijaz mau kemana?" tanya Zian sambil melingkarkan tangannya di bahuku sambil tetap berjalan ke arah kantin.

"Gue?" Zian mengangguk. "Nyanyilah. Mumpung libur jadi gak ada pertimbangan buat ambil job dihari apapun,"

"Ah, duit mulu!" kata Zian membuat aku tergelak.

"Iya nih! Masa yang free Cuma gue sama Zian," rengek Liana.

"Ya udah lu sama Zian aja liburan berdua," kataku santai.

"Elu cemburu lagi nanti kalau gue liburan bareng Liana? Gue gak sampai hati bikin elu sedih, Ei," katanya membuat yang lain tertawa sementara aku menoyor kepala Zian.

Teman-temanku memang tahu kalau hubunganku dan Mas Hatta sudah berakhir. Awalnya sih karena aku sempat sedih dan aku bercerita pada Kareen eh ternyata yang lain mendengar dan akhirnya mau tak mau aku harus bercerita pada mereka. Tahu gak siapa yang paling bahagia mendengar aku putus dengan Mas Hatta? Iya kalian tepat! Si kampret Zian lah yang paling bahagia. Mepetnya gak ada jeda. Gas terus!

Stuck WIth You! (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang