Chapter 45

2.1K 323 33
                                    


Aku menoleh ke arah pintu saat mendengar pintu dibuka seseorang. Kulihat ibu masuk ke dalam kamarku lalu duduk di sisi tempat tidur. Eijaz yang lagi dandan hanya menatap ibu heran.

"Kenapa bu?" tanyaku sambil tak berhenti memoles wajahku dengan make up. Oh, iya gaes, siang ini sesuai janjiku pada Mas Hatta dan Haiva, aku akan ikut menemani Mas Hatta mengajak anak-anaknya ke seaworld.

"Kemana?" aku menoleh. Gak jawab Cuma senyum tipis ke arah ibu. Jujur aku agak takut mau bilang kalau hari ini mau menemani tetangga sebelah jalan-jalan sama anak-anaknya. tapi gimana dong harus ijin juga, abis kalau gak ijin nanti ibu malah marah.

"Ehm, itu bu, ehm, mau nemenin Haiva ke seaworld. Di ajak Mas Hatta juga sih sebenernya," ibu hanya mengangguk-angguk saja tapi aku yakin akan ada obrolan selanjutnya dari ibu Betari Cantika yang pagi ini terlihat cantik dengan daster panjang batik warna hijau serta bergo dengan warna senada.

Ku dengar desahan pelan dari mulut ibuku, "Kalau ibu boleh tahu kamu ada hubungan apa sama Mas Hatta?" aku diam hanya menatap ibu. "Ei, kemarin ibu ke rumah Opa, ketemu sama Tante Chana," ibu menjeda sejenak. Tahu gak? Jantung Eijaz sekarang lagi berdetak lebih cepat. Jelas aku tahu kemana arah pembicaraan ibuku. Tante Chana pasti bercerita soal pertemuan kami waktu di mall. Mampus!

"Tante Chana bilang ketemu sama kamu di mall lagi gandengan sama Mas Hatta," Tante Chana bilangnya gandengan, padahal kan waktu itu tangan si duren lagi melingkar di bahuku. Ah, tapi kan sama aja, mau gandengan tangan, mau rangkul-rangkulan, tetep aja ada rasa takut kalau ibu tak setuju. Makanya Eijaz diam aja, malah Cuma bisa nunduk, gak berani jawab.

"Ei, ibu bukan mau melarang kamu berhubungan dengan laki-laki. Ibu akan restui dengan siapapun kamu berjodoh, asalkan laki-laki itu cinta sama kamu, baik dan sayang kamu juga sayang sama ibu dan bapak. Tapi Ei, memang udah yakin kamu pilih Mas Hatta?" aku mendongak menatap ibu. Tetep gak bisa jawab.

"Biarpun ibu belum pernah pacaran sama seorang duda, tapi ibu tahu Ei kalau berhubungan dengan seorang duda itu sulit. Lebih sulit daripada pacaran dengan dosen sendiri," ibu nyindir dirinya sendiri. "Biarpun cinta gak pandang status dan umur tapi kadang orang lain tetap memandang hal itu," aku masih diam. Malah sekarang menunduk lagi memain-mainkan kuas blush on di tanganku.

"Dari status dan usia jelas Mas Hatta gak main-main ketika macarin kamu, dia pasti bukan sekedar cari pacar tapi cari istri, cari ibu buat anak-anaknya. Ya meskipun ibu anak-anaknya Mas Hatta masih ada tapi tetap aja nantinya, ketika kamu menikah sama Mas Hatta dan anak-anaknya sedang dapat giliran nginap di rumah ayahnya, kamu akan berperan jadi ibu mereka. Dua anak lo, Ei," aku mendongak lagi lalu manatap kedua mata ibu.

"Ibu gak setuju?" akhirnya aku bisa juga membuka suara. Ibu tersenyum lalu menggeleng.

"Kan ibu gak bilang setuju, ibu Cuma takut kamu gak sanggup. Usia dan status Mas Hatta jelas jauh berbeda dari kamu, Ei. Jelas banyak perbedaan di antara kalian. Belum lagi kamu dan anak-anak Mas Hatta harus bisa menyesuaikan diri. Belum lagi soal pembagian jatah bulanan, jelas itu akan merepotkan Ei, karena Mas Hatta harus membaginya dengan kamu dan anak-anaknya. ibu Cuma takut kamu malah gak terima dengan keadaan itu," jelas ibu.

"Dulu ibu waktu pacaran sama bapak sempet sembunyi-sembunyi juga. alasannya takut ada omongan tidak enak dari pihak kampus karena status ibu mahasiswa bimbingannya bapak dan itu susah banget Ei. Gak bebas mau jalan-jalan. Sampai-sampai nikah pun ibu harus sembunyi-sembunyi. Berat banget. Makanya ibu mau kamu dapat pasangan yang normal. Statusnya yang bujangan aja kalau bisa, umurnya juga jangan jauh-jauh banget. Ibu sama bapak aja bedanya 8 tahun kadang suka berdebat, apalagi kamu sama Mas Hatta. Bedanya belasan tahun ditambah lagi sama statusnya Mas Hatta yang duda anak dua. Aduh ibu gak ngebayangin gimana kalian nanti," kata ibu. "Kamu harus bisa mengambil hati kedua anak Mas Hatta, Ei. Kemungkinannya hanya dua Ei, kamu diterima dengan baik oleh anak-anaknya atau kamu ditolak karena mereka merasa masih memiliki ibu yang gaka akan tergantikan. Ibu yakin kalau sudah demikian kamu akan sulit," mampus. Ibu suka bener kalau ngomong. Jelas ibunya gak bisa tergantikan, apalagi oleh Eijaz Kamila, si cewek serampangan yang gak modal apa-apa. aku Cuma bisa nyanyi. Haiva boleh aku rebut hatinya dengan nyanyi dan main gitar, anak pertamanya kan belum tentu. Eh, bukan belum tentu sih, jelas dia gak suka sama aku, udah jelas kok kemarin sikapnya padaku tak seterbuka Haiva.

Stuck WIth You! (Tamat)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora