Chapter 38

1.9K 308 28
                                    


Tawa kencang terdengar dari mulut si kampret sahabatku yang bernama Gading Kampret Sialan Mahardika saat aku selesai menceritakan apa yang terjadi antara aku dan si duren. Kan udah beneran sahabat syetan kalau gini.

"Gila! Gila! Selera elu ternyata om-om sekarang," katanya masih dengan tawa kencangnya membuat aku kesal lalu hanya bisa mendengus saja. "Nyokap bokap elu tahu?" aku menggeleng.

"Awas elu ember! Kalau ember terong elu bakal gue cabein biar jadi terong balado," dia kembali tergelak lalu mmebuat ekspresi takut didepanku.

"Uuuh takut!" katanya. nyebelin deh sumpah!

"Anak SMP kali ah pacarannya backstreet, gak seru!" katanya membuat aku kesal lalu memukul kepalanya dan lagi-lagi dia tergelak sambil mengusap-usap kepalanya yang aku pukul. Benaran yah kata Gading beberapa hari lalu, untung sparepart Gading buatan Allah, kalau buatan cina dia udah remuk redam aku aniaya dari jaman SMP dulu. duh, kadang Ngerasa berdosa deh sama Gading. Pengen tobat tapi kadang dia juga nyebelin, jadi ya udah deh lanjut aja.

"Gue masih sayang nyokap bokap gue. Gue belum mau liat mereka jantungan Cuma karena Eijaz Kamila anak gadisnya yang paling cantik sekomplek ini pacaran sama tetangga sebelahnya yang berstatus duda anak dua," jelasku dan sialannya lagi-lagi si kampret Cuma tertawa kencang. "Dasar syetan!" makiku membuat tawa Gading semakin kencang.

"Emang ya jaman sekarang pesona duda lebih moncer dibanding bujangan macam gue," katanya sambil menghisap dalam-dalam rokok di tangannya. "Makanya bujangan seberkwalitas gue aja masih jomblo sampai detik ini, sementara duda anak dua macam cowok lu udah macarin elu," katanya.

"Elu suka gue ya?" tanyaku dengan mata memicing membuat dia mendorong wajahku yang mendekat ke arahnya dengan kelima jarinya. "Ih sialan! Tangan lu bau banget!" dia tergelak sambil membaui tangannya.

"Perkataan gue itu istilah, Eijaz Kamila. Bukan berarti gue suka sama elu," katanya membuat aku tergelak. "Gue nih ya kalaupun stok cewek di dunia ini tinggal nyisa elu, masih mikir-mikir kali buat kawinin elu. Mending jomblo seumur hidup deh daripada tersiksa lahir batin," katanya.

"Goblok!" makiku sambil menjambak rambut Gading. Dia kembali tergelak. Kami kemudian sama-sama diam.

"Gue mah dukung ajalah elu sama siapa. Yang penting elu bahagia. Gak dikit-dikit nangis kaya elu sama si Pras dulu," katanya. aku menoleh ke arah Gading lalu nyengir. "Eh tapi ya, kalau jadi sama dia emang elu udah siap jadi ibu buat anak-anaknya?" aku diam lalu menggedikan bahuku acuh.

"Gimana nanti aja deh, kan gue kagak tahu jodoh gue sebenernya siapa. Siapa tahu gue jodohnya sama elu," kataku menggoda Gading.

"Hih ngeri!" katanya sambil bergidik membuat aku tertawa lalu Gading pun ikut tertawa.

Ketika orang-orang di luaran sana mengatakan bahwa tak akan pernah ada persahabatan laki-laki dan perempuan, karena biasanya persahabatan antara laki-laki dan perempuan biasanya akan berakhir di pelaminan tapi buat aku dan Gading persahabatan tetaplah persahabatan. Tak akan lebih dari itu. Buktinya dari jaman dulu sampai sekarang umur kita udah cocok banget diseriusin sama seriusin cewek kita tetep bersahabat. Dan yang jelas kita punya selera masing-masing tentang pasangan hidup.

"Ei, gue jadi pengen nanya ih, apa sih yang bikin elu jatuh cinta sama tuh cowok?" mendengar pertanyaan Gading aku malah tertawa kencang lalu mendekat ke arah Gading lalu menggigit tangannya.

"Anjim sakit!" teriak Gading. "Syetan kebiasaan banget!" katanya sambil mengusap-usap tangannya yang tadi aku gigit.

"Gue ya Ding, gak pernah mimpi sama sekali bakalan pacaran sama duda anak dua, malah gue malu banget kalau ternyata cowok yang gue jadiin bahan buat manas-manasin si syetan itu tetanggan sama gue. Tapi gak tahu kenapa ya kok tiap kali liat dia gue malah degdegan," ceritaku sambil tertawa. jijik kan ya aku cerita modelan kayak gini. "Kalau degdegan namanya cinta kan?" bukanya menjawab Gading malah tertawa.

Stuck WIth You! (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang