Chapter 26

30.6K 5K 48
                                    

Chapter 26 — We are Different.

**

"Nay, Nay, tunggu gue mau ngomong sama lo," ujar Keano menarik tangan Naya untuk berhenti berjalan.

Gadis itu menghentikan langkahnya, lalu berbalik menatap Keano jengah. "Apa?" tanya Naya dingin.

Keano diam sejenak. Hanya suara daun yang bergesekan terbawa angin saja yang terdengar. Sisanya hening. Keano dan Naya saling bertatapan.

"Kenapa lo terima tawaran bokap gue?" Keano akhirnya bersuara lagi.

"Memangnya kenapa? Gak boleh?"

"Bukan gitu, maksud gue...gue tahu lo bukan tipe orang yang mau melakukan sesuatu demi uang."

Naya tersenyum sinis. Dia menggigit bibir bawahnya. Tatapan matanya tersorot dingin pada Keano. "Lo bilang lo ngerti. Lo bilang lo ngerti walaupun lo gak pernah rasain gimana rasanya kesusahan gak ada uang. Nyatanya? Lo gak sama sekali mengerti Keano! Malem itu lo bullshit!" Naya mendorong dada Keano dengan jarinya.

Sebenarnya, Naya sudah ingin sekali menangis sejak mendengar Keano akan dinikahkan dengan Luisa setelah cowok itu sadar nanti. Tapi dia menahannya mati-matian. Jika Naya menangis saat ini, maka akan sangat ketara bahwa Naya tidak mau kehilangan Keano. Naya tidak mau Keano mengetahui bahwa dia menyukainya.

Seharusnya Naya sadar diri sejak awal. Bahwa laki-laki yang disukainya itu, sudah memiliki seorang tunangan yang suatu saat nanti pasti akan dinikahinya.

"Bukan gitu maksud gue, Nay..." Keano mencoba menggenggam tangan Naya, namun ditepis gadis itu cepat.

"Gue bilang jangan pegang-pegang! Gue lagi cape banget." ujar Naya kemudian berbalik lagi.

Naya melanjutkan langkahnya dengan sesak di dadanya. Tangis yang ditahannya sejak tadi membuat sesak di dada Naya.

"Apa setelah gue sadar," Keano berucap lagi. Hal itu membuat Naya menghentikan langkahnya lagi, namun tidak berbalik. "Lo bakalan lakuin apa yang bokap gue suruh tadi?" sambungnya.

"Apa lo bakal lupain gue?" Keano melangkah mendekati Naya.

Naya mendongakkan kepalanya menatap langit, yang sebenarnya bertujuan agar air matanya tidak jatuh saat itu juga. Lalu berkata, "Kalau itu persyaratan supaya gue bisa dapet apa yang gue mau, ya berarti gue harus lakuin itu lah. Lagian kenapa gue harus ketemu sama lo yang nanti bakalan jadi suamu orang?" ujar Naya.

"Nay, liat gue." titah Keano.

"Ngapai sih? Gue mau pulang, cape." tolak Naya kemudian kembali melangkah.

Keano tak menyerah, dia menghilang sejenak lalu muncul kembali tepat di hadapan Naya. Gadis itu sedikit terpelonjak kaget, kakinya mundur beberapa langkah.

"Apa? Lo mau apa, hah?" tanya Naya jengah.

"Gue mau setalah gue sadar nanti, kita ketemu lagi." ucap Keano serius.

"Buat apa emangnya? Lagian dunia kita itu beda. So different! Lo dengan dunia lo yang bergelimang harta itu, dan gue yang serba sederhana ini. Gue masih inget kata-kata lo waktu SMP dulu, lo bilang anak kaum rendahan ngapai sekolah di sini? Ya, seharusnya gue sedari awal gak usah sekolah di sana. Gue juga gak harus ketemu kalian para pembully! Asal lo tahu aja ya, No, perlakuan kalian itu bukan hanya nyiksa fisik gue aja, tapi psikis gue juga! Gue masih sangat ingat dengan jelas, setiap perilakuan lo dan temen-temen lo, dan hal itu buat gue takut. Makanya dengan adanya kesempatan ini buat gue ngejauh dari lo dan temen-temen lo, gue gak akan sia-siakan kesempatan itu."

Keano terdiam. Setiap kata demi kata yang diucapkan Naya, begitu menohok. Menampar dirinya yang selama ini begitu jahat di mata Naya. Membuat Keano menyadari, bahwa yang dilakukannya saat itu memiliki efek jangka panjang pada diri seseorang.

Dan orang itu, Naya.

**

DUK

Naya menutup pintu kamarnya keras dan langsung naik ke atas kasurnya. Menenggelamkan kepalanya di atas bantal agar meminimalisir suara tangisnya. Naya sudah tidak kuat lagi menahan sesak itu, matanya yang sudah memanas sedari tadi akhirnya tidak bisa dia tahan lagi untuk mengeluarkan cairan bening itu.

"Seharusnya gue gak suka sama tunangan orang!" teriak Naya di atas bantal. "Seharusnya gue gak bantu dia waktu itu!" teriaknya lagi.

"Hati gue sakit, No..."

Naya memukul-mukul dadanya yang sakit dan sesak itu. Tangisnya semakin menjadi.

Terdengar suara petir di luar sana, tak lama suara hujan pun terdengar beriringan dengan suara petir yang menggelegar.

Kata orang, hujan itu saat yang pas untuk kita mengenang seseorang. Karena kenangan itu, akan terbawa oleh air yang jatuh.

Naya harap juga begitu. Semua kenangannya tentang Keano, Naya harap agar segera terbawa oleh air hujan malam itu. Namun nyatanya tidak semudah itu, kapasitas otak manusia terlalu baik untuk melupakan seseorang yang begitu penting.

Termasuk Keano.

**

a.nGak kerasa ya udah akhir bulan Januari 2021 aja. Rasanya waktu terlewat begitu cepat ya 😭

Stay healthy ya guys!💜😚

Vote, comment dulu dungs 😚😚


Deasm

Sukabumi, 31 Januari 2021.

IDOL GHOST [SELESAI]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz