Chapter 3

43.2K 6.4K 462
                                    

Chapter 3 – Mulai memaafkan dan menerima

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 3 – Mulai memaafkan dan menerima.

––––

Naya membuka pintu kamar Malik lebar-lebar, lalu masuk diikuti Keano di belakang. Di dalamnya, ada satu rajang, satu lemari dan meja belajar. Kamar bernuansa biru itu, luasnya tidak begitu besar tapi cukup ditinggali satu orang di dalamnya.

"Inget, ya, area rumah gue yang gak boleh lo masuki itu kamar gue dan kamar bokap nyokap gue! Lo boleh menetap di kamar adik gue ini." kata Naya mengingatkan.

Keano mengangguk, jarinya menyentuh ujung-ujungnya buku yang disusun rapih di meja belajar. "Adik lo siapa namanya tadi?"

"Malik. Umurnya beda tiga tahun sama gue," Naya duduk di tepi ranjang, memandangi Keano yang sibuk dengan komik-komik punya Malik. Keano mau dilihat dari sudut manapun ganteng, ya. Batin Naya refleks saja mengatakan itu.

"Dia jarang pulang apa gimana? Kamarnya kayak jarang dipake gini." ujar Keano saat melihat meja belajar yang sedikit berdebu.

"Di sekolahnya ada asrama, jadi dia lebih banyak tinggal di sana. Cuman karena papa gue lagi sakit, dia izin dulu pulang." Naya berdiri lalu membenarkan seragamnya yang sedikit risek.

"Mau ke mana?" tanya Keano.

"Dapur, mau masak seblak." ujar Naya kemudian berjalan ke arah dapur. Lagi-lagi Keano mengikuti. "Lo pernah makan seblak?" tanya Naya sambil memotong kol putih.

"Pernah, beberapa kali sih. Gak terlalu suka gue sama makanan pedes."

"Ya, gak usah dipedesin lah!" sahut Naya, kini sedang mencuci kol yang sudah dipotongnya barusan.

"Emang bisa?"

"Minta aja sama abangnya, susah amat."

Keano berdiri di samping Naya, memandanginya dari samping. "Gimana bilangnya?" tanyanya dengan senyuman tipis.

Gadis itu menoleh garang, "Abang, beli seblak gak pedes!" ujar Naya menirukan ucapan seseorang ketika membeli seblak.

Keano terkekeh pelan, "Mau aja lo disuruh-suruh."

Mendengar ucapan itu, Naya menaruh kolnya lantas berkacak pinggang menatap Keano. "Iya, gue mau aja disuruh-suruh! Sama kayak waktu gue masih SMP dulu!" ujarnya penuh penekanan. Wajahnya sedikit memerah menahan amarah.

"Lo sendiri pake berani-beraninya nulis berita itu." balas Keano.

Naya tertawa kosong, "Gue gak pernah nulis itu, ya! Itu yang nulis si Akila kelas delapan tiga! Dia itu dendam sama lo karena lo tolak cintanya dia dan teganya dia nulis nama gue sebagai penulis berita." ujar Naya.

IDOL GHOST [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang