Chapter 69

1.7K 302 72
                                    

Satu lagi jadi penutup malam ini dan pasti akan jadi huru hara
Selamat menikmati
***

Minggu sore ini sehabis nyanyi di salah satu hotel berbintang di Jakarta aku pulang sendiri menggunakan taksi online. Gading tidak bisa mengantar sampai rumah karendia ada janji dengan seorang perempuan, katanya sih dia lagi deket, ya bagus deh dia sudah mulai move on dari Namira.

Kalau kalian tanya si kampret kemana?

Si kampret sore ini tak bisa menjemputku karena dia bersama bandnya harus mengisi event di salah satu mall di Jakarta. Memang beberapa bulan ini Zian dan bandnya bersama teman-teman SMA-nya kembali aktif dan mulai mengisi beberapa event. Baguslah, jadi dia juga punya kesibukan lain selain mengajar di sekolah musik miliknya dan mengantar jemputku. Biar dia berkembang.

Hubunganku dengan Zian sudah hampir sembilan bulan. Bentar lagi lahiran, bun. hahaha. Bencanda ya!

Jadi hubunganku dan Zian sudah aku jalani hampir sembilan bulan. Sejauh ini semua baik-baik saja. Aku dan Zian merupakan pasangan yang santai dan saling memahami. Kami juga saling mengisi. Kami berhubungan secara dewasa, jadi gak harus lah kami bersama setiap hari, yang penting komunikasi kami selalu terjaga. Mungkin itu yang membuat aku tetap nyaman dan berusaha untuk tetap mempertahankan hubunganku dengan Zian.

Di kampus kami memang selalu bersama, ya orang satu kelas ya pasti akan selalu bertemu. Tapi di kegiatan lain kami memang saling memberi ruang, tak perlu terus selalu bersamaan.

Komunikasi kami lancar, jika memang tidak bisa bertemu kami akan menyempatkan voice call atau video call. Atau kalau memang kami sedang sama-sama sibuk, cukup chat saja, asal tetap bisa tahu keberadaan kami masing-masing.

Sebuah hubungan katanya gak indah kalau tidak ada cemburu, ya hubunganku dan Zian juga begitu. Ya, walaupun masih Zian yang lebih banyak cemburu. Malah kadang cemburunya gak jelas. Misalnya dia akan tiba-tiba marah kalau aku angkat telepon atau balas chat lama. Dia pasti akan ngomel panjang lebar. Tapi tetap lucu, menggemaskan. Dan aku menikmatinya.

Karena itulah, aku selalu berusaha dengan cepat membalas atau mengangkat telepon dari Zian. biar dia gak ngomel dan kepala Eijaz juga gak pusing tiap denger omelannya.

Kalau kalian tanya 'Mas Hatta gimana Ei?', sudah beberapa bulan ini aku benar-benar tidak bertemu dengan Mas Hatta. Rumahnya benar-benar kosong, Mas Hatta sudah tak pernah pulang ke rumahnya.

Aku juga tak pernah berusaha mencari tahu, biarlah kami menjalani kehidupan masing-masing. Ya walaupun sesekali aku tetap akan mengingat Mas Hatta, tapi tak seperti dulu yang ketika ingat akan menangis. Aku sadar kehidupan harus tetap berjalan. Mungkin memang inilah jalan hidupku dan Mas Hatta. Kami ditakdirkan tidak untuk Mas Hatta.

Aku pun tak mau terus-terusan meratapi masa lalu, hidup terus berjalan dan aku menjalankan kehidupanku yang ada di depan mata. Zian menyenangkan kok, dia tak pernah menyakitiku, dia selalu membuat aku bahagia, ibu dan bapak juga sejauh ini senang pada Zian, orang tua Zian juga begitu jadi tak ada salahnya kalau aku terus berusaha mencintai Zian. aku yakin sutau hari nanti aku akan benar-benar mencintai Zian.

Iya harus yakin!

***

"Lo Ei pulang pake taksi online?" kata bapak saat melihat aku keluar dari mobil taksi online. Aku mengangguk lalu menghampiri bapak dan mencium tangannya.

"Iya, Pak. Zian lagi ngisi Event sama bandnya. Gading ada acara, gak apa juga lah sesekali, Pak," kataku sambil masuk ke dalam rumah.

"Ibu sama bapak mau pergi?" tanyaku saat melihat ibu sudah rapih. Eh, Eijaz kok gak sadar tadi bapak juga lagi manasin mobil.

Stuck WIth You! (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang