Chapter 19

2K 333 39
                                    

"Rey, gue balik nebeng dong," pintaku pada Rey seusai kuliah. Kenapa harus Rey, ya karena Cuma dia yang searah denganku.

"Motor lu kemana?" eh malah nanya balik, kan sialan.

"Kemarin mogok jadi sekarang lagi opname di bengkel," seketika Rey tergelak. Lalu mencangklong tas ranselnya.

"Gue mesti jemput Gewa," katanya dan jawaban itu membuat aku mendengus kesal.

"Lu beneran gak ada empatinya sama temen sendiri. Lagi gue seneng aja dideketin, mepet-mepet, minta di traktir, lah giliran gue susah malah pergi seneng-seneng sama cewek lu. Sahabat macam apa lu?" kataku sengit yang mengundang tawa dari Rey.

Dia mendekat, melingkarkan tangannya ke pundakku seraya berbisik, "Elu lebay!" katanya.

"Goblok!" makiku dan Rey pun tertawa lalu keluar kelas diikuti Zian, Beno, Cantika dan Liana.

"Lu bareng gue aja," kata Kareen yang duduk di kursi paling belakang hari ini karena dia tadi datang agak terlambat. "Gue dijemput Mas Krisna, dia Off hari ini," dan seketika senyum lebarku mengembang lalu mendekat ke arah Kareen dan memeluknya erat.

"Ya ampun, Reen, elu emang sepupu gue yang paling baek. Beda banget sama mereka-mereka yang baik sama gue saat gue seneng doang," kataku hiperbolis.

"Halah lu lebay!" kata Zian sambil menoyor kepalaku yang membuat aku tertawa kencang.

"Ya, Mas," itu Kareen yang ngomong, guys. Ngangkat telepon maksudnya. Pasti dari lakinya. Kareen menatapku. Tatapannya terlihat serius, membuat aku penasaran.

"Ah, masa?" katanya lagi. "Ya udah deh nanti aku kasih tahu sama Ei," lah dia nyebut namaku. Ngapain juga pake bawa-bawa nama Eijaz.

Setelah menutup sambungan telepon dan memasukan ponselnya yang harganya mahal itu ke dalam tas, Kareen mendekat. Tangannya dia lingkarkan ke pundakku.

"Kata Mas Krisna, Mas Hatta nungguin elu di depan,"

"Hah?"

"Hahoh hahoh," katanya. "Lu ada apa btw sama Mas Hatta? Tiba-tiba dia jemput elu ke kampus, ada yang gue lewatin Ei?"

"Apaan sih ah," kataku lalu berjalan mendahului Kareen, tapi dengan cepat Kareen berjalan mendekatiku. Lagian ya aku itu bukan berkilah emang gak ada apa-apa kan selain karena persoalan karena kami tetanggaan. "Dia tetanggan sama gue, btw. Emang bokap lu gak cerita kalau dia yang beli rumah di sebelah rumah gue?"

"Ehm, ya cerita, tapi ngapain coba dia sampai repot-repot segala buat jemput elu, please deh Ei, elu segitu putus asanya diputusin Pras sampai harus jalan sama Mas Hatta,"

"Hei, gue yang putusin Pras kalau-kalau Mbak Kareena Hapsari lupa," kataku ketus dan Kareen hanya terkikik saja menanggapi perkataanku. "Lagian elu ya kalau ngomong suka goblok gak ketulungan, pake putus asa segala dibawa-bawa. Lu pikir selama ini hidup gue Cuma tentang Pras doang, kagak lah!" kataku kesal. "Lu sarap lu!" aku menunjuk-nunjuk Kareen yang masih terkikik.

"Eh, btw, elu tahu status dia kan?" katanya.

"Kalau gue tahu emang kenapa? repot amat lu ngurusin hidup orang, udah macam ibu-ibu komplek lu,"

Kareen menarik lenganku, "Ei, dengerin gue ya," hih apaan sih nih pake bisik-bisik segala, geli! Makanya langsung aku dorong aja tuh muka sepupuku yang sialannya cantik. "Sebagai perempuan, gue akui dia ganteng parah. Laki gue aja kalah ganteng sama dia, gue akui. Dia hawt banget. Tinggi, keker, rahangnya tegas, tatapannya tajam, ototnya Ei, beuh, nonjol-nonjol, apalagi tuh-tuh kalau pake kemeja digulung sampai siku gitu lengan kemejanya, duh hot banget," aku meringis mendengar pujian Kareen pada di duren yang memang sialannya semuanya itu emang bener. Bener adanya.

Stuck WIth You! (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang