Chapter 23

30.3K 5K 76
                                    

Chapter 23——Lain lagi jika hati yang bicara.

___

"Assalamualaikum,"

Naya melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah, terlihat di meja makan ada papa dan mamanya yang sedang makan malam. Senyum gadis itu mengembang, senang rasanya bisa merasakan kehangatan keluarga yang sempat beberapa minggu ini hilang.

Diciumnya punggung tangan papa dan mamanya, "Aku mau makan juga dong, Ma." kata Naya lalu duduk di kursi yang bersebelahan dengan mamanya. Dengan tidak sabaran, Naya mengambil piring dan centong nasi yang ada di atas meja, namun ditepis mamanya cepat.

"Ganti baju dulu terus cuci tangan! Kotor kamu tuh abis dari mana-mana!" ujar mama Naya tegas. Memang kalau sudah masalah kebersihan, mamanya ini nomor satu.

Naya terkekeh pelan, lantas masuk ke kamar mandi untuk cuci tangan. Setelah selesai, Naya kembali duduk ditempatnya tadi.

"Selama papa di rumah sakit, gak ada masalah, kan, Nay?" tanya papa Naya sambil menyantap makanannya.

Gadis itu menggeleng, "Enggak. Kenapa emangnya, pah?" tanya Naya bingung.

"Papa lihat kamu kurusan sekarang," Naya melirik ke arah pintu, baru saja terlihat Keano masuk ke dalam rumahnya. Laki-laki itu nampak terkejut dengan kehadiran papa dan mama Naya. Naya berdehem, matanya menyuruh Keano untuk duduk di ruang tamu. "Beneran gak kenapa-napa?" tanya papanya lagi.

"Enggak, kok. Cuman kemarin kan lagi pusing-pusingnya ujian. Aku kan udah kelas 12, pah." Naya nyengir lebar.

"Oh, iya. Kamu mau lanjut kuliah ke mana?" sahut mama Naya tiba-tiba.

Putri satu-satunya itu termenung sebentar. Menimang-nimang rencana masa depannya. "Naya kayaknya gak kuliah deh, Ma." jawab Naya yang langsung mendapatkan tatapan dari kedua orang tuanya, termasuk Keano.

"Kenapa?" tanya papa.

Naya menggeleng sambil tersenyum manis. "Enggak apa-apa, mau cari kerja aja."

"Karena biaya sekolahnya?" tanya papa, menaikkan sebelah alisnya. Naya diam. "Kamu gak usah mikirin masalah biaya, kami pasti bakalan mengusahakan buat kamu dan Malik. Kami mau kalian punya kehidupan yang layak, tidak seperti kami."

Naya menggengam sendok yang dipegangnya dengan erat. Matanya sudah memanas. "Naya gak mau ngerepotin mama papa. Naya bisa kok kerja dulu setahun, terus tahun berikutnya Naya ikutan SBMPTN."

"Udah, Nay, kamu jangan mikirin itu. Biar mama papa aja yang mikirin masalah sekolah kalian." balas mama sambil mengelus pundak Naya.

Kursi yang diduduki Naya tergeser ke belakang saat Naya berdiri. Dia lalu masuk ke dalam kamarnya, guna menghindari topik pembicaraan ini.

DUG

Naya duduk di balik pintu kamarnya, tak lama air matanya berjatuhan. Naya memeluk lututnya sambil menenggelamkan kepalanya di atas lutut.

Bukan, Naya bukannya tidak mau melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Hanya saja, mengingat keadaan keluarganya sekarang, membuat dirinya mengurungkan niatnya untuk sekolah. Bahkan Naya menolak kuota SNMPTN yang didapatkannya di sekolah.

IDOL GHOST [SELESAI]Where stories live. Discover now