Chapter 13

2.1K 312 16
                                    


Sabtu ini aku awali hari dengan lari pagi sebelum nanti jam sembilan aku bersiap untuk perform di sebuah hotel terkenal di Jakarta. Mengisi acara pernikahan seorang anak pengusaha. Lari paginya cukup keliling komplek aja, gak usah jauh-jauh. Yang penting badan digerakin. Olahraga kan bagus juga buat penyanyi kayak Eijaz. Sedep!

"Ei, sini basket dulu!" kata salahsatu tetanggaku. Namanya Rama, usianya satu tahun di atasku. Dulu saat anak-anak seusiaku masih sekolah, hari minggu kami sering menyempatkan diri untuk berolahraga di lapangan komplek. Sekedar basket atau main bulu tangkis. Eh, aku suka voli juga. tapi seiring berjalannya waktu, usia semakin bertambah serta kesibukan yang semakin banyak, kami jadi jarang bisa menikmati saat-saat seperti ini.

Aku melambai sebagai balasan panggilan dari Rama. Lalu menghampiri mereka di lapangan basket komplek. Selain Rama, di sana juga ada beberapa yang aku kenal. Ada Jodi, Galih, Diky, dan Tristan. Beberapa orang lagi tak aku kenal. Sepertinya mereka baru.

"Kemana aja lu?" tanya Rama saat aku menyalaminya dan beberapa anak yang ku kenal tadi.

"Kuliah lah sama ngamen," kataku lalu duduk di samping Rama.

"Sombong mentang-mentang udah jadi artis," kaya Galih membuat aku tergelak. "Gue suka nonton youtube chanel elu, keren suara lu makin oke," katanya.

"Jangan lupa di subscribe dong kakaks, biar gue kaya," kelakarku hingga membuat teman-temanku tertawa.

Aku menghabiskan beberapa menit mengobrol bersama mereka. Bernostalgia tentang masa kecil dan masa remaja kami. Setelahnya aku pun pamit mengingat aku harus manggung siang ini.

Setelah pamit aku pun melanjutkan kegiatan lari pagiku, eh jadi jalan sih. Maklum kalau udah istirahat malah suka capek mau lari lagi. Tapi langkahku tiba-tiba aku hentikan saat melihat seorang anak terduduk dipinggir jalan sambil memegang lututnya. Anak itu menangis. Di sampingnya ada sepeda mini berwarna merah muda tergeletak.

"Kenapa? kok nangis," tanyaku sambil berjongkok di hadapan anak perempuan dengan rambut ikal di bagian bawah dan di ikat ekor kuda. Dia cantik dengan kulit putih dan mata bulat berwarna hitamnya serta bulu mata yang lentik. Alisnya tebal dengan bentuk yang sempurna. Bikin Eijaz iri. Soalnya Eijaz harus membentuk alis pakai pinsil kalau mau manggung, biar dapet bentk alis yang sempurna dan simetris. Satu lagi yang bikin iri Eijaz. Hidungnya. Hidung anak ini mancung sempurna. Beda banget sama Eijaz yang punya hidung mancung tapi sangat mungil. Ini anak cantik banget. Kayak udah operasi di korea sana deh. Bikin ngiri.

Merasakan ada seseorang yang menghampiri, anak itu mendongak, "Aku jatoh dari sepeda, nih lutut aku berdarah," katanya sambil terisak.

"Ya ampun lutut kamu berdarah. Sini kakak bersihin dulu ya," kataku. Dia terlihat ragu tapi kemudian mengangguk. "Ini pasti sedikit perih, makanya di tahan ya?!" kataku dia diam tapi perlahan mengangguk.

Aku kemudian membuka air mineral yang sejak tadi aku pegang dan aku gunakan isinya untuk membersihkan luka si anak kecil tadi. Saat aku membasahi lukanya, dia terlihat mengernyit dan menggigit bibir tipis berwarna merah mudanya. Lucu. Cantik. Setelah merasa bersih, aku mengambil sebungkus tisu dari dalam saku training yang kupakai dan menarik satu lembar lalu membersihkan luka yang sudah aku basahi dengan air mineral tadi.

"Oke, selesai!" kataku. "Nanti di rumah kamu minta obatin sama mama kamu ya?!" kataku. Dia diam. "Oh, iya, rumah kamu di blok apa?"

"Aku gak tahu di blok apa, tapi di sana di dekat mesjid," wow deket rumahku dong.

Stuck WIth You! (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang