Chapter 66

1.6K 301 28
                                    

Aku kasih yang manis-manis lagi ya sebelum ada huru hara

cus

***

Sepanjang perjalanan dari rumah sakit ke rumah Zian masih diam. Tak banyak kata yang dia ucapkan. Saat aku tanya jawabannya pun seadanya. Liat aja sekarang, sudah hampir satu jam sampai di rumah saja dia masih diam, aku tawari minum dia hanya menjawab dengan dengungan saja.

"Zi, laper gak?" dia bergeleng dengan cepat. Matanya masih terfokus pada game online di ponselnya "Tapi gue laper," dia hanya menggedikan bahunya tak acuh. "Gue gofood ya?" dia masih menggedikan bahunya saja. Aku mendesah lalu mengambil ponsel yang aku letakan di atas meja.

"Mau apa?" aku mendekat sambil memperlihatkan menu-menu di layar ponselku. eh si kampret tetep aja gak jawab, malah terus aja menggedikan bahunya. sialan bener! Tapi sabar, Ei. Gak boleh terpancing, yang lagi panas gak boleh di balas panas lagi, bisa-bisa Zian ngegas kalau aku marah.

"Gue pesen mie ayam pangsit, elu mau gak?" dia menoleh ke arahku lalu sekali lagi dia menggedikan bahunya. Kesal aku mengambil ponselnya lalu melempar ke sofa single di sampingku. Tak terima dia menatapku garang.

"Apa?" tanyaku lebih garang hingga dia mendesah. "Ditanya daritadi malah hahem hahem doang, lu marah kenapa sih?" aku pura-pura tak mengerti.

"Gak peka banget sih jadi pacar," katanya. Si kampret dasar.

"Lu marah karena kita ketemu sama Mas Hatta tadi?" dia mendelik lalu mengambil remot dan memindahkan chanel TV secara random sementara aku kini malah terbahak. "Zi, Zi, kayak anak kecil banget sih!" Zian berdecak lalu menyimpan remot dengan kasar, dia duduk miring agar bisa berhadapan denganku.

"Lu pikir ini lucu?" eh ngegas dia, ya udah deh aku ngalah aja. daripada jadi huru hara, dia merajuk lagi nanti. "Coba keadaannya elu balik deh, Ei. Gimana kalau gue ketemu sama Nadia dan gue tatap-tatapan sama Nadia, perasaan elu gimana?" mau jawab 'ya gue sih biasa aja' tapi gak jadi, bisa-bisa dia beneran merajuk. Makanya lebih baik diem aja deh. "Lu gak liat gimana dia natap elu? Keliatan banget dia masih cinta dan masih ngarepin elu. Padahal dia tahu ada gue sama elu. Sialan emang tuh duda!" eh ngomel dong dia. lucu sekaligus pengen nampol.

"Ya udah sih gak usah diperduliin, guenya aja biasa aja?" kataku santai. Mencoba buat santai sih sebenernya.

"Biasa? Biasanya kayak gimana? Saling tatap penuh arti? Gitu? gue gak bodoh Ei, untuk paham bahwa kalian masih saling cinta," katanya lalu mendengus kakinya menendang table coffee. Pelan sih tapi tetep aja bikin kaget.

"Apaan sih, Zi? Suka gede-gedein masalah tahu gak?" kataku mulai kesal. "Emang lu gak liat gue tadi biasa aja?" dia mendelik. "Kalau lu liat gue genit sama dia baru lu berhak marah. ini mah mana ada genit, gue aja jawab pertanyaan dia Cuma angguk-ngangguk doang. Lagian ya, apa salahnya sih saling bersapa, orang kita kenal. Biarpun gue sama dia udah putus, tapi silaturahim gak boleh putus. Pamali tahu!" kataku. "Gak usah lah gede-gedein masalah, toh gue juga udah jadi pacar elu!" kataku mengakhiri pembicaraan yang penuh emosi ini.

Kini aku dan Zian sama-sama diam. Zian kembali sibuk dengan chanel tv yang sejak tadi dia pilih berulang-ulang entah yang mana yang akan dia tonton. Sementara aku sibuk dengan menu-menu di aplikasi gofood. Bodo amat si kampret mau makan atau engga, yang jelas sekarang aku lapar dan perlu makan.

Tak berapa lama bel rumahku berbunyi, sepertinya pesanan mie ayamku sudah datang. Kalau kalian tanya kok bentar Ei udah datang lagi makanannya? kedai mie ayamnya deket kok, di depan komplek, aku aja yang males ke depan jadi pesan lewat aplikasi gofood.

Stuck WIth You! (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang