Chapter 54

1.6K 299 17
                                    


"Mau makan lagi?" aku menggeleng lalu menyandarkan kepalaku ke sandaran kursi dan memejamkan mataku. Berpura-pura tidur. Padahal mana bisa tidur setelah apa yang aku dengar tadi. Soal depresi Hanun, soal Mas Hatta yang pernah berniat untuk rujuk dan soal Mbak Keysa yang ingin rujuk. Rasanya semuanya memenuhi otakku.

Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang?

Apa aku sampai hati aku merenggut keinginan Hanun yang ingin mami dan papinya bersama?

"Cape banget?" katanya sambil mengusap puncak kepalaku. Aku diam tak menjawab perkataannya. Tetap berpura-pura tidur. Dia mendesah pelan, lalu mengusap kembali puncak kepalaku. Tiba-tiba saja mobil berhenti. Mataku terbuka dan melihat bahwa mobil berhenti di pinggir jalan. Aku melirik si duren yang kini terlihat menatapku dalam.

"Kenapa berhenti? Udah malem," protesku. Mas Hatta mendesah kembali lalu meraih tanganku dan mencium punggung tangannya.

"Kamu denger omongan Mas sama Keysa tadi?" aku diam tak menjawab. Tapi aku yakin tanpa di jawab pun dia pasti tahu kalau aku sudah mendengarnya. "Kamu marah?" aku menggeleng lalu duduk miring agar aku bisa berhadapan dengannya.

"Marah buat apa?" tanyaku. Ya memang marah buat apa? meskipun ada perasaan takut, galau bahkan sakit tapi rasanya dia tak perlu meminta maaf.

"Hanun memang depresi pasca Mas bercerai sama maminya. Mungkin sebelum kami bercerai juga sudah tertekan karena kami terkadang bertengkar di depan dia. Apalagi terkadang Keysa melampiaskan kemarahannya pada Hanun saat dia kesal sama Mas," Gak kebayang ya jadi Hanun. Anak sekecil itu harus menghadapi rasa sakit. Pertengkaran orang tua lalu perceraian. Aku yang memang tak pernah merasakan hal itu, tapi tetap merasa kasihan pada Hanun.

"Dulu Hanun anak yang ceria. Sama seperti Haiva, tapi semenjak Mas sama maminya bercerai dia berubah menjadi lebih pediam. Apalagi semenjak berita perselingkuhan maminya mencuat ke media dan banyak orang yang membicarakan maminya di depan dia seakan Hanun tak paham. Dia berubah menjadi pemarah dan Mas tahu ini salah satu cara dia berontak dari apa yang kami perbuat,"

"Saat proses perceraian berjalan, Mas pernah mengajak Keysa untuk rujuk. Demi kesembuhan Hanun, demi Haiva. Agar Haiva juga tidak terdampak seperti Hanun. Demi anak-anak Mas rela memaafkan semua perbuatan Keysa, Mas rela merendahkan harga diri Mas. Tapi Keysa menolak. Dia tetep keukeuh ingin bercerai, sampai akhirnya Mas kabulkan. Mas gak mau memaksa, apalagi memang pondasi cinta kami lemah, jadi ya Mas kabulkan saja. Puncaknya, Hanun depresi dan membutuhkan bantuan psikiater untuk mengatasi depresinya," ya ampun. Kok aku sedih sih dengernya. Kasian banget. Kini aku tahu kenapa dia tidak bisa menerima aku sebagai teman dekat papinya, ini semua karena masa lalunya. Bukan dia membenciku tapi dia ingin kebahagiaannya kembali padanya.

"Semenjak tahu kalau Hanun depresi dan butuh perhatian lebih dari kami, akhirnya Mas sama Keysa sepakat apapun keadaan kami, Mas sama Keysa harus tetap ada untuk Hanun. Begitu juga dengan Haiva, agar kejadian yang Hanun alami tidak dialami oleh Haiva," katanya.

"Mungkin ini yang membuat Mas sulit untuk memutuskan berumah tangga lagi. Tak semua perempuan mau menerima keadaan Mas. Sebagian besar dari mereka mau menerima Mas tapi tidak untuk anak-anak dari hasil pernikahan Mas sebelumnya," dia mendesah pelan.

"Tapi tidak sama kamu," katanya sambil mengusap lembut pipiku. Bikin Eijaz meleleh. Sumpah! "Walaupun pertemuan pertama kita aneh__" dia tertawa kecil membuat aku mendengus kesal ketika kembali mengingat kegilaanku saat bertemu pertama kali dengannya. "Tapi itu membuat Mas gak bisa lupa sama kamu. penampilan kamu mungkin berbeda dari perempuan yang pernah Mas kenal, tapi kamu berhasil mencuri perhatian anak Mas. Ya meskipun baru Haiva tapi Mas yakin suatu hari nanti Hanun pun bisa sayang sama kamu," lagi dia mengusap pipiku lembut.

Stuck WIth You! (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang